TEMPO.CO, Jakarta - Difabel mental intelektual di Amerika Serikat menunggu pemberian vaksin Covid-19 dalam ketidakpastian. Hingga Rabu, 13 Januari 2021, kelompok penyandang disabilitas mental dan intelektual yang tidak tinggal di panti sosial dan tak mendapat pelayanan pendampingan, belum masuk dalam kelompok prioritas penerima vaksin Covid-19.
Pendamping penyandang multi-disabilitas intelektual dan tunanetra di wilayah Washington DC, Amerika Serikat, Wendy Lindsicom mengatakan, terdapat sekitar 70 ribu penyandang disabilitas mental dan intelektual di Amerika Serikat yang menunggu pengumuman pemberian vaksin Covid-19 oleh pusat pengendalian dan pencegahan penyakit menular atau Centers for Disease Control and Prevention (CDC).
"Sebanyak 10 ribu penyandang disabilitas mental intelektual meninggal karena Covid-19, tapi hingga kini belum ada pengumuman atau prioritas pemberian vaksin Covid-19 terhadap penyandang disabilitas mental intelektual, dan kami terus menunggu," ujar Wendy Lindsicom seperti dikutip dari Washington Post, Rabu 13 Januari 2021.
Centers for Disease Control and Prevention Amerika Serikat menyalurkan vaksin Covid-19 berdasarkan tiga golongan, yaitu 1A, 1B, dan 1C sesuai dengan prioritas. Namun kelompok penyandang disabilitas yang semula masuk kategori prioritas, menurut Lindsicom, malah diturunkan statusnya sebagai kelompok bukan prioritas penerima vaksin Covid-19.
Ilustrasi vaksin Covid-19. REUTERS/Dado Ruvic
Ditambah lagi kebijakan setiap negara bagian yang berbeda, yang menurut Wendy Lindsicom, kian membuat penyandang disabilitas kebingungan menghadapi prosedur pemberian vaksin Covid-19. Contohnya di Carolina Utara, penyandang disabilitas mental dan intelektual yang tidak tinggal bersama penyandang disabilitas lainnya di panti sosial atau tidak menggunakan layanan pendampingan pemerintah tidak akan diprioritaskan mendapat vaksin Covid-19.
Sementara itu di negara bagian Tennessee, penyandang disabilitas mental dan intelektual yang hidup sendiri dan tergantung penuh pada pendampingan justru mendapatkan prioritas utama pemberian vaksin. "Bisa dibayangkan besarnya tantangan yang mereka alami, belum lagi kesulitan dan diskriminasi yang mereka dapatkan ketika harus berhadapan dengan prosedur medis di rumah sakit," kata Wendy Lindsicom.
Menanggapi permintaan para penyandang disabilitas mental dan intelektual yang berharap masuk kelompok prioritas penerima vaksin Covid-19, Centers for Disease Control and Prevention Amerika Serikat menyatakan setiap negara bagian dapat mengajukan permohonan vaksin tahap berikutnya untuk penyandang disabilitas.
Pengajuan tersebut dapat dilakukan melalui koordinasi dengan pemerintah federal setempat dan menyertakan data kelompok yang akan diprioritaskan menerima vaksin Covid-19. "Kelompok difabel dengan berbagai ragam disabilitas punya hak yang sama dengan penduduk lain dalam menerima vaksin Covid-19," demikian pernyataan CDC yang tertera di laman resminya.