TEMPO.CO, Jakarta - Perubahan iklim global memberikan dampak buruk bagi lingkungan hidup. Banyak bencana alam terutama bencana hydrometereologi seperti banjir yang menyulitkan sekaligus mengancam hidup penyandang disabilitas.
"Terutama saat proses evakuasi banyak penyandang disabilitas menjadi korban karena ditinggal keluarga atau pendamping mereka sehingga terperangkap dalam kondisi bencana," ujar Maria Yasinta dari Perhimpunan Penyandang Disabilitas Kabupaten Malaka, Nusa Tenggara Timur, dalam webinar mitigasi dan adaptasi lingkungan hidup yang diinisiasi Perhimpunan Jiwa Sehat, Senin 22 Mei 2023.
Kisah Maria Yasinta, Penyandang Disabilitas Saat Badai Seroja
Maria Yasinta merupakan salah satu penyintas disabilitas saat badai Seroja melanda NTT pada 2021 yang menyebabkan banjir bandang dan menelan korban 47 orang hilang serta ratusan luka -luka. Badai siklon tropis Seroja juga membuat 12 ribu warga NTT mengungsi dan menyebabkan banyak maasalah akses bagi penyandang disabilitas.
"Terutama dalam mengakses toilet dan logistik bagi teman teman yang menggunakan tongkat, kursi roda maupun yang mengalami hambatan mobilitas, seperti warga yang sudah tua," kata Maria Yasinta. Lantaran itu, PPD Malaka Tengah memberikan pendapat perlu ada pelibatan penyandang disabilitas dalam penyusunan kebijakan mengenai mitigasi dan adaptasi bencana alam. Seperti misalnya, sosialisasi dan pelatihan cara menghadapi bencana alam bagi difabel.
"Penyediaan petunjuk dan informasinya hrus dapat diakses atau terakses bagi penyandang disabilitas, sederhananya jalur evakuasi yang tidak hanya menunjukkan arah tapi juga menyediakan akses penyelamatan bagi difabel," Maria Yasinta menambahkan.
Penyandang Disabilitas Alami Diskriminasi dalam Proses Evakuasi
Dalam laporan yang ditulis Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesejahteraan Sosial (B2P3KS) Yogyakarta, Kementerian Sosial mengungkapkan, orang dengan disabilitas atau difabel terdampak bencana secara tidak proporsional karena proses evakuasi, tanggap darurat, dan rehabilitasi yang tidak sesuai dengan kebutuhan mereka. Penyandang disabilitas menjadi kelompok yang tidak diikutsertakan dalam perencanaan penanggulangan dan kesiapsiagaan bencana dikarenakan pandangan negatif yang melekat.
Selain diskriminasi dalam proses evakuasi, penyediaan aksesibilitas dalam proses mitigasi dan adaptasi perubahan iklim bagi difabel masih sangat minim. Seperti sumber informasi dan aksi mitigasiserta adaptasi apa yang dapat dilakukan difabel, tidak hanya saat bencana terjadi melainkan pula perilaku hidup sehari - hari yang dapat dilakukan difabel dalam mengantisipasi perubahan iklim.
Pilihan Editor: 6 Juta Penyandang Disabilitas Tak Punya Kursi Roda