Potret Difabel Mandiri dengan Membatik, Omzet Rp 50 Juta Setahun

Reporter

Larissa Huda

Editor

Rini Kustiani

Minggu, 22 September 2019 10:00 WIB

Ilustrasi kain batik. Shutterstock

TEMPO.CO, Boyolali - Selama 30 tahun, Tari, warga Desa Tawangsari, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, tidak berani keluar rumah. Dia memilih mengurung diri karena tak mampu berjalan sejak duduk di kelas VI Sekolah Dasar. Tiada yang tahu apa sebab Tari menjadi difabel daksa.

"Sudah berulang kali ke dokter, tapi tak ada yang bisa menjawab kenapa saya lumpuh," kata Tari kepada Tempo dalam sebuah lokakarya batik Srikandri Patra di Desa Tawangsari, Jawa Tengah, Jumat, 20 September 2019. Saat itu kepercayaan diri Tari roboh. Dia menarik diri dari dunia luar.

Hingga sekitar setahun lalu, seorang difabel daksa bernama Yuni 'memaksa' Tari untuk keluar rumah. Yuni menunjukkan kalau kondisi fisik bukan halangan untuk berkarya. "Akhirnya saya mau keluar rumah. Dan saya kaget bukan main karena semua sudah berubah," ucap Tari.

Yuni mengajak Tari belajar membatik. Perlahan dia merasa cocok dengan pekerjaan membatik dan terus menekuninya. Kini, jemari Tari lihai menggoreskan malam sebagai motif pada selembar kain batik. Tari bernanung dalam kelompok Srikandi Patra di Boyolali, binaan Terminal Bahan Bakar Minyak PT Pertamina (persero) Boyolali.

Community Development Officer TBBM Boyolali PT Pertamina (Persero), Noor Azharul Fuad menuturkan, Yuni adalah pionir Srikandi Patra. "Dialah difabelpreneur dari program corporate social responsibility Pertamina," kata Azharul.

Advertising
Advertising

Difabel daksa, Tari (kiri) dan tunarungu, Sri, sedang menggambar pola batik di rumah sorang pengelola kelompok usaha batik Srikandi Patra di Desa Tawangsari, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, Jumat, 20 September 2019. TEMPO | Larissa Huda

Koordinator pengelola Srikandi Patra, Siti Fatimah, 41 tahun, mengatakan ada lima anggota difabel yang turut membatik. Mereka mendapat bimbingan membatik dari pengelola dan tidak ditarget berapa produksi batik untuk setiap orang. "Kami menyerahkan kepada mereka karena membatik juga tergantung mood (suasana hati)," kata Siti. Jika dirata-rata, satu orang bisa menyelesaikan selembar kain batik dalam tempo 10 sampai 15 hari.

Siti Fatimah merinci, selembar kain batik karya pembatik difabel dijual sekitar Rp 750 ribu. Dari angka itu, mereka yang mencanting dan menggambar batik, masing-masing mendapat upah Rp 100 ribu per lembar.

Sisa uang penjualan tadi digunakan untuk menambah kas, membeli kebutuhan anggota difabel, seperti kursi roda, dan lainnya. Tahun lalu, menurut Siti, kelompok Srikandi Patra mencatat penjualan sampai Rp 50 juta. "Dari Januari sampai Agustus 2019 ini, mereka sudah mendapatkan Rp 17 juta," ujar dia.

Berita terkait

Lifecare Taxi Terbaru dari Bluebird untuk Layani Difabel dan Lansia, Pakai Toyota Voxy

3 hari lalu

Lifecare Taxi Terbaru dari Bluebird untuk Layani Difabel dan Lansia, Pakai Toyota Voxy

Bluebird meluncurkan layanan Lifecare Taxi untuk menunjang kebutuhan penyandang disabilitas dan lansia.

Baca Selengkapnya

Dua Peserta Difabel Lolos Tes SIPSS Polri Hingga Tahap Akhir sebagai Dokter dan Operator IT

28 Februari 2024

Dua Peserta Difabel Lolos Tes SIPSS Polri Hingga Tahap Akhir sebagai Dokter dan Operator IT

Dua peserta difabel lolos SIPSS Polri sebagai dokter dan operator IT. Ini syarat mendaftar SIPSS Polri.

Baca Selengkapnya

Pemilu 2024, Banyak Difabel Tak Dapat Mengakses TPS dan Kertas Suara Dibatasi

16 Februari 2024

Pemilu 2024, Banyak Difabel Tak Dapat Mengakses TPS dan Kertas Suara Dibatasi

Catatan penyelenggaraan Pemilu 2024, banyak difabel tidak bisa menggunakan hak suaranya karena mendapatkan kertas suara terbatas.

Baca Selengkapnya

Jurus Yogya Branding Batik Lokal Sebagai Cendera Mata Wisata

5 Februari 2024

Jurus Yogya Branding Batik Lokal Sebagai Cendera Mata Wisata

Pekerjaan rumah saat ini, adalah bagaimana batik bisa memiliki ruang presentasi yang kontinyu untuk memperluas pasarnya.

Baca Selengkapnya

Aksesibilitas Disabilitas untuk Pencoblosan Pemilu 2024 Sudah Terpenuhi atau Belum?

30 Januari 2024

Aksesibilitas Disabilitas untuk Pencoblosan Pemilu 2024 Sudah Terpenuhi atau Belum?

Semua orang memiliki hak suara untuk pencoblosan pada Pemilu 2024, termasuk para disabilitas. Apakah aksesibilitas difabel sudah terpenuhi?

Baca Selengkapnya

Prosedur dan Cara Difabel Mengikuti Pencoblosan Pemilu 2024, Begini Penjelasan KPU

29 Januari 2024

Prosedur dan Cara Difabel Mengikuti Pencoblosan Pemilu 2024, Begini Penjelasan KPU

Para difabel memiliki hak suara untuk memilih di Pemilu 2024. Ini prosedur dan cara dari KPU untuk disabilitas saat pencoblosan surat suara di TPS.

Baca Selengkapnya

Ingin Berjuang buat Kaumnya, Difabel Di Kota Bogor Maju sebagai Caleg

23 Januari 2024

Ingin Berjuang buat Kaumnya, Difabel Di Kota Bogor Maju sebagai Caleg

Seorang penyandang difabel yang juga penjual kue basah di Kota Bogor maju sebagai caleg dengan harapan dapat membantu kaumnya bila terpilih.

Baca Selengkapnya

Hasil Survei, Sebanyak 23 Persen Difabel Terlibat Kampanye Pemilu

19 Januari 2024

Hasil Survei, Sebanyak 23 Persen Difabel Terlibat Kampanye Pemilu

Temuan lainnya, tingkat kesadaran dan pemahaman difabel akan hak politik cukup tinggi.

Baca Selengkapnya

Hanya 35 Persen Tercatat Pemilih Difabel, Aksesibilitas TPS Mengkhawatirkan

19 Januari 2024

Hanya 35 Persen Tercatat Pemilih Difabel, Aksesibilitas TPS Mengkhawatirkan

Kurangnya keterjangkauan informasi tersebut dapat menimbulkan banyak kemungkinan, seperti tidak terpenuhinya hak pilih difabel.

Baca Selengkapnya

Sudahkah Akses Bacaan bagi Disabilitas Tersedia di Indonesia?

5 Januari 2024

Sudahkah Akses Bacaan bagi Disabilitas Tersedia di Indonesia?

Staf Layanan Lansia dan Disabilitas Perpustakaan Nasional, Arum Nugrahanti menjelaskan Perpusnas, telah menyediakan 3.276 judul edisi Braille.

Baca Selengkapnya