Cerita Pembuatan Tangan Palsu Karla Bionics ITB Hingga Meraih Juara Dunia

Senin, 25 Juli 2022 13:14 WIB

Tangan palsu yang bisa bergerak karya tim Karla Bionics ITB. Dok: ITB.

TEMPO.CO, Jakarta - Tim Karla Bionics dari Institut Teknologi Bandung atau ITB tengah menyempurnakan purwarupa tangan palsu atau prostesis bagi difabel yang dapat bergerak dengan tenaga listrik. “Electric Power itu nanti pakai sensor dan motor,” kata Wildan Trusaji, inventor yang juga dosen Fakultas Teknik Industri ITB. Sejauh ini mekanisme tangan model kedua itu sudah berhasil namun tim masih perlu melakukan beberapa pengujian dan penyempurnaan.

Adapun tangan palsu model pertama dengan penggerak mekanik dari anggota tubuh lainnya kini telah rampung. “Sudah teruji dan dalam proses komersialisasi,” ujarnya kepada Tempo, Sabtu 23 Juli 2022. Sejak 2019, tim yang beranggotakan dosen dan mahasiswa itu membuat dua jenis tangan palsu yang dinamakan K22 BP/EL atau singkatan dari Karla Body Power/ Electric Power buatan 2022.

Nama Karla dipilih karena beberapa alasan, seperti banyak digunakan di berbagai negara dan tidak terdengar asing juga di Indonesia. “Nama yang bernuansa feminin itu juga untuk mengimbangi atau memanusiakan kata bionics di belakangnya,” kata Wildan.

Purwarupa alat bantu atau prostesis bagi difabel itu merupakan hasil pengembangan desain tangan palsu yang aktif bergerak dari Syaiful Hammam dalam tugas akhirnya sebagai mahasiswa Desain Produk ITB pada 2018. Seizin dosen pembimbing, Wildan dan Syaiful kemudian merintis wujudnya. “Saat itu belum electric power karena kami belum ada ilmunya dan targetnya mengejar harga supaya murah,” ujarnya di acara Karsa Loka, Jumat, 22 Juli 2022. Bincang daring itu gelaran Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat atau LPPM ITB.

Tangan palsu Karla Bionics dan Yayat Supriyatna saat meraih juara ketiga Cybathlon 2022. (Dok. Tim)

Advertising
Advertising

Di pasaran, menurut Wildan, harga tangan palsu pesanan dan statis atau pasif, sekitar Rp 10 juta. Sementara yang aktif atau bisa bergerak jauh lebih mahal. Tim ITB menargetkan harga jual Karla Bionics bisa kurang dari Rp 10 juta agar lebih terjangkau. Karena itu mereka menggunakan bahan polyvinyl chloride atau PVC. Keunggulan lainnya, bahan itu mudah dibentuk, ringan, dan tahan lama. Agar tampak lebih keren, tangan palsu itu dilapisi stiker sehingga seperti tangan robot. “Banyak yang menyangka bahannya dari logam,” kata Wildan.

Tangan Karla Bionics dibagi menjadi tiga bagian sekaligus persoalan, yaitu bagaimana menggerakan jari, mekanisme pengaturan jemari, dan soket. “Mekanisme gerakan jari ini kami hampir menyerah, lama mentok sekitar 3 bulan,” ujarnya. Selain itu karena mesin cetak tiga dimensi atau 3D printing sempat rusak, pembuatan jemari palsunya ikut molor. Tanpa hitungan dan teori, Syaiful Hammam lantas membuat eksperimen gerakan jari dari kertas. Dari beberapa model, sebuah di antaranya yang bergerak paling bagus dan alami kemudian dibuat dengan 3D printing.

Selanjutnya mekanisme pengaturan jari. Masalah utama dari lengan prostesis ini adalah harus bisa menggenggam dengan berbagai jenis barang dan bentuk. Solusinya, mereka mencari mekanisme geraknya di Internet. Dari sebuah penelitian orang lain yang karyanya telah dipatenkan, mereka mengenal Whipple Tree Mechanism. “Mekanisme itu membagi gaya ke atas, berbagai arah, meskipun sumbernya satu,” kata Wildan.

Berbeda dengan hasil riset yang sudah ada, tim ITB membuat kebaruan cara untuk menarik batang-batang jemari, yaitu dengan semacam tali yang terhubung lewat dua katrol. Tali itu menurut Wildan, berhasil membagi gaya ke setiap jari dengan baik sesuai benda yang digenggam. “Ini paten pertama kali pada 2020 untuk empat jari, paten 2021 untuk lima jari termasuk jempol,” ujarnya. Prinsipnya, ketika tali itu ditarik oleh anggota badan lain penggunanya, jemari tangan palsu bisa mencengkeram benda.

Faktanya saat uji coba, segelas mug berisi air yang digenggam, seperti mau jatuh ketika diangkat untuk dipindahkan. Hipotesa awalnya, supaya benda tidak jatuh perlu penguatan genggaman atau tarikan pada jemari lengan palsu. “Genggaman itu kan arahnya ke dalam, tapi sebenarnya yang mau ditahan itu beratnya ke bawah,” kata Wildan. Solusinya, gaya gesek harus ditingkatkan lewat kekasaran pada bagian telapak tangan. Pada manusia, kondisi kulit yang agak lengket ikut ditunjang oleh daging untuk memegang suatu benda.

Tim riset lantas menyematkan sarung tangan pada telapak tangan palsu dengan permukaan yang kasar dan agak tebal untuk menyerupai daging. “Paten itu diterapkan di sini,” ujar Wildan. Lalu bagian ketiga soal soket, atau bagian yang menyambungkan lengan palsu dan tangan asli. Dari studi yang ada, soket punya beberapa masalah, seperti terkait dengan perubahan pada bagian yang diamputasi, panas yang harus dikeluarkan, serta ada gaya tekan dan gesekan.

Melirik fashion sebagai alternatif solusi, mereka kemudian mengadaptasi prinsip sepatu lari yang memakai beberapa material agar nyaman digunakan. Soket lengan berbahan PVC yang keras diibaratkan seperti sol luar sepatu yang keras. Lalu bagian dalam soket dilapis bahan yang lunak seperti fungsi sol bagian dalam sepatu dan diberi ventilasi untuk mengeluarkan udara panas, serta tali pengikat. Desain itu sudah didaftarkan patennya pada 2022. “Mudah-mudahan soket ini bisa menempel, dan nyaman digunakan,” kata Wildan.

Riset itu melibatkan seorang difabel Yayat Supriyatna yang telah menjadi relawan sekitar tiga tahun. Karla Bionics dipasang di lengan kirinya. Agar bisa memegang benda, tali penarik ke jemari tangan palsunya disambungkan ke tangan kanan sebagai tenaga lewat belakang punggung bagian atas. Yayat pun jadi bisa memainkan hobi lamanya sebagai drummer. Selain di laboratorium, Tim ITB menguji Karla Bionics di pertandingan bertaraf internasional Cybathlon 2022 pada Mei lalu.

Kompetisi secara daring di masa pandemi itu, gelaran lembaga penelitian ETH Zurich, Swiss setiap empat tahun sekali sejak 2016. Tujuannya menantang tim dari seluruh dunia untuk mengembangkan teknologi alat bantu kehidupan sehari-hari bagi difabel. Dari empat kategori lomba, peserta dari Bandung mengikuti Arm Prosthesis Race yang diikuti lima tim.

Saat lomba, Yayat yang menjadi pengguna atau pilot Karla Bionics, dengan susah payah mengambil dan memindahkan delapan benda seperti kelereng, pensil, dan koin dengan batas waktu 3 menit. Duta tunggal Indonesia itu meraih juara ketiga dengan rekor waktu 2 menit 54 detik. Juara pertamanya tim dari Perancis dan juara kedua tim Swedia dengan catatan waktu 2:27 dan 2:29. “Saya merasa berguna bagi negara dan bangsa, juga menambah kepercayaan diri dan banyak pengaruh positif,” kata Yayat.

ANWAR SISWADI

Baca: Tim dari ITB Produksi Tangan Palsu dan Kembangkan yang Bionik

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Berita terkait

Ernest Regia Mahasiswa Indonesia Raih Juara 1 Olimpiade Sains di Kazakhstan

5 jam lalu

Ernest Regia Mahasiswa Indonesia Raih Juara 1 Olimpiade Sains di Kazakhstan

Ernest Regia meraih juara 1 Olimpiade Sains Mahasiswa Republik ke-16 di Universitas Buketov, Karaganda, Kazakhstan pada 25 April 2024.

Baca Selengkapnya

ITB Siap Gelar UTBK SNBT 2024, Peserta Disarankan Datang Pakai Angkutan Umum

1 hari lalu

ITB Siap Gelar UTBK SNBT 2024, Peserta Disarankan Datang Pakai Angkutan Umum

ITB siap 100 persen menggelar UTBK SNBT 2024.

Baca Selengkapnya

Ketua RT Palugada di Balik Rekor MURI Jalan Gang 8 Malaka Jaya Duret Sawit

1 hari lalu

Ketua RT Palugada di Balik Rekor MURI Jalan Gang 8 Malaka Jaya Duret Sawit

Salah satu Rukun Tetangga (RT) di wilayah Jakarta Timur kini tercatat dalam Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI).

Baca Selengkapnya

USAID Kerja Sama dengan Unhas, ITB dan Binus

2 hari lalu

USAID Kerja Sama dengan Unhas, ITB dan Binus

Program USAID ini untuk mempertemukan pimpinan universitas, mitra industri, dan pejabat pemerintah

Baca Selengkapnya

Budi Gunadi Sadikin Terpilih sebagai Ketua Majelis Wali Amanat ITB

3 hari lalu

Budi Gunadi Sadikin Terpilih sebagai Ketua Majelis Wali Amanat ITB

Pemilihan Budi Gunadi Sadikin itu berlangsung secara musyawarah untuk mufakat dalam rapat pleno perdana MWA ITB di Gedung Kemenristekdikti.

Baca Selengkapnya

Mahasiswa Adukan Universitas Columbia Soal Represi Demo Pro-Palestina

3 hari lalu

Mahasiswa Adukan Universitas Columbia Soal Represi Demo Pro-Palestina

Mahasiswa Universitas Columbia mengajukan pengaduan terhadap universitas di New York itu atas tuduhan diskriminasi dalam protes pro-Palestina

Baca Selengkapnya

Dosen Untan Diduga Jadi Joki Nilai, Dekan FISIP Minta Mahasiswa Tak Umbar Kasus Tersebut

4 hari lalu

Dosen Untan Diduga Jadi Joki Nilai, Dekan FISIP Minta Mahasiswa Tak Umbar Kasus Tersebut

Dekan FISIP Untan meminta sivitas akademika agar tak mengumbar info soal dosen yang diduga jadi joki nilai.

Baca Selengkapnya

Lifecare Taxi Terbaru dari Bluebird untuk Layani Difabel dan Lansia, Pakai Toyota Voxy

4 hari lalu

Lifecare Taxi Terbaru dari Bluebird untuk Layani Difabel dan Lansia, Pakai Toyota Voxy

Bluebird meluncurkan layanan Lifecare Taxi untuk menunjang kebutuhan penyandang disabilitas dan lansia.

Baca Selengkapnya

Setelah Gaduh Ferienjob Jerman, Giliran Mahasiswa Magang Kerja ke Hungaria Mengadu ke Hotline Bareskrim Polri

4 hari lalu

Setelah Gaduh Ferienjob Jerman, Giliran Mahasiswa Magang Kerja ke Hungaria Mengadu ke Hotline Bareskrim Polri

MIrip dengan keluhan peserta Ferienjob di Jerman, sejumlah mahasiswa magang kerja di Hungaria menyebut proram ini bukan magang melainkan TKI.

Baca Selengkapnya

KPU Ungkap Alasan Launching Pendaftaran Badan Ad Hoc untuk Pilkada 2024 di Depok

6 hari lalu

KPU Ungkap Alasan Launching Pendaftaran Badan Ad Hoc untuk Pilkada 2024 di Depok

KPU menilai Depok memiliki banyak kampus besar sehingga diharapkan mereka terlibat sebagai penyelenggara dalam pelaksanaan Pilkada 2024.

Baca Selengkapnya