WHO Memperkirakan Jumlah Difabel Bertambah karena Dua Sebab Ini

Kamis, 9 Desember 2021 09:52 WIB

Ilustrasi difabel. Shutterstock

TEMPO.CO, Jakarta - Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO memprediksi jumlah difabel terus bertambah setiap tahun. Pertambahan tersebut dipicu dua sebab, yakni penuaan populasi manusia dan meningkatnya prevalensi penyakit tidak menular.

"Lebih dari satu miliar orang mengalami disabilitas dan angka ini kami perkirakan bakal meningkat," demikian pernyataan World Health Organization dalam keterangan tertulis pada Jumat, 3 Desember 2021. "Sebagian kondisi difabel itu karena penuaan populasi dan meningkatnya prevalensi penyakit tidak menular."

Kendati jumlah penyandang disabilitas bakal bertambah, hanya beberapa negara yang memiliki mekanisme penunjang layanan kesehatan memadai bagi penyandang disabilitas. Masih banyak kondisi yang menghalangi difabel untuk mengakses layanan kesehatan, terutama untuk penegakan diagnosa guna mengidentifikasi jenis disabilitas beserta kebutuhan difabel.

Sebab itu, WHO mendorong pentingnya dunia yang lebih inklusif untuk penyandang disabilitas. Dengan begitu, mereka terlibat dalam perencanaan, pengembangan, dan pengambilan keputusan, terutama pada kebijakan yang mengatur sistem kesehatan.

WHO menyatakan berkomitmen mendukung negara dan mitra pembangunan untuk memenuhi komitmen "tidak meninggalkan siapa pun" atau No One Left Behind, dengan menerapkan inklusivitas penyandang disabilitas di sektor kesehatan. Komitmen ini merupakan bagian dari upaya WHO mengakhiri pandemi Covid-19.

Advertising
Advertising

Berikut ini pesan dan kampanye WHO yang berhubungan dengan prediksi meningkatnya jumlah difabel:

  • Banyak dari manusia akan mengalami kedisabilitasan dalam hidup, terutama seiring bertambahnya usia

  • WHO berkomitmen mendukung negara-negara dalam mewujudkan dunia dengan sistem kesehatan inklusif dan penyandang disabilitas dapat mencapai standar kesehatan tertinggi

  • Pandemi Covid-19 telah mengakibatkan kerugian lebih lanjut dan meningkatnya kerentanan bagi penyandang disabilitas karena hambatan di sektor kesehatan dan sosial. termasuk sikap diskriminatif dan infrastruktur yang tidak dapat diakses

  • Membangun kembali kemitraan dengan penyandang disabilitas sebagai pusat pengambilan keputusan di sektor kesehatan untuk memastikan mereka tidak mengalami hambatan dalam mengakses segala sesuatu dan tepat waktu

  • Inklusivitas bagi penyandang disabilitas di sektor kesehatan bukan hanya upaya yang benar, namun juga langkah cerdas agar difabel berkontribusi pada pencapaian kesehatan global.

Baca juga:
Profil 7 Anggota Komisi Nasional Disabilitas

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik Tempo.co Update untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram lebih dulu.

Berita terkait

WHO: Hampir 10 Persen Makanan di Indonesia Tinggi Lemak Trans

5 jam lalu

WHO: Hampir 10 Persen Makanan di Indonesia Tinggi Lemak Trans

Ada banyak dampak buruk konsumsi lemak trans dalam kadar yang berlebih. Salah satu dampak buruknya adalah tingginya penyakit kardiovaskular.

Baca Selengkapnya

Wisuda Telkom University Bandung Kini Libatkan Penerjemah Berbahasa Isyarat

1 hari lalu

Wisuda Telkom University Bandung Kini Libatkan Penerjemah Berbahasa Isyarat

Disebutkan, banyak mahasiswa Telkom University Bandung adalah teman-teman disabilitas. Inklusi diklaim jadi fondasi utama.

Baca Selengkapnya

Top 3 Dunia: India Tak Terima Tuduhan Xenofobia Biden Hingga Gencatan Senjata Gaza

2 hari lalu

Top 3 Dunia: India Tak Terima Tuduhan Xenofobia Biden Hingga Gencatan Senjata Gaza

Berita Top 3 Dunia pada Sabtu 4 Mei 2024 diawali penolakan India soal tudingan xenofobia oleh Presiden AS Joe Biden

Baca Selengkapnya

Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

2 hari lalu

Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

Pejabat senior Hamas mengatakan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berupaya menggagalkan kesepakatan gencatan senjata di Gaza.

Baca Selengkapnya

WHO: Rencana Darurat Tak Bisa Cegah Kematian jika Israel Lakukan Serangan Darat di Rafah

3 hari lalu

WHO: Rencana Darurat Tak Bisa Cegah Kematian jika Israel Lakukan Serangan Darat di Rafah

WHO mengatakan tidak ada rencana darurat yang dapat mencegah "tambahan angka kematian" di Rafah jika Israel menjalankan operasi militernya di sana.

Baca Selengkapnya

Cerita Penyandang Disabilitas Mengikuti UTBK SNBT 2024 di Universitas Jember

3 hari lalu

Cerita Penyandang Disabilitas Mengikuti UTBK SNBT 2024 di Universitas Jember

Universitas Jember memastikan peserta berkebutuhan khusus dalam UTBK SNBT 2024 bisa mengikuti ujian dengan baik.

Baca Selengkapnya

Cerita Peserta Disabilitas Ikut UTBK 2024 di UI

4 hari lalu

Cerita Peserta Disabilitas Ikut UTBK 2024 di UI

Begini cerita Makhsun Intikhon, penyandang disabilitas netra yang mengikuti UTBK untuk kedua kalinya di UI.

Baca Selengkapnya

Pemerintah Dorong Lembaga Keuangan Prioritaskan Kredit untuk Difabel

4 hari lalu

Pemerintah Dorong Lembaga Keuangan Prioritaskan Kredit untuk Difabel

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian mendorong lembaga keuangan penyalur Kredit Usaha Rakyat (KUR) untuk memprioritaskan kalangan difabel.

Baca Selengkapnya

Cerita Calon Mahasiswa Disabilitas Ikut UTBK 2024 di Unesa

4 hari lalu

Cerita Calon Mahasiswa Disabilitas Ikut UTBK 2024 di Unesa

Unesa menjadi lokasi pelaksanaan UTBK SNBT 2024 untuk calon mahasiswa disabilitas.

Baca Selengkapnya

Hardiknas 2024, UGM Ingin Wujudkan Kampus Inklusif

4 hari lalu

Hardiknas 2024, UGM Ingin Wujudkan Kampus Inklusif

Rektor UGM Ova Emilia mengatakan, UGM telah membangun ekosistem pendidikan yang inklusif, inovatif, strategis, berdaya saing, dan sinergis.

Baca Selengkapnya