Perlindungan Berlebihan Tak Baik untuk Perkembangan Mental Anak Disabilitas

Jumat, 9 Juli 2021 10:31 WIB

Ilustrasi difabel. Shutterstock

TEMPO.CO, Jakarta - Perlindungan berlebihan kepada anak berkebutuhan khusus atau anak disabilitas dapat mempengaruhi perkembangan mentalnya. Perlindungan yang berlebihan dapat mengakibatkan anak mengalami sindrom inferior kompleks atau Inferiority Complex Syndrome.

"Meski mengatasnamakan perlindungan terhadap anak, proteksi yang cenderung berlebihan dan tidak membiarkan anak berbaur dengan orang lain dari kelompok non-disabilitas dapat mempengaruhi mentalnya," kata Prashant Agarwal, The President of Narayan Seva Sansthan, organisasi nirlaba yang bergerak di bidang pelayanan kesehatan mental anak berkebutuhan khusus di India, seperti dikutip dari Times of India, Rabu 7 Juli 2021.

American Psychological Association mendefinisikan sindrom inferior kompleks sebagai perasaan tidak setara dan tidak nyaman dalam situasi apapun yang disebabkan kurangnya aktualisasi diri, citra diri dan defisiensi psikologis. Istilah sindrom inferior kompleks pertama kali dipopulerkan tahun 1907 oleh seorang psikolog analis, Alfred Adler.

Perlindungan yang berlebihan, menurut Prashant Agarwal, dapat memberikan beban mental berlipat bagi anak berkebutuhan khusus karena sering diperlakukan berbeda dengan anak lain. Kondisi menjadi lebih parah karena perlakuan berbeda ini justru diterima anak dari orang tua atau orang terdekat.

Agarwal mencontohkan salah satu bentuk perlindungan berlebihan adalah memperlakukan anak secara berbeda di tempat umum, seperti sekolah, sarana bermain, dan ruang publik lainnya. "Sindrom inferior kompleks yang disebabkan proteksi berlebihan dapat membuat anak dengan disabilitas menjadi kurang aktif, kehilangan kesempatan dalam memperoleh pendidikan yang dicita-citakan, dan beban sosial berkali lipat yang dapat terbawa hingga dewasa," kata dia.

Advertising
Advertising

Seorang penyandang disabilitas yang menerapkan independent living, Faisal Rusydi mengatakan, sindrom inferior kompleks dapat muncul lantaran sedari kecil penyandang disabilitas sering 'dipaksa' menerima konsep keberadaan dirinya dapat menyusahkan orang lain. Faisal mencontohkan, saat anak berkebutuhan khusus harus menjalani terapi, mereka kerap menerima semuanya begitu saja, tanpa ada kesempatan memilih atau memutuskan sesuatu sesuai kehendak pribadi.

"Anak tidak mendapatkan kebebasan untuk menentukan pengobatan yang sesuai dengan kondisi dan situasi yang dia rasakan," kata Faisal Rusydi yang juga pendiri komunitas kajian aksesibilitas, Jakarta Barrier Free Tourism atau JBFT. "Seperti saat kecil dulu, beberapa anak dengan Cerebral Palsy, termasuk saya, yang tidak ingin menjalani operasi pelurusan anggota tubuh sering ditekankan, "bila tidak ingin diluruskan kakinya, nanti kamu dapat menusahkan orang lain"."

Perlindungan berlebihan lainnya yang sering terjadi adalah mengambil alih tindakan yang sebenarnya dapat dilakukan oleh anak berkebutuhan khusus. Perlakuan ini dapat menggerus determinasi diri atau keputusan mandiri yang dibuat anak atas dirinya. Menurut Agarwal, perlakuan tersebut dapat mengakibatkan anak disabilitas pada akhirnya benar-benar meyakini dia tidak bisa berbuat apa-apa yang dilakukan anak pada umumnya.

TIMES OF INDIA | AMERICAN PSYCHOLOGICAL ASSOSCIATION | BILIC

Baca juga:
Seperti Ini Konsep Independent Living bagi Penyandang Disabilitas di Indonesia

Berita terkait

Saran Psikolog agar Anak Berkembang di Bidang Seni

5 jam lalu

Saran Psikolog agar Anak Berkembang di Bidang Seni

Orang tua perlu memberikan kesempatan kepada anak untuk bereksplorasi di berbagai bidang, baik seni maupun bidang lain.

Baca Selengkapnya

Cerita Peserta Disabilitas Ikut UTBK 2024 di UI

5 jam lalu

Cerita Peserta Disabilitas Ikut UTBK 2024 di UI

Begini cerita Makhsun Intikhon, penyandang disabilitas netra yang mengikuti UTBK untuk kedua kalinya di UI.

Baca Selengkapnya

Pemerintah Dorong Lembaga Keuangan Prioritaskan Kredit untuk Difabel

6 jam lalu

Pemerintah Dorong Lembaga Keuangan Prioritaskan Kredit untuk Difabel

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian mendorong lembaga keuangan penyalur Kredit Usaha Rakyat (KUR) untuk memprioritaskan kalangan difabel.

Baca Selengkapnya

Cerita Calon Mahasiswa Disabilitas Ikut UTBK 2024 di Unesa

9 jam lalu

Cerita Calon Mahasiswa Disabilitas Ikut UTBK 2024 di Unesa

Unesa menjadi lokasi pelaksanaan UTBK SNBT 2024 untuk calon mahasiswa disabilitas.

Baca Selengkapnya

37 Penyandang Disabilitas Ikut Rekrutmen Bintara Polri Tahun Ini

19 jam lalu

37 Penyandang Disabilitas Ikut Rekrutmen Bintara Polri Tahun Ini

Jumlah penyandang disabilitas yang mendaftar rekrutmen Bintara Polri meningkat

Baca Selengkapnya

Dari UTBK Hari Pertama: Peserta Datang Tak Sampai 100 Persen, 7 Dicoret dari Layanan Disabilitas

2 hari lalu

Dari UTBK Hari Pertama: Peserta Datang Tak Sampai 100 Persen, 7 Dicoret dari Layanan Disabilitas

Sebanyak 1.700 peserta tercatat mengikuti UTBK-SNBT 2024 pada hari pertama di Universitas Jember, Selasa 30 April 2024

Baca Selengkapnya

Uang Kementan untuk Keluarga Syahrul Yasin Limpo: dari Tagihan Parfum, Skincare, Kafe, hingga Sunatan

2 hari lalu

Uang Kementan untuk Keluarga Syahrul Yasin Limpo: dari Tagihan Parfum, Skincare, Kafe, hingga Sunatan

Dalam sidang terungkap bekas Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo alias SYL acapkali menggunakan uang Kementan untuk keperluan pribadi.

Baca Selengkapnya

Memahami Pentingnya Kesetaraan Lewat Lomba Lari

4 hari lalu

Memahami Pentingnya Kesetaraan Lewat Lomba Lari

Plan Indonesia dan YPAC mengingatkan masyarakat soal isu kesetaraan melalui lomba lari bertajuk 'Run for Equality'.

Baca Selengkapnya

Lifecare Taxi Terbaru dari Bluebird untuk Layani Difabel dan Lansia, Pakai Toyota Voxy

7 hari lalu

Lifecare Taxi Terbaru dari Bluebird untuk Layani Difabel dan Lansia, Pakai Toyota Voxy

Bluebird meluncurkan layanan Lifecare Taxi untuk menunjang kebutuhan penyandang disabilitas dan lansia.

Baca Selengkapnya

Bocah 15 Tahun jadi Korban Persetubuhan Sang Kekasih, Ibunya Lapor Polisi

8 hari lalu

Bocah 15 Tahun jadi Korban Persetubuhan Sang Kekasih, Ibunya Lapor Polisi

DP seorang anak wanita berusia 15 tahun menjadi korban dugaan persetubuhan anak di bawah umur. Pelaku diduga pemilik sebuah BAR.

Baca Selengkapnya