Siswa difabel mengerjakan soal Ujian Nasional Berbasis Kertas dan Pensil (UNBKP) di SLB Negeri A Wyata Guna, Bandung, Jawa Barat, 9 April 2018. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mencatat, sebanyak 1.812.565 siswa sudah mengikuti UNBK di 18.353 sekolah, sementara 171.003 siswa masih mengikuti UNBKP di 2.790 sekolah. ANTARA
TEMPO.CO, Jakarta - Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) memiliki risiko dua sampai tiga kali mengalami perundungan dibandingkan anak pada umumnya. Menurut penelitian yang dilakukan British Journal for Learning Support tahun 2008, 60 persen ABK lebih sering mengalami perundungan dibanding anak pada umumnya.
“Kalangan anak-anak biasa, yang sering mengalami perundungan jumlahnya tidak lebih dari 25 persen,” seperti yang dilansir dari situs lembaga anti perundungan, Pacer.org, Selasa 10 Juli 208.
Situs itu memaparkan, perundungan tidak terlalu berpengaruh terhadap pribadi ABK. Namun, dapat menghambat secara teknis akses ABK dalam menjalani pendidikan.
Beberapa dampak teknis yang dialami ABK ketika mengalami perundungan antara lain, malas ke sekolah dan memilih absen, memperbesar kemungkinan tidak naik kelas, mengurangi konsentrasi belajar, menghilangkan ketertarikan pada pemenuhan prestasi akademik, dan meningkatkan resiko keluar dari sekolah.
Meski memiliki dampak buruk, kegiatan perundungan sulit dihentikan. Baik di lingkungan sekolah maupun pergaulan di rumah, seorang anak – baik ABK atau bukan dapat dipastikan pernah terpapar perundungan.
Studi kasus yang dilakukan Departemen Pendidikan Amerika Serikat terhadap 80 kasus perundungan menyebutkan, 35 persen anak berusia 12 – 18 tahun secara alamiah mengalami perundungan.
Studi yang dilakukan tahun 2014 itu juga memaparkan, sebanyak 15 persen anak berusia 12 – 18 tahun mengalami perundungan di dunia maya atau dikenal sebagai cyber bullying.
BRITISH JOURNAL FOR LEARNING SUPPORT | PACER.ORG | JAHONLINE.ORG
Bayi penting untuk melakukan imunisasi secara rutin agar terhindar dari bahaya kesehatan mendatang. Lantas, apa saja bahaya bagi bayi yang tidak melakukan imunisasi?