Terapis Tunanetra Go-Massage Tak Suka Disabilitas Dikasihani

Reporter

Antara

Editor

Rini Kustiani

Selasa, 27 November 2018 16:01 WIB

Ilustrasi penyandang disabilitas tunanetra dan tulisan braille. ANTARA

TEMPO.CO, Jakarta - Seorang terapis tunanetra yang bergabung dalam layanan Go-Massage, Sumadi bersyukur bisa menggunakan keterampilannya dengan bantuan teknologi. Pria asal Jepara, Jawa Tengah ini percaya kalau keterbatasan tidak boleh membatasi ruang gerak dan kemandiriannya.

Baca: Adik Prabowo Miris Pemijat Tunanetra Kerap Dibohongi

Bagi Sumadi, penyandang disabilitas apapun tak seharusnya dikasihani, melainkan diberi kepercayaan agar bisa mandiri. "Terus terang, saya tidak suka melihat teman disabilitas yang ingin dikasihani. Karena sikap mereka yang seperti itu membuat orang jadi ragu," kata Sumadi yang menjadi terapis Go-Massage sejak 2015 ini. "Sebenarnya pekerjaan apapun bisa asalkan ada kemauan."

Melalui Go-Massage, Sumadi rata-rata menangani tiga pelanggan setiap hari. "Walaupun seorang tunanetra, bukan berarti saya tidak bisa melakukan hal yang berarti bagi orang terdekat. Bukan juga berarti saya tidak dapat bersosialisasi dengan banyak orang karena tunanetra bukan akhir dari segalanya," ucap ayah dari dua anak ini.


Pemijat tunanetra di layanan Go-Massage, Sumadi. (Dok. Go-Jek)

Advertising
Advertising

Dari jasa pijat, Sumadi mampu menyisihkan sebagian penghasilannya untuk memiliki rumah di Cileungsi, Jawa Barat, dengan cara kredit. Penghasilannya selama bergabung di Go-Massage setelah dipotong untuk cicilan KPR itu, menurut dia, cukup untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga.

Pencapaian Sumadi saat ini adalah buah dari perjalanan panjang yang dia lewati sejak memutuskan mengadu nasib ke Jakarta pada 1990. Saat itu, Sumadi bertekad mencari rezeki sebagai tukang pijat di Ibu Kota. Sumadi kehilangan penglihatannya sejak berusia 10 tahun lantaran mengalami penurunan kualitas penglihatan atau low vision.

Berbekal semangat dan cita-cita, Sumadi belajar pijat di panti pijat Dinas Sosial DKI Jakarta. "Sejak saat itu saya mulai menekuni pijat memijat,” ujar Sumadi. Selain di Dinas Sosial DKI Jakarta, Sumadi juga belajar memijat dari Panti Sosial Bina Netra.

Pada awalnya jumlah pelanggan masih sedikit. Sebaliknya kebutuhan hidup di Jakarta terus berjalan, bahkan kian meningkat. Keberuntungan sempat menghampiri Sumadi ketika bertemu seorang pelanggan yang mengajaknya bergabung dengan sebuah panti pijat.

Baca juga: Tunanetra Sartono Berjalan Tanpa tongkat, Pakai Mata Batin

Sejak itu dia mulai mencari kontrakan di kawasan Pademangan, Jakarta Utara. Pria yang menikah pada tahun 1993 itu kemudian mampu mengembangkan usaha panti pijat secara swadaya. Panti pijat pertama miliknya dibuka di Tebet, Jakarta Selatan.

Panti pijat sekaligus kediaman Sumadi dan keluarganya itu kerap dikunjungi pelanggan setia. "Karena saya tinggal di kontrakan di dalam gang sempit, beberapa pelanggan lebih nyaman bila dipijat di rumah mereka," ucap Sumadi.

Sumadi berharap masyarakat bisa mengubah persepsi terhadap disabilitas. Dia ingin batasan antara disabilitas dan non-disabilitas dikikis menjadi kepercayaan, bukan keraguan. "Saya paham, belum semua bisa melihat kami sebagai orang yang mampu. Kami memang minoritas, tapi kami ada," ucap dia. "Semoga rasa kasihan itu tidak membatasi rezeki kami. Kalau ragu, silakan dicoba karena saya juga melewati banyak pelatihan."

Senada dengan Sumadi, ada Heru Widyanto, 39 tahun, yang juga terapis tunanetra di layanan Go-Massage sejak 2015. Dia bersyukur penghasilannya bisa digunakan untuk membayar kuliah anaknya yang baru saja lulus program D3.

"Alhamdulillah bisa menguliahkan anak. Dulu, jangankan buat kuliah, enggak bisa ke mana-mana. Sekarang bisa ajak jalan-jalan istri sama anak-anak ke mal," kata Heru diiringi tawa. Isteri Heru, Nanik mengatakan penghasilan suaminya saat ini lebih tinggi dibandingkan ketika hanya membuka jasa pijat di rumah.

Artikel lainnya:
Atlet Tunanetra Berlaga di Cabang Atletik Lompat Jauh, Caranya...

Berita terkait

Cerita Kedai Kopi Difabel di Jalan Kendal

13 jam lalu

Cerita Kedai Kopi Difabel di Jalan Kendal

Pramusaji dan barista kedai kopi difabel di Jalan Kendal menceritakan suka-duka menghadapi pelanggan yang tak menyadari bahwa mereka tuli.

Baca Selengkapnya

Keunggulan Taptilo untuk SLB yang Pernah Ditahan Bea Cukai 1,4 Tahun

5 hari lalu

Keunggulan Taptilo untuk SLB yang Pernah Ditahan Bea Cukai 1,4 Tahun

Bea Cukai sempat menahan dan memberikan pajak kepada taptilo untuk SLB. Padahal, taptilo sangat berarti bagi pembelajaran tunanetra.

Baca Selengkapnya

Awal Mula Penemuan Taptilo untuk SLB yang Sempat Ditahan dan Dipajaki Bea Cukai, Alat Apakah Itu?

5 hari lalu

Awal Mula Penemuan Taptilo untuk SLB yang Sempat Ditahan dan Dipajaki Bea Cukai, Alat Apakah Itu?

Alat pembelajaran taptilo untuk salah satu SLB sempat ditahan dan dipajaki Bea Cukai. Apakah itu Taptilo yang penting bagi belajar tunanetra?

Baca Selengkapnya

Wisuda Telkom University Bandung Kini Libatkan Penerjemah Berbahasa Isyarat

8 hari lalu

Wisuda Telkom University Bandung Kini Libatkan Penerjemah Berbahasa Isyarat

Disebutkan, banyak mahasiswa Telkom University Bandung adalah teman-teman disabilitas. Inklusi diklaim jadi fondasi utama.

Baca Selengkapnya

Cerita Penyandang Disabilitas Mengikuti UTBK SNBT 2024 di Universitas Jember

9 hari lalu

Cerita Penyandang Disabilitas Mengikuti UTBK SNBT 2024 di Universitas Jember

Universitas Jember memastikan peserta berkebutuhan khusus dalam UTBK SNBT 2024 bisa mengikuti ujian dengan baik.

Baca Selengkapnya

Cerita Peserta Disabilitas Ikut UTBK 2024 di UI

10 hari lalu

Cerita Peserta Disabilitas Ikut UTBK 2024 di UI

Begini cerita Makhsun Intikhon, penyandang disabilitas netra yang mengikuti UTBK untuk kedua kalinya di UI.

Baca Selengkapnya

Pemerintah Dorong Lembaga Keuangan Prioritaskan Kredit untuk Difabel

10 hari lalu

Pemerintah Dorong Lembaga Keuangan Prioritaskan Kredit untuk Difabel

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian mendorong lembaga keuangan penyalur Kredit Usaha Rakyat (KUR) untuk memprioritaskan kalangan difabel.

Baca Selengkapnya

Cerita Calon Mahasiswa Disabilitas Ikut UTBK 2024 di Unesa

10 hari lalu

Cerita Calon Mahasiswa Disabilitas Ikut UTBK 2024 di Unesa

Unesa menjadi lokasi pelaksanaan UTBK SNBT 2024 untuk calon mahasiswa disabilitas.

Baca Selengkapnya

37 Penyandang Disabilitas Ikut Rekrutmen Bintara Polri Tahun Ini

11 hari lalu

37 Penyandang Disabilitas Ikut Rekrutmen Bintara Polri Tahun Ini

Jumlah penyandang disabilitas yang mendaftar rekrutmen Bintara Polri meningkat

Baca Selengkapnya

Dari UTBK Hari Pertama: Peserta Datang Tak Sampai 100 Persen, 7 Dicoret dari Layanan Disabilitas

12 hari lalu

Dari UTBK Hari Pertama: Peserta Datang Tak Sampai 100 Persen, 7 Dicoret dari Layanan Disabilitas

Sebanyak 1.700 peserta tercatat mengikuti UTBK-SNBT 2024 pada hari pertama di Universitas Jember, Selasa 30 April 2024

Baca Selengkapnya