Lewat Kopi, Barista Difabel Berjuang untuk Setara

Rabu, 31 Oktober 2018 16:06 WIB

Eko Sugeng (kanan), 33 tahun, seorang barita difabel sedang menyeduh kopi di acara Temu Inklusi 2018 di Gunungkidul, Kamis 25 Oktober 2018. TEMPO | Pito Agustin Rudiana

TEMPO.CO, Gunungkidul - Raut muka Eko Sugeng, 33 tahun, terlihat serius. Dia sedang menuang air panas dari teko ke dalam V60, sebuah alat seduh kopi manual brewing berbentuk kerucut. Sebelumnya, bubuk kopi hasil penggilingan dalam mesin grinder dimasukkan dalam V60 yang dilapisi penyaring berbahan kertas.

Cairan kopi yang hitam kemudian menetes dari ujung kerucut. Dan itu dilakukan Eko dengan memaksimalkan kemampuan kedua tangannya yang hanya sebatas siku. "Saya belajar jadi barista sejak 2017," kata Eko kepada Tempo di acara Temu Inklusi 2018 di Desa Plembutan, Kecamatan Playen, Kabupaten Gunungkidul, Kamis 25 Oktober 2018.

Baca: Kaiden, Orang Indonesia Pertama Pembuat Tongkat Tunanetra

Perkenalannya dengan dunia barista bermula dari kesukaannya minum kopi di Cupable Coffee, sebuah kedai kopi di kawasan Pusat Rehabilitasi Yakkum Jalan Kaliurang Kilometer 13, Kabupaten Sleman. Eko menjadi staf di pusat rehabilitasi itu setelah sekian lama menjalani rehabilitasi pascakecelakaan yang menimpanya.

Pemuda asal Pekalongan ini tersengat listrik saat membenahi kabel yang berserak pada 2002. Saat itu, Eko tengah membantu saudaranya memasang jaringan antena televisi. Entah bagaimana mulanya, Eko tiba-tiba pingsan. Kedua tangannya harus diamputasi akibat terkena aliran listrik tegangan tinggi. "Saya suka beli kopi di situ. Sama pemiliknya, saya ditawari belajar menyeduh kopi," kata Eko.

Advertising
Advertising

Awalnya bingung dan pesimistis dengan kemampuan dua lengannya. Tapi dia terus belajar dan berlatih dengan semangat. Hingga kemudian Yakkum bekerja sama dengan Asia Foundation menggelar Program Peduli bertema Barista Inklusi. Ada delapan peserta inklusi dan tiga di antaranya difabel, termasuk Eko.

Dalam program itu, mereka tinggal di Suroloyo, Kabupaten Kulon Progo yang berada di lereng Pegunungan Menoreh untuk belajar tentang dunia kopi langsung dari petani. Mulai dari cara menanam, merawat, memanen, hingga mengolah kopi pascapanen.

Untuk belajar menyeduh dan cupping kopi, mereka memperdalam keterampilan dengan magang di sejumlah kedai kopi di Yogyakarta yang menjalin kerja sama dengan Cupable dan Yakkum. Kopi yang diseduh beragam asalnya, seperti dari Gayo, Toraja, Kerinci, Temanggung, juga Menoreh. Dari situlah semakin terlihat kecenderungan keahlian mereka dalam menyeduh kopi. Ada yang mempunyai kemampuan membuat latte, cappuccino, dan manual brewing.

"Saya sejak awal belajar menyeduh pakai V60 dan sampai sekarang saya suka pakai alat itu," kata Eko, peminum kopi robusta yang beralih ke arabika setelah mengenal cara menyeduh kopi. Salah satu teknik yang sulit dipelajarinya hingga kini adalah membuat kopi latte. Lantaran dalam latte tak sekedar menyeduh kopi. Tapi ada teknik membuat hiasan dengan busa (foam) dari susu pada permukaan kopi.

Baca juga: Penyandang Disabilitas Indonesia Pertama di Komite HAM PBB

Barista membutuhkan ketepatan waktu untuk membentuk busa yang bagus. Dengan kondisi kedua lengannya, teknik itu sulit dilakukan. "Untuk floating susu butuh timing yang pass. Mesti ada alat yang dimodifikasi," ucap Eko. Dari proses belajar dan berlatih terus-menerus, Eko bisa mengetahui modifikasi alat yang dibutuhkan. Begitu pula alat modifikasi yang juga digunakannya untuk meletakkan bubuk kopi dalam mesin espresso.

Modifikasi peralatan itu dilakukan di bengkel prostetik dan orthotik tempatnya bekerja. "Bagaimana pun ketika kopi buatan saya bisa dinikmati banyak orang dan mendapat masukan agar hasilnya lebih layak, itu sangat berkesan," kata Eko.

Untuk ke depannya, Eko ingin punya kedai kopi sendiri. Lewat kedai kopi itu, dia ingin memberdayakan teman-teman difabel agar bisa mandiri. Dia juga berharap bisa mencapai kesetaraan agar barista difabel mendapatkan sertifikat nasional dan internasional sebagaimana barista non difabel. Seperti slogan yang dicupliknya dari Cupable, karena kopi kita setara. "Karena di kedai kopi tak ada 'gap', bisa ngobrol apa saja. Kita ini setara," kata Eko menegaskan.

Berita terkait

Memahami Pentingnya Kesetaraan Lewat Lomba Lari

8 jam lalu

Memahami Pentingnya Kesetaraan Lewat Lomba Lari

Plan Indonesia dan YPAC mengingatkan masyarakat soal isu kesetaraan melalui lomba lari bertajuk 'Run for Equality'.

Baca Selengkapnya

Lifecare Taxi Terbaru dari Bluebird untuk Layani Difabel dan Lansia, Pakai Toyota Voxy

3 hari lalu

Lifecare Taxi Terbaru dari Bluebird untuk Layani Difabel dan Lansia, Pakai Toyota Voxy

Bluebird meluncurkan layanan Lifecare Taxi untuk menunjang kebutuhan penyandang disabilitas dan lansia.

Baca Selengkapnya

Disney Ubah Layanan untuk Penyandang Disabilitas di Disneyland dan Walt Disney World

5 hari lalu

Disney Ubah Layanan untuk Penyandang Disabilitas di Disneyland dan Walt Disney World

Perubahan layanan itu mengundang reaksi dari penggemar Disney dan pengguna layanan sebelumnya

Baca Selengkapnya

Indonesia Targetkan Nilai Ekspor Kopi ke Mesir Tahun Ini Tembus Rp 1,5 Triliun

6 hari lalu

Indonesia Targetkan Nilai Ekspor Kopi ke Mesir Tahun Ini Tembus Rp 1,5 Triliun

Atase Perdagangan Kairo, M Syahran Bhakti berharap eksportir kopi Indonesia dapat memenuhi permintaan dari Mesir pada 2024 ini di atas Rp 1,5 triliun.

Baca Selengkapnya

Transportasi Inklusif Bikin Penyandang Disabilitas Kini Bisa Mudik dengan Nyaman

21 hari lalu

Transportasi Inklusif Bikin Penyandang Disabilitas Kini Bisa Mudik dengan Nyaman

Kementerian Perhubungan dan BSI memfasilitasi penyandang disabilitas untuk mudik dengan nyaman.

Baca Selengkapnya

Kemensos Berikan Gelang Khusus Disabilitas

24 hari lalu

Kemensos Berikan Gelang Khusus Disabilitas

Penyandang disabilitas sering kali menghadapi risiko yang tinggi dalam kehidupan sehari-hari.

Baca Selengkapnya

Asal Mula Hari Peduli Autisme Sedunia, Memahami Orang-orang dengan Spektrum Autisme

25 hari lalu

Asal Mula Hari Peduli Autisme Sedunia, Memahami Orang-orang dengan Spektrum Autisme

Hari Peduli Autisme Sedunia diperingati setiap 2 April untuk meningkatkan kesadaran tentang Gangguan Spektrum Autisme (ASD)

Baca Selengkapnya

Inilah Alasan Disarankan Tidak Minum Kopi Sebelum Naik Pesawat

28 hari lalu

Inilah Alasan Disarankan Tidak Minum Kopi Sebelum Naik Pesawat

Minum kopi sebelum penerbangan tak hanya meningkatkan risiko kembung, tapi juga menyebabkan dehidrasi yang berujung pada rasa mual dan sakit kepala.

Baca Selengkapnya

Heru Budi Ajak Penyandang Disabilitas Ngabuburit Naik MRT

34 hari lalu

Heru Budi Ajak Penyandang Disabilitas Ngabuburit Naik MRT

Penjabat (Pj) Gubernur DKI Jakarta, Heru Budi Purnomo mengajak penyandang disabilitas ngabuburit naik Mass Rapid Transit (MRT) Jakarta

Baca Selengkapnya

Kopi Kenangan Sajikan Blewah Mewah, Menu Segar untuk Berbuka Puasa

34 hari lalu

Kopi Kenangan Sajikan Blewah Mewah, Menu Segar untuk Berbuka Puasa

Menu andalan Blewah Tea dengan taburan Blewah Jelly yang terbuat dari ekstrak buah asli

Baca Selengkapnya