Kondisi Difabel yang Bisa Melihat namun Tak Kenal Wajah Sendiri
Reporter
Cheta Nilawaty P.
Editor
Rini Kustiani
Jumat, 8 Maret 2019 10:00 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Dunia kesehatan menemukan kondisi difabel yang tak bisa dikategorikan dalam empat kelompok ragam disabilitas yang sudah ditentukan. Seperti diketahui, secara garis besar ada empat kategori difabel, yakni disabilitas fisik, disabilitas sensorik, disabilitas mental, dan disabilitas intelektual.
Baca: 6 Presiden Amerika yang Ternyata Difabel, Bill Clinton Termasuk
Kondisi difabel yang tak masuk dalam empat kategori itu adalag face blindness. Dalam dunia medis, kondisi disabilitas ini dikenal dengan istilah prosopagnosia atau keadaan di mana seseorang sulit mengidentifikasi wajahnya sendiri dan orang lain.
Seorang penyandang prosopagnosia, Boo James mengatakan tidak dapat mengenali wajahnya sendiri, wajah ibunya, dan siapapun. “Saya kerap merasa lelah fisik dan emosional terhadap kondisi yang saya alami,” kata Boo James seperti dikutip dari situs BBC, Selasa 5 Maret 2019.
Penyandang prosopagnosia sejatinya dapat melihat seluruh bagian wajah, seperti hidung, alis, mata, bibir, pipi, dagu, dahi, namun mereka tak dapat mengorganisasikannya ke dalam informasi yang dapat ditangkap saraf otak. James menjelaskan, lingkungan yang belum familiar terhadap jenis disabilitas ini kerap menganggap orang yang mengalaminya sebagai pemalas.
James mengatakan itulah stigma yang dia rasakan ketika orang lain tak tahu kalau dia mengalami face blindness. "Mereka menganggap saya malas berpikir lebih keras dan melatih daya ingat," kata James. Padahal, dia merasa selalu ada informasi yang salah atau kurang ketika coba memandang wajah seseorang lebih lama.
Baca juga: Surya Candra, Caleg Difabel Pembela Kaum Buruh
Bahkan ada satu keadaan di mana James tidak dapat mengenali wajahnya sendiri ketika diperlihatkan foto keluarga oleh ibunya. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Swansea University, prosopagnosia juga bisa disebabkan kegagalan komunikasi saraf di otak yang mengatur pengenalan wajah.
“Kami harus dapat mengurai bagian-bagian yang menghalangi transfer rangsang di saraf pengenalan wajah pada otak,” ujar seorang peneliti dari Swansea University, dokter Joddie Davies-Thompson. Hingga kini, belum ada obat atau terapi yang dapat mengurangi tingkat keparahan prosopagnosia. Meski begitu, Boo James punya cara sendiri untuk menyiasati keterbatasannya.
“Saya akan menghafal ciri atau tanda lain yang ada pada tubuh seseorang, misalnya perhiasan yang sering dipakai, gestur tubuh, suara maupun peralatan yang sering dibawa,” ujar James. Ciri-ciri tersebut akan selalu diingat setelah pertama kali bertemu dengan seseorang.
Artikel lainnya: Difabel Ini Menulis Buku Autobiografinya Dengan Hidung