Sederet Film Tentang Difabel untuk Melawan Diskriminasi

Kamis, 26 Desember 2019 16:12 WIB

Ilustrasi Film (pixabay.com)

TEMPO.CO, Jakarta - Film yang menceritakan tentang difabel banyak diproduksi oleh sineas Tanah Air. Beberapa di antara film itu ditayangkan dalam Festival Film Dokumenter yang berlangsung di Taman Budaya Yogyakarta pada 1 - 7 Desember 2019.

Film tentang difabel yang diputar dalam festival itu adalah Alun karya Riani Singgih, Menjadi Agung (Yovista Ahthajida), Aisyah (Ahmad Syafi’i Nur Illahi), Saling (Ridho Fisabilillah), Menjadi Teman (Aji Kusuma), Bulu Mata Kaki (Firman Fajar Wiguna), Apa di Kata Nadakanlah (Gracia Tobing), dan Indra Kaki (Ihsan Achdiat).

Film Alun menceritakan tentang Isro, penari tuli di Jakarta yang mengajarkan tari kepada anak-anak. Sang sutradara, Riani mengatakan tak mudah menggarap film Alun. Dia mulai dengan berusaha memahami dunia Isro, penari tuli dalam film tersebut.

Riani juga belajar bahasa isyarat untuk pemula agar dapat berkomunikasi langsung dengan Isro. Usahanya untuk belajar bahasa isyarat dimaknai sebagai upaya untuk mencapai inklusivitas. "Pendekatan inklusivitas itu membuat Isto menjadi lebih terbuka," kata Riani.

Adapun film Bulu Mata Kaki menceritakan tentang sosok Kuswati, perempuan penyandang disabilitas (tanpa tangan) yang bekerja sebagai buruh pembuat bulu mata. Pekerjaan 'ngidep' ini menjadi mata pencarian sebagian besar masyarakat, terutama perempuan di Purbalingga, Jawa Tengah. Upah mereka begitu murah yang jauh dari kebutuhan hidup Kuswati.

Advertising
Advertising

Film Aisyah menggambarkan minimnya akses pendidikan untuk penyandang disabilitas. Aisyah adalah siswi tunarungu sebuah Sekolah Luar Biasa atau SLB di Sumbawa. Gadis 16 tahun ini berminat di bidang seni tari dan berjuang mengembangkannya melalui jalur pendidikan.

Perwakilan dari organisasi Sasana Inklusi dan Gerakan Advokasi Difabel (SIGAB), Muhammad Ismail mengatakan film Aisyah menggambarkan pemerintah yang kurang berperan dalam memenuhi akses pendidikan untuk penyandang disabilitas. Di Sumbawa, menurut dia, hanya ada satu sekolah menengah pertama yang inklusif.

Kondisi ini berbeda dengan sekolah inklusif di Pulau Jawa. Jarak sekolah juga jauh dari jangkauan penyandang disabilitas. "Dari film itu, saya berharap pemerintah terketuk dan memberikan perhatian," kata Muhammad Ismail yang seorang tuli.

Sutradara film Menjadi Teman, Aji Kusuma mengatakan penggarapan film itu membuatnya berusaha menjadi inklusif. Dia harus melakukan pendekatan agar dapat berinteraksi dengan seorang anak penyandang disabilitas, Atika Zahra. Atika adalah siswa difabel kelas V Madrasah Ibtidaiyah (MI) inklusi Keji, Ungaran Barats.

Aji Kusuma baru bisa mengobrol dengan Atika ketika keluar dari kelas. Dia juga menggunakan teknologi virtual realty dengan memotret realitas atau jauh dari rekayasa. Aji melakukan riset, menaruh kamera di sekitar subjek film, dan menjaga jarak dengan subjeknya.

Selain menyampaikan pesan penyandang disabilitas belum memiliki akses yang setara, film Menjadi Teman juga menyinggung tentang beragam stigma yang dialami penyandang disabilitas. Misalnya bagaimana masyarakat memandang difabel sebagai orang yang tak berguna dan menakutkan atau mengerikan. Penghinaan, perisakan, dan stigma menjadi penghalang inklusivitas.

Teman difabel turut menikmati film yang menceritakan tentang penyandang disabilitas ini. Seorang tuli, Vani memahami film melalui gambar dari kacamata virtual reality dan ketukan nada yang disalurkan melalui kabel-kabel sensor di dalam sarung tangan yang dikenakannya.

Dari alat sensor itulah Vani terhubung dengan apa yang dia lihat di layar kacamata. "Pengalaman yang menyenangkan, saya mengikuti irama musik," kata Vani melalui penerjemahnya. Vani menari dan menikmati film selama 7 menit. Melalui virtual realty, penonton dapat merasakan pengalaman nyata dengan dimensi hingga 360 derajat dan seolah bersama penyandang disabilitas di lokasi itu.

Mentor film yang juga perwakilan dari organisasi Sasana Inklusi dan Gerakan Advokasi Difabel (SIGAB), Ajiwan Arief mengatakan penyandang disabilitas ingin dilihat sebagai orang yang wajar dan berinteraksi secara wajar dengan non-difabel. Itulah yang mendasari film yang ditampilkan itu tersaji secara wajar. "Menempatkan difabel sebagai subjek dan kesehariannya secara wajar alias tidak lebay," kata Ajiwan.

Berita terkait

Memahami Pentingnya Kesetaraan Lewat Lomba Lari

13 jam lalu

Memahami Pentingnya Kesetaraan Lewat Lomba Lari

Plan Indonesia dan YPAC mengingatkan masyarakat soal isu kesetaraan melalui lomba lari bertajuk 'Run for Equality'.

Baca Selengkapnya

Lifecare Taxi Terbaru dari Bluebird untuk Layani Difabel dan Lansia, Pakai Toyota Voxy

3 hari lalu

Lifecare Taxi Terbaru dari Bluebird untuk Layani Difabel dan Lansia, Pakai Toyota Voxy

Bluebird meluncurkan layanan Lifecare Taxi untuk menunjang kebutuhan penyandang disabilitas dan lansia.

Baca Selengkapnya

Disney Ubah Layanan untuk Penyandang Disabilitas di Disneyland dan Walt Disney World

6 hari lalu

Disney Ubah Layanan untuk Penyandang Disabilitas di Disneyland dan Walt Disney World

Perubahan layanan itu mengundang reaksi dari penggemar Disney dan pengguna layanan sebelumnya

Baca Selengkapnya

Transportasi Inklusif Bikin Penyandang Disabilitas Kini Bisa Mudik dengan Nyaman

21 hari lalu

Transportasi Inklusif Bikin Penyandang Disabilitas Kini Bisa Mudik dengan Nyaman

Kementerian Perhubungan dan BSI memfasilitasi penyandang disabilitas untuk mudik dengan nyaman.

Baca Selengkapnya

Kemensos Berikan Gelang Khusus Disabilitas

24 hari lalu

Kemensos Berikan Gelang Khusus Disabilitas

Penyandang disabilitas sering kali menghadapi risiko yang tinggi dalam kehidupan sehari-hari.

Baca Selengkapnya

Asal Mula Hari Peduli Autisme Sedunia, Memahami Orang-orang dengan Spektrum Autisme

25 hari lalu

Asal Mula Hari Peduli Autisme Sedunia, Memahami Orang-orang dengan Spektrum Autisme

Hari Peduli Autisme Sedunia diperingati setiap 2 April untuk meningkatkan kesadaran tentang Gangguan Spektrum Autisme (ASD)

Baca Selengkapnya

Heru Budi Ajak Penyandang Disabilitas Ngabuburit Naik MRT

34 hari lalu

Heru Budi Ajak Penyandang Disabilitas Ngabuburit Naik MRT

Penjabat (Pj) Gubernur DKI Jakarta, Heru Budi Purnomo mengajak penyandang disabilitas ngabuburit naik Mass Rapid Transit (MRT) Jakarta

Baca Selengkapnya

BUMN Buka Rekrutmen Mulai Besok, Ada Tes Wawasan Kebangsaan di Awal

37 hari lalu

BUMN Buka Rekrutmen Mulai Besok, Ada Tes Wawasan Kebangsaan di Awal

Rrekrutmen Bersama BUMN (RBB) dimulai Sabtu, 23 Maret 2024. BUMN menyediakan 688 lapangan pekerjaan dengan 1.830 posisi.

Baca Selengkapnya

Di Balik Prestasi Raditya Arief, Mahasiswa Tunanetra UI yang Lulus Cum Laude

53 hari lalu

Di Balik Prestasi Raditya Arief, Mahasiswa Tunanetra UI yang Lulus Cum Laude

Raditya terlahir tunanetra. Bagaimana dia kemudian bisa masuk UI dan lulus cum laude?

Baca Selengkapnya

Mudik Gratis, Kementerian BUMN Sediakan Transportasi bagi Penyandang Disabilitas

54 hari lalu

Mudik Gratis, Kementerian BUMN Sediakan Transportasi bagi Penyandang Disabilitas

Kementerian BUMN kembali gelar program mudik gratis bertema "Mudik Asyik Bersama BUMN 2024" jelang perayaan Ramadan 2024

Baca Selengkapnya