TEMPO.CO, Bandung - Mahasiswa dari berbagai universitas berkolaborasi membuat aplikasi Teman Disabilitas yang disingkat TeDi. Gagasan dan pembuatannya berlatar masalah keseharian disabilitas netra, rungu, dan wicara. Tim menargetkan aplikasi TeDi bisa meluncur pada Desember 2022 secara gratis.
Ide TeDi berawal dari Najma dan Julio Fahcrel dari Universitas Padjadjaran sebagai peserta studi Kampus Merdeka di Program Bangkit 2022 bersama Google. Mereka kemudian membentuk tim dari mahasiswa berbagai kampus dengan mengajak Pratama Azmi Atmajaya dari Universitas Telkom, Sang Bintang Putera Alam dari Politeknik Negeri Jember.
Lalu Gilang Martadinata dari Universitas Presiden, serta Hazlan Muhammad Qodri dari UPN Veteran Yogyakarta. Aplikasi TeDi termasuk 15 proyek terbaik dari total 437 usulan. Tim menggarapnya selama sebulan penuh pada Mei lalu. “Koordinasinya secara daring tiga kali seminggu dan lewat media sosial,” kata Najma, Senin, 8 Agustus 2022.
Tim dari Google dan dosen ikut mendampingi pengerjaan aplikasi itu yang didanai US$ 10 ribu. Mereka juga bekerjasama dengan pelajar dan guru di sebuah Sekolah Luar Biasa di Sukabumi serta mahasiswa disablitas. Tujuannya untuk mengetahui kebutuhan apa saja yang bisa dibantu oleh aplikasi. Dari keterangan guru, pelajar disabilitas yang biasa menggunakan smartphone dari tingkat Sekolah Menengah Pertama dan Atas.
Sementara ini, TeDi memuat empat fitur layanan. Bagi disabilitas wicara dan rungu, ada fitur penerjemah dengan bahasa isyarat Indonesia yang disebut Bisindo Translator. Kemudian untuk disabilitas netra, ada tiga fitur yaitu Object Detection untuk mendeteksi obyek sekitar, dan Currency Detection untuk mendeteksi mata uang Rupiah. “Mereka bilang sulit membaca mata uang dan sering ditipu orang lain,” ujar Najma.
Ketiga fitur itu bisa digunakan secara offline atau tanpa jaringan Internet. Adapun fitur Text Detection untuk membacakan naskah berbahasa Indonesia dan Inggris, perlu sambungan ke Internet. Saat ini tim telah menjajal aplikasi TeDi dengan sukses pada smartphone berbasis Android 9 atau Pie dengan memori 160 MB. Mereka terus mengembangkan TeDi agar bisa banyak dipakai pada beragam varian sistem operasi.
Cara penggunaan aplikasi itu yang berfungsi untuk mendeteksi misalnya, yaitu dengan mengarahkan kamera pada ponsel cerdas ke benda sekitar, kemudian aplikasi menyebutkan obyeknya lewat suara. Cara serupa untuk membaca naskah atau uang. Syarat uang kertasnya kata Najma, tidak kotor dan lecek.
Sementara ini akurasi dari penerjemahan bahasa isyarat yang baru tiga kata, sudah mencapai 90 persen. Adapun akurasi untuk deteksi tujuh obyek telah 95 persen, akurasi deteksi seluruh mata uang Rupiah hingga 91 persen, dan deteksi naskah 97 persen.
Penyempurnaan aplikasi dilakukan dengan cara menambah kata dan benda. Tim menargetkan 100 kosa kata bahasa isyarat, dan lebih dari 80 obyek untuk dideteksi. Selain itu, kata Najma, rencananya akan ada penambahan fitur baru seperti untuk minta pertolongan keluarga, juga deteksi warna. ”Misalnya disabilitas netra untuk memilih warna pakaian,” ujar mahasiswi jurusan Statistika Unpad angkatan 2019 itu.
ANWAR SISWADI
Baca juga: Antusias Penyandang Disabilitas Ikuti Pelatihan Pemasaran Secara Digital
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.