Tunanetra Sartono Mahir Bikin Patung Kertas

Kamis, 8 November 2018 09:04 WIB

Sartono, 55 tahun, tunanetra pembuat patung di Kampung Sekalekan, Kelurahan Kabupaten, Kecamatan Klaten Tengah, Kabupaten Klaten, pada Rabu, 7 November 2018. Dinda Leo Listy / KLATEN

TEMPO.CO, Klaten - Menjadi tunanetra bukan alasan untuk menyerah pada kegelapan lantas menggantungkan hidup pada belas kasih orang lain. Prinsip itulah yang terus dipegang Sartono, 55 tahun, penyandang disabilitas netra asal Kabupaten Klaten yang setia menekuni pekerjaan sebagai perajin patung berbahan kertas selama hampir separuh usianya.

Baca juga:
Apa saja Fasilitas yang Diperlukan Tunanetra di Perpustakaan

"Sudah 25 tahun saya membuat patung. Tapi beberapa bulan ini sedang sepi, belum ada pesanan lagi," kata Sartono saat Tempo bertandang ke tempat tinggalnya di Kampung Sekalekan, Kelurahan Kabupaten, Kecamatan Klaten Tengah, pada Rabu, 7 November 2018. Sartono bersama istri dan anak semata wayangnya yang berumur 14 tahun dan memiliki keterbatasan intelegensi tinggal di sebuah rumah berlantai dua di tepi Jalan Pemuda, beberapa meter di barat Alun-alun Kota Klaten. Oleh sang pemilik rumah, Sartono dipercaya menjaga dan merawat rumah untuk indekos para karyawan toko itu.

Di garasi rumah itulah Sartono biasa mengerjakan patung-patung dengan bermacam bentuk dan ukuran, mulai dari patung manusia, hewan, hingga miniatur bangunan. Seluruh proses pembuatan patung itu dia kerjakan sendiri, mulai dari menganyam bambu menjadi rangka, membalut dan menata bentuknya menggunakan kertas sak semen dan koran bekas, hingga pengecatan pada tahap akhir.

"Saya tidak menggunakan bubur kertas karena mesti dipahat, sedangkan mata saya tidak bisa melihat. Jadi kertas-kertas itu langsung saya balutkan pada rangkanya kemudian dilem. Lemnya saya buat dari tepung kanji. Setelah dijemur, saya balut kertas lagi. Begitu terus sambil dibentuk-bentuk pakai tangan,” kata Sartono yang bertubuh kurus namun akrab disapa Pak Gendut oleh tetangganya.

Advertising
Advertising

Sartono, 55 tahun, tunanetra pembuat patung di Kampung Sekalekan, Kelurahan Kabupaten, Kecamatan Klaten Tengah, Kabupaten Klaten, pada Rabu, 7 November 2018. Dinda Leo Listy / KLATEN

Untuk menyelesaikan satu patung seukuran tubuh manusia, Sartono membutuhkan waktu sekitar sebulan. Sedangkan patung-patung hewan seperti anjing, kuda, dan harimau yang berukuran lebih kecil, bisa dia kerjakan selama dua pekan. Harga patungnya bervariasi, berkisar Rp 200 ribu sampai Rp 400 ribu. "Tergantung ukuran dan tingkat kerumitannya," kata Sartono.

Sartono biasanya menerima banyak pesanan patung setiap menjelang Agustus. Selain untuk karnaval perayaan hari ulang tahun kemerdekaan RI, patung-patung kertas itu juga sering digunakan sebagai penghias gardu atau panggung kesenian di desa-desa. Tidak sedikit pula yang memesan patung buatan Sartono untuk hiasan di taman atau teras rumah.

Baca juga: Cara Tunanetra Bermain Catur

Sartono bukan disabilitas netra sejak lahir. Namun sejak berusia 9 tahun, kemampuan penglihatannya lambat laun menurun sampai hilang sama sekali. "Waktu sekolah, saya duduk di bangku belakang, lalu pindah ke tengah, duduk di bangku paling depan, sampai duduk tepat di depan papan tulis hingga akhirnya total tidak bisa melihat. Banyak guru menyayangkan kondisi saya karena dulu saya termasuk siswa yang pintar," kata Sartono mengenang masa kecilnya.

Meski akhirnya menyandang disabilitas netra, Sartono tetap melanjutkan pendidikannya di sekolah yang sama hingga lulus SD. "Tapi saya tidak lanjut ke SMP karena cita-cita dan keinginan merantau sudah pupus semua. Saya lalu bekerja jadi kuli bangunan. Tugas saya membuat adonan semen, menata batu-bata, dan apa saja yang bisa saya kerjakan dengan keterbatasan ini," kata Sartono.

Artikel lainnya: Kesulitan Teman Disabilitas Saat Berurusan dengan Bank

Selama tiga tahun menjadi kuli bangunan, Sartono juga mencari keahlian lain. Dan, pilihannya jatuh pada teknik membuat patung dari kertas. "Ada tetangga saya yang punya usaha kerajinan patung kertas. Saya ikut belajar. Awalnya cuma pegang-pegang, lalu saya coba membikin sendiri di rumah," kata Sartono.

Setelah menikah pada usia 40 tahun, Sartono juga sempat mencari tambahan penghasilan dengan berjualan minyak tanah. Namun, usaha tersebut tidak bertahan lama setelah harga minyak tanah mulai meroket dan dia membutuhkan banyak biaya untuk berobat anaknya. "Sekarang anak saya masih bersekolah di SLB," kata Sartono.

Berita terkait

Wisuda Telkom University Bandung Kini Libatkan Penerjemah Berbahasa Isyarat

23 jam lalu

Wisuda Telkom University Bandung Kini Libatkan Penerjemah Berbahasa Isyarat

Disebutkan, banyak mahasiswa Telkom University Bandung adalah teman-teman disabilitas. Inklusi diklaim jadi fondasi utama.

Baca Selengkapnya

Cerita Penyandang Disabilitas Mengikuti UTBK SNBT 2024 di Universitas Jember

2 hari lalu

Cerita Penyandang Disabilitas Mengikuti UTBK SNBT 2024 di Universitas Jember

Universitas Jember memastikan peserta berkebutuhan khusus dalam UTBK SNBT 2024 bisa mengikuti ujian dengan baik.

Baca Selengkapnya

Cerita Peserta Disabilitas Ikut UTBK 2024 di UI

3 hari lalu

Cerita Peserta Disabilitas Ikut UTBK 2024 di UI

Begini cerita Makhsun Intikhon, penyandang disabilitas netra yang mengikuti UTBK untuk kedua kalinya di UI.

Baca Selengkapnya

Pemerintah Dorong Lembaga Keuangan Prioritaskan Kredit untuk Difabel

3 hari lalu

Pemerintah Dorong Lembaga Keuangan Prioritaskan Kredit untuk Difabel

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian mendorong lembaga keuangan penyalur Kredit Usaha Rakyat (KUR) untuk memprioritaskan kalangan difabel.

Baca Selengkapnya

Cerita Calon Mahasiswa Disabilitas Ikut UTBK 2024 di Unesa

3 hari lalu

Cerita Calon Mahasiswa Disabilitas Ikut UTBK 2024 di Unesa

Unesa menjadi lokasi pelaksanaan UTBK SNBT 2024 untuk calon mahasiswa disabilitas.

Baca Selengkapnya

37 Penyandang Disabilitas Ikut Rekrutmen Bintara Polri Tahun Ini

3 hari lalu

37 Penyandang Disabilitas Ikut Rekrutmen Bintara Polri Tahun Ini

Jumlah penyandang disabilitas yang mendaftar rekrutmen Bintara Polri meningkat

Baca Selengkapnya

Dari UTBK Hari Pertama: Peserta Datang Tak Sampai 100 Persen, 7 Dicoret dari Layanan Disabilitas

5 hari lalu

Dari UTBK Hari Pertama: Peserta Datang Tak Sampai 100 Persen, 7 Dicoret dari Layanan Disabilitas

Sebanyak 1.700 peserta tercatat mengikuti UTBK-SNBT 2024 pada hari pertama di Universitas Jember, Selasa 30 April 2024

Baca Selengkapnya

Memahami Pentingnya Kesetaraan Lewat Lomba Lari

7 hari lalu

Memahami Pentingnya Kesetaraan Lewat Lomba Lari

Plan Indonesia dan YPAC mengingatkan masyarakat soal isu kesetaraan melalui lomba lari bertajuk 'Run for Equality'.

Baca Selengkapnya

Duet Seniman Bandung, Louise dan Dzikra Gelar Pameran Karya Terbaru di Galeri Orbital

9 hari lalu

Duet Seniman Bandung, Louise dan Dzikra Gelar Pameran Karya Terbaru di Galeri Orbital

Pada kekaryaan pameran ini menurut Rifky, keduanya menemukan nilai artistik melalui kerja bersama di studio.

Baca Selengkapnya

Lifecare Taxi Terbaru dari Bluebird untuk Layani Difabel dan Lansia, Pakai Toyota Voxy

10 hari lalu

Lifecare Taxi Terbaru dari Bluebird untuk Layani Difabel dan Lansia, Pakai Toyota Voxy

Bluebird meluncurkan layanan Lifecare Taxi untuk menunjang kebutuhan penyandang disabilitas dan lansia.

Baca Selengkapnya