TEMPO.CO, Jakarta - Partai Solidaritas Indonesia (PSI) mengusung nama Surya Tjandra, 47 tahun, sebagai salah satu calon legislatif di daerah pemilihan Jawa Timur 5 atau wilayah Malang Raya yang mencakup Kota dan Kabupaten Malang. Surya adalah salah satu caleg difabel dengan disabilitas daksa polio di kaki kirinya sejak berusia 6 bulan.
Baca: Ternyata Anak Jenius Masuk Anak Berkebutuhan Khusus
Baca Juga:
Menamatkan kuliah di fakultas hukum universitas Indonesia pada tahun 1995, Surya sudah setahun lebih dulu aktif di lembaga bantuan hukum Jakarta. Iya banyak menangani dan membela kasus-kasus kaum buruh tanpa menerima bayaran. Lantaran sering menangani kasus Probono, Surya dan teman temannya sesama aktivis mendirikan lembaga Swadaya masyarakat bernama Trade Union Right Center (TURC) pada 2003.
“Soal pembiayaan, saya tidak khawatir karena saya juga menjadi dosen di Fakultas Hukum Universitas Atmajaya dan ada beberapa sumber lainnya, memang untuk sementara ini saya merasa lebih cocok pada gerakan non profit,” ujar Surya saat dihubungi tempo, Selasa 5 Maret 2019.
Sejak 2003 hingga saat ini Surya masih aktif mengadvokasi kasus kasus perburuhan. Tidak hanya di lingkup perburuhan, Surya juga salah satu advokat yang mendorong disahkannya Undang Undang Sistem Jaminan Sosial Nasional. Ia bersama beberapa advokat lainnya yang bergabung dalam Tim penggugat pemerintah, memenangkan gugatan mengenai pengesahan undang undang sistem jaminan sosial nasional di pengadilan negeri Jakarta Pusat pada tahun 2010.
Surya Tjandra, Caleg Partai Solidaritas Indonesia di daerah pemilihan Jawa Timur 5 atau wilayah Malang Raya yang mencakup kota dan kabupaten Malang. Ia penyandang disabilitas polio.
“Sebab harusnya undang undang tentang sistem jaminan sosial itu sudah harus diketok Palu sejak tahun 2009, makanya ketika kami ajukan gugatan ke pengadilan negeri Jakarta pusat, gugatan itu dikabulkan dan undang undang tentang sistem jaminan sosial nasional itu akhirnya disahkan,” ujar Doktor of Philosophy Comon in Law Dari Leiden university, Nederland ini.
Tahun 2015 Surya ikut mencalonkan diri dalam bursa calon pimpinan komisi pemberantasan korupsi. Namanya masuk dalam 10 besar calon pimpinan KPK. Namun di putaran terakhir, Surya gagal melaju karena tidak memiliki jaringan pendukung yang banyak di DPR.
Beberapa tahun sebelum tahun 2018, salah satu koleganya di partai solidaritas Indonesia yang menjabat sebagai Sekjen, Raja Juli Antoni mengajaknya untuk bergabung ke PSI. Ayah satu putri ini pun langsung menyetujui. Surya ditempatkan mewakili Dapil Jawa Timur lima di Kota dan Kabupaten Malang karena wilayah tersebut dinilai PSI memiliki preferensi politik yang cukup baik.
“Kami membuat indeks wilayah mana yang paling politable Dan Malang Raya adalah wilayah yang memiliki indeks cukup baik, warga di situ cenderung tidak fanatik atau memiliki referensi politik Yang itu itu saja,” kata Surya. Meskipun, ia tidak memungkiri Jakarta memiliki tingkat elektabilitas yang lebih tinggi untuk dirinya.
Vice Director Operational Field Jakarta Legal Aid Institute yang sehari-hari menyetir mobilnya sendiri ini memiliki kampanye politik menghapus dana aspirasi anggota DPR. Lantaran Dana aspirasi tersebut dinilai Surya dan PSI memiliki jumlah yang tidak masuk akal dan dapat menghabiskan anggaran negara. Menurut Surya sangat disayangkan, bila uang rakyat dihabiskan untuk membayar dana aspirasi yang tidak jelas penggunaannya.
“Jumlah dana aspirasi itu besar sekali, perorang bisa mencapai Rp 2-3 miliar,” ujar Surya. Demi melaksanakan kampanye nya tersebut, Surya dan Tim suksesnya rela berkampanye dari pintu ke pintu. Ia berkampanye dengan menyebarkan komik pendidikan mengenai perlunya penghapusan dana aspirasi DPR.
Baca: Simak Janji Dua Kubu Capres untuk Para Penyandang Disabilitas
Meski Surya merupakan salah satu penyandang disabilitas, Dewan penasehat TURC ini justru tidak menggabungkan diri secara khusus di organisasi organisasi Penyandang disabilitas. Surya justru berjuang di bidang perburuhan dan membangun jaringannya di dunia tersebut. Iya termasuk orang yang tidak pernah ragu ragu atau malu melakukan sesuatu yang dianggapnya benar. “Saya saat jadi advokat probono di LBH dulu, sering ke kantor naik sepeda. Nggak ada masalah fisik buat saya, kalo ngomong yang dilihat kan mukanya, bukan kakinya,” ujar Surya.