Dua Organisasi Disabilitas Tak Cukup Buat Bikin Agenda SDGs 2030

Senin, 22 Juli 2019 10:06 WIB

Petugas membantu penyandang disabilitas memasukkan surat suara ketika mengikuti pemilu 2019 susulan di TPS 31 Jayapura Selatan, Jayapura, Papua, Kamis, 18 April 2019. Pemilu susulan diselenggarakan di sejumlah TPS di Jayapura, Banggai, dan Jambiketerlambatan logistik pemilu. ANTARA/Gusti Tanati

TEMPO.CO, Sleman - Agenda Sustainable Development Goals (SDGs) 2030 atau Tujuan Pembangunan Berkelanjutan 2030 diadopsi pada 2015. Sejak itu, pemerintah baru melibatkan dua organisasi penyandang disabilitas untuk membuat agenda SGDs.

Dua organisasi penyandang disabilitas itu adalah Perkumpulan OHANA Indonesia dan Himpunan Wanita Disabilitas Indonesia (HWDI). Keduanya bergabung dalam anggota Kelompok Kerja Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) di bawah Tim Koordinasi Nasional dan Daerah TPB yang dibentuk pemerintah. Masalahnya, dua organisasi penyandang disabilitas ini belum cukup merepresentasikan kondisi difabel di Indonesia. Bakan dua organisasi ini tidak dilibatkan dalam konsultasi perumusan SDGs 2030 di Indonesia.

Pendiri dan Senior Adviser Disabilitas OHANA Indonesia, Risnawati Utami mengatakan pemerintah belum berinisiatif melibatkan organisasi penyandang disabilitas dalam perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi program pembangunan yang dicanangkan. "Padahal SDGs 2030 adalah agenda pembangunan global yang disepakati bersama seluruh negara yang merativikasi konvensi dengan komitmen melaksanakan konsekuensinya, terutama tidak meninggalkan seorang pun dalam pembangunan," kata Risnawati Utami.

Untuk mewujudkan agenda SDGs 2030, pemerintah telah mengesahkan Peraturan Presiden Nomor 59 tahun 2017 tentang Pelaksanaan Pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB). Peraturan ini dimaknak sebagai SDGs-nya Indonesia.

Risnawati berharap peraturan presiden tadi menjadi komitmen pemerintah dalam merealisasikan pemenuhan aksesibilitas dan perlindungan kepada kelompok-kelompok rentan, seperti disabilitas, perempuan, anak, lansia, miskin, termasuk kelompok masyarakat di perbatasan negara yang minim pemantauan pemerintah. "Sayangnya peratura presiden itu tidak spesifik menyebutkan keterlibatan difabel dan organisasi penyandang disabilitas oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah," ucap dia.

Advertising
Advertising

Pelibatan lebih banyak organisasi penyandang disabilitas, menurut Ketua HWDI, Maulani Rotinsulu, diperlukan karena jumlah organisasi difabel dan penyandang disabilitas di Indonesia cukup tinggi. Tercatat ada 200 organisasi penyandang disabilitas dan 58,3 juta difabel dari 265 juta penduduk Indonesia pada 2018.

"Ada peningkatan jumlah penyandang disabilitas karena kecelakaan, sakit, bencana alam, dan lainnya," kata Maulani. "Difabel dan organisasi penyandang disabilitas punya potensi besar untuk berkontribusi terhadap percepatan pembangunan, baik secara kuantitas maupun kualitas."

Berita terkait

Wisuda Telkom University Bandung Kini Libatkan Penerjemah Berbahasa Isyarat

11 jam lalu

Wisuda Telkom University Bandung Kini Libatkan Penerjemah Berbahasa Isyarat

Disebutkan, banyak mahasiswa Telkom University Bandung adalah teman-teman disabilitas. Inklusi diklaim jadi fondasi utama.

Baca Selengkapnya

Cerita Penyandang Disabilitas Mengikuti UTBK SNBT 2024 di Universitas Jember

1 hari lalu

Cerita Penyandang Disabilitas Mengikuti UTBK SNBT 2024 di Universitas Jember

Universitas Jember memastikan peserta berkebutuhan khusus dalam UTBK SNBT 2024 bisa mengikuti ujian dengan baik.

Baca Selengkapnya

Cerita Peserta Disabilitas Ikut UTBK 2024 di UI

2 hari lalu

Cerita Peserta Disabilitas Ikut UTBK 2024 di UI

Begini cerita Makhsun Intikhon, penyandang disabilitas netra yang mengikuti UTBK untuk kedua kalinya di UI.

Baca Selengkapnya

Pemerintah Dorong Lembaga Keuangan Prioritaskan Kredit untuk Difabel

2 hari lalu

Pemerintah Dorong Lembaga Keuangan Prioritaskan Kredit untuk Difabel

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian mendorong lembaga keuangan penyalur Kredit Usaha Rakyat (KUR) untuk memprioritaskan kalangan difabel.

Baca Selengkapnya

Cerita Calon Mahasiswa Disabilitas Ikut UTBK 2024 di Unesa

3 hari lalu

Cerita Calon Mahasiswa Disabilitas Ikut UTBK 2024 di Unesa

Unesa menjadi lokasi pelaksanaan UTBK SNBT 2024 untuk calon mahasiswa disabilitas.

Baca Selengkapnya

37 Penyandang Disabilitas Ikut Rekrutmen Bintara Polri Tahun Ini

3 hari lalu

37 Penyandang Disabilitas Ikut Rekrutmen Bintara Polri Tahun Ini

Jumlah penyandang disabilitas yang mendaftar rekrutmen Bintara Polri meningkat

Baca Selengkapnya

Dari UTBK Hari Pertama: Peserta Datang Tak Sampai 100 Persen, 7 Dicoret dari Layanan Disabilitas

4 hari lalu

Dari UTBK Hari Pertama: Peserta Datang Tak Sampai 100 Persen, 7 Dicoret dari Layanan Disabilitas

Sebanyak 1.700 peserta tercatat mengikuti UTBK-SNBT 2024 pada hari pertama di Universitas Jember, Selasa 30 April 2024

Baca Selengkapnya

Memahami Pentingnya Kesetaraan Lewat Lomba Lari

6 hari lalu

Memahami Pentingnya Kesetaraan Lewat Lomba Lari

Plan Indonesia dan YPAC mengingatkan masyarakat soal isu kesetaraan melalui lomba lari bertajuk 'Run for Equality'.

Baca Selengkapnya

Lifecare Taxi Terbaru dari Bluebird untuk Layani Difabel dan Lansia, Pakai Toyota Voxy

9 hari lalu

Lifecare Taxi Terbaru dari Bluebird untuk Layani Difabel dan Lansia, Pakai Toyota Voxy

Bluebird meluncurkan layanan Lifecare Taxi untuk menunjang kebutuhan penyandang disabilitas dan lansia.

Baca Selengkapnya

Disney Ubah Layanan untuk Penyandang Disabilitas di Disneyland dan Walt Disney World

12 hari lalu

Disney Ubah Layanan untuk Penyandang Disabilitas di Disneyland dan Walt Disney World

Perubahan layanan itu mengundang reaksi dari penggemar Disney dan pengguna layanan sebelumnya

Baca Selengkapnya