Difabel Perlu Bergabung dalam Komunitas, tapi Jangan Sampai Terkucilkan

Minggu, 6 Juni 2021 07:31 WIB

Ilustrasi difabel. Shutterstock

TEMPO.CO, Jakarta - Menjadi seorang penyandang disabilitas baru tentu membutuhkan dukungan dari lingkungan sekitar. Beberapa difabel memilih berkecimpung dalam komunitas untuk mendapatkan dukungan mental dan mengetahui tindakan yang harus diambil.

Aktivitas difabel, Andrew Pulrang mengatakan, penyandang disabilitas harus berhati-hati saat memilih bergabung dengan komunitas tertentu. "Jangan sampai dia merasa terkucilkan," kata pria yang mengadvokasi isu disabilitas selama 22 tahun di Amerika Serikat ini, seperti dikutip dari Forbes, Selasa 1 Juni 2021.

Menemukan komunitas dengan kegiatan sesuai minat, menurut Andrew Pulrang, belum tentu memiliki aksesibilitas sesuai kebutuhan. "Ada penyandang disabilitas yang menemukan komunitas, tapi tidak memiliki akses informasi sama sekali. Atau ketika sudah menemukan komunitas, lalu merasa terkucilkan," ucap Andrew Pulrang.

Kondisi tanpa kepastian tersebut, menurut dia, banyak dialami penyandang disabilitas remaja, penyandang disabilitas dewasa di usia pertengahan, dan lansia yang sakit karena kehilangan fungsi tubuh. Kondisi yang tidak nyaman dalam lingkaran pertemanan di komunitas ini, Pulrang melanjutkan, dapat memicu keputusasaan terhadap difabel, bahkan tak jarang menggiring mereka ke upaya percobaan bunuh diri.

Andrew Pulrang berbagi tips bagi penyandang disabilitas supaya tidak keliru memilih dan bergabung dalam komunitas:

Advertising
Advertising

1. Bukan sekadar memilih komunitas, tapi komunitas yang dibutuhkan
Memilih sebuah komunitas bukanlah keharusan. Namun mengidentifikasi fokus dan kegiatan komunitas dapat membantu penyandang disabilitas baru menemukan dukungan yang dibutuhkan. Perlu dipahami, banyak komunitas difabel dengan berbagai latar belakang dan kepentingan. "Hindari tumpang tindih kepentingan yang malah membebani penyandang disabilitas," kata Pulrang.

2. Eksplorasi komunitas penyandang disabilitas
Saat ini banyak komunitas difabel yang memperjuangkan berbagai fokus advokasi dan pemberdayaan. Sebab itu, tiada salahnya mempertimbangkan untuk bergabung pada satu atau dua komunitas sekaligus. Pulrang mengelompokkan beberapa kategori komunitas difabel.

Di antaranya komunitas aktivis advokasi dan pejuang kebijakan, komunitas advokasi dan dukungan lokal, komunitas budaya penyandang disabilitas, komunitas enterpreneur atau wirausaha, komunitas melek teknologi. Ada pula komunitas pengembangan diri dan motivasi, komunitas gaya hidup dan fashion, komunitas berdasarkan jenis ragam disabilitas, dan komunitas pendamping penyandang disabilitas.

3. Melakukan penyesuaian harapan
Sebagai penyandang disabilitas baru, seorang individu tentu akan berharap banyak pada komunitas yang dia pilih. Namun demikian, menurut Pulrang, sebaiknya difabel baru tidak menggantungkan harapan sepenuhnya pada komunitas karena banyak kepentingan yang juga diperjuangkan dalam komunitas. Prioritas dukungan tentu ditujukan pada kepentingan bersama dulu.

Andrew Pulrang menambahkan, sebaiknya difabel yang baru bergabung tidak berusaha mengubah budaya komunitas. Anggota baru perlu memberi waktu bagi anggota lain dalam komunitas itu untuk mengenalnya.

Baca juga:
Apple Meluncurkan Teknologi Pengampu untuk Difabel Netra, Tuli, dan Tunadaksa

Berita terkait

PPDB 2024: Penjelasan Soal Jalur Zonasi, Jalur Prestasi, dan Jalur Afirmasi

3 hari lalu

PPDB 2024: Penjelasan Soal Jalur Zonasi, Jalur Prestasi, dan Jalur Afirmasi

PPDB 2024 dengan berbagai penerimaan seperti jalur zonasi, jalur prestasi, dan jalur afirmasi. Apa syarat masing-masing?

Baca Selengkapnya

5 Kontroversi Sydney Sweeney, Aktris Amerika yang Sedang Naik Daun

3 hari lalu

5 Kontroversi Sydney Sweeney, Aktris Amerika yang Sedang Naik Daun

Sydney Sweeney aktris pemeran Madame Web kerap menuai kontroversi. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Menengok Pameran Karya Seniman Difabel di Taman Budaya Yogyakarta

5 hari lalu

Menengok Pameran Karya Seniman Difabel di Taman Budaya Yogyakarta

Suluh Sumurup Art Festival 2024 dengan tema Jumangkah ini wujud ruang inklusi bagi difabel untuk bergerak melalui seni rupa.

Baca Selengkapnya

Seorang Komika Dilaporkan Komunitas Tuli ke ke Polres Metro Jakarta Selatan, Dianggap Menghina Bahasa Isyarat

5 hari lalu

Seorang Komika Dilaporkan Komunitas Tuli ke ke Polres Metro Jakarta Selatan, Dianggap Menghina Bahasa Isyarat

Seorang komika dilaporkan ke Polres Metro Jakarta Selatan karena dianggap telah melakukan penghinaan terhadap bahasa isyarat.

Baca Selengkapnya

Cerita Kedai Kopi Difabel di Jalan Kendal

6 hari lalu

Cerita Kedai Kopi Difabel di Jalan Kendal

Pramusaji dan barista kedai kopi difabel di Jalan Kendal menceritakan suka-duka menghadapi pelanggan yang tak menyadari bahwa mereka tuli.

Baca Selengkapnya

3 Fitur Komentar Instagram yang Perlu Diketahui

12 hari lalu

3 Fitur Komentar Instagram yang Perlu Diketahui

Tiga fitur komentar ini merupakan wujud instagram untuk menjadi aplikasi yang lebih ramah dan inklusif bagi penggunanya.

Baca Selengkapnya

Manfaat Menjaga Hubungan dengan Teman Masa Kecil, Sahabat Sejati

13 hari lalu

Manfaat Menjaga Hubungan dengan Teman Masa Kecil, Sahabat Sejati

Tak semua orang mampu menjaga hubungan dengan teman masa kecil. Padahal, mereka adalah bagian dari perjalanan kehidupan kita.

Baca Selengkapnya

Wisuda Telkom University Bandung Kini Libatkan Penerjemah Berbahasa Isyarat

13 hari lalu

Wisuda Telkom University Bandung Kini Libatkan Penerjemah Berbahasa Isyarat

Disebutkan, banyak mahasiswa Telkom University Bandung adalah teman-teman disabilitas. Inklusi diklaim jadi fondasi utama.

Baca Selengkapnya

Cerita Penyandang Disabilitas Mengikuti UTBK SNBT 2024 di Universitas Jember

15 hari lalu

Cerita Penyandang Disabilitas Mengikuti UTBK SNBT 2024 di Universitas Jember

Universitas Jember memastikan peserta berkebutuhan khusus dalam UTBK SNBT 2024 bisa mengikuti ujian dengan baik.

Baca Selengkapnya

Cerita Peserta Disabilitas Ikut UTBK 2024 di UI

16 hari lalu

Cerita Peserta Disabilitas Ikut UTBK 2024 di UI

Begini cerita Makhsun Intikhon, penyandang disabilitas netra yang mengikuti UTBK untuk kedua kalinya di UI.

Baca Selengkapnya