Kisah Dua Sahabat Tunanetra dalam Film Sejauh Kumelangkah Versi Audio Deskripsi

Rabu, 6 Januari 2021 10:00 WIB

Poster film Sejauh Ku Melangkah. Foto: Jaff-Filmfest

TEMPO.CO, Jakarta - Film dokumenter Sejauh Kumelangkah menyediakan fitur audio deskripsi untuk memudahkan penonton tunanetra memahami jalan ceritanya. Audio deskripsi dalam film garapan sutradara Ucu Agustin itu berhasil menggambarkan adegan tanpa dialog.

Salah satu adegan berkesan yang dideskripsikan melalui suara tanpa mengurangi konteks cerita adalah saat tokoh Salsa, siswi tunanetra duduk sebangku dengan siswi tuli bernama Fatia di kelas. Salsa dan Fatia mengenyam pendidikan di sekolah inklusi, di mana seharusnya semua murid difabel maupun non-difabel duduk berbaur di dalam kelas.

"Saya tidak mengerti bahasa Fatia, jadi kami berkomunikasi dengan menggunakan aplikasi pesan instan WhatsApp," kata Indri Alifia Syalsabila atau akarab dipanggil Salsa, difabel netra yang diangkat kisah hidupnya dalam film dokumenter Sejauh Kumelangkah, saat pemutaran perdana secara virtual, Sabtu 2 Januari 2021.

Audio deskripsi adegan tersebut dapat menggambarkan tak biasanya cara berkomunikasi antara Salsa dengan Fatia. Bagi orang yang tidak mengerti akan melihat Salsa dan Fatia seperti tidak saling berinteraksi karena masing-masing sibuk dengan ponselnya. Padahal Fatia mengetik pesan untuk Salsa, Salsa mendengarkan pesan suara dari ponselnya, dan begitu cara mereka berkomunikasi.

Sutradara film dokumenter tentang penyandang disabilitas, Sejauh Kumelangkah, Ucu Agustin. TEMPO | Pito Agustin Rudiana

Advertising
Advertising

Sejauh Kumelangkah merupakan film dokumenter pertama di Indonesia yang menggunakan fitur audio deksipsi dan closed caption sehingga dapat diakses penonton dengan disabilitas sensorik Netra dan Tuli. Film ini mengangkat kampanye Indonesia Inklusif, yaitu kesetaraan terhadap penyandang disabilitas khususnya di bidang pendidikan melalui ruang diskusi film.

"Saya berharap semua penyandang disabilitas memperoleh kesempatan yang sama dalam berbagai segi kehidupan," kata Ucu Agustin mengenai tujuan kampanye pemutaran film dokumenter Sejauh Kumelangkah. "Harus digarisbawahi bahwa difasilitasi itu berbeda dengan dikasihani."

Film Sejauh Kumelangkah juga membandingkan ketersediaan akses di segala bidang bagi Tunanetra di Amerika dan Indonesia melalui jalinan persahabatan Salsa dengan Dea. Sejak berusia 5 tahun, orang tua Dea atau Andrea Carla Darmawan memboyongnya ke Amerika Serikat.

Audio deskripsi paling jelas tentang tokoh Dea adalah saat dia menjalani kemah musim panas atau summer camp. Deskripsi suara menggambarkan adegan tanpa dialog saat Dea bermain flying fox dan ketika memperkirakan waktu mencuci melalui telinga.

Fitur audio deskripsi dalam film ini sekaligus menerjemahkan bahasa Inggris Dea ke bahasa Indonesia. Sebelumnya, aksesibilitas ini belum terakomodasi dalam program menonton bioskop bisik. "Di rumah aku semua sudah tersedia dengan baik, tapi aku belum tentu memiliki life skill untuk melakukan kegiatan seperti mencuci pakaian sendiri, seperti yang dilakukan Salsa, karena itu aku masih harus belajar dan memilih untuk bisa hidup mandiri," kata Dea.

Cuplikan trailer film Sejauh Kumelangkah. Youtube

Film Sejauh Kumelangkah memberikan gambaran bahwa di Amerika, kemandirian dapat menjadi sebatas pilihan, namun penyediaan akses bagi penyandang disabilitas adalah kewajiban. Sebagai Tunanetra total, Dea juga sempat belajar mengendarai mobil, kegiatan yang hampir tidak mungkin dilakukan Tunanetra di Indonesia.

Tidak hanya melibatkan dua difabel Netra sebagai pemeran utama, Ucu Agustin menggandeng mantan personel Efek Rumah Kaca, Adrian Yunan Faisal yang juga menyandang disabilitas Netra. Dua lagu Adrian Yunan berjudul Tak Ada Histeria dan Sebelah Mata menjadi soundtrack film, melengkapi proses inklusi film ini.

"Kedua lagu itu saya buat ketika mengalami ketunanetraan. Dari awal pandangan yang ada lalu lama-kelaman hilang," kata Adrian Yunan. "Setelah gelap ternyata tidak apa apa, tidak ada histeria."

Film Sejauh Kumelangkah meraih Piala Citra 2019 untuk kategori dokumenter pendek terbaik. Film ini kali pertama dirilis pada September 2019 dalam Indonesia Forum Film New York, Amerika Serikat. Film Sejauh Kumelangkah bercerita tentang dua sahabat Tunanetra, Dea dan Salsa yang tinggal di negara berbeda. Mereka sama-sama berjuang demi memperoleh kesetaraan di berbagai bidang, termasuk pendidikan.

Berita terkait

Al-Quran Braille, Solusi Penyandang Tunanetra di Yayasan Raudlatul Makfufin

38 hari lalu

Al-Quran Braille, Solusi Penyandang Tunanetra di Yayasan Raudlatul Makfufin

Pada bulan Ramadan ini pesanan Al-Quran braille di Yayasan Raudlatul Makfufin sudah mencapai 300 set.

Baca Selengkapnya

Di Balik Prestasi Raditya Arief, Mahasiswa Tunanetra UI yang Lulus Cum Laude

52 hari lalu

Di Balik Prestasi Raditya Arief, Mahasiswa Tunanetra UI yang Lulus Cum Laude

Raditya terlahir tunanetra. Bagaimana dia kemudian bisa masuk UI dan lulus cum laude?

Baca Selengkapnya

Alat Bantu Mencoblos untuk Tunanetra di Pemilu 2024, Ada Karton dan Map Khusus

28 Januari 2024

Alat Bantu Mencoblos untuk Tunanetra di Pemilu 2024, Ada Karton dan Map Khusus

KPU telah menyiapkan skenario dan fasilitas untuk memudahkan tunanetra pada Pemilu 2024.

Baca Selengkapnya

Cerita Aulia, Mahasiswa Disabilitas Netra UGM yang Menyutradarai Film Pendek

26 November 2023

Cerita Aulia, Mahasiswa Disabilitas Netra UGM yang Menyutradarai Film Pendek

Meski seorang disabilitas netra, Aulia berhasil menyutradarai sebuah film pendek berjudul Masih Tanda Tanya.

Baca Selengkapnya

Jalan Panjang Aris, Guru dan Programmer Disabilitas Netra yang Jadi 'Penerang'

21 November 2023

Jalan Panjang Aris, Guru dan Programmer Disabilitas Netra yang Jadi 'Penerang'

Dengan keterampilan dan pengetahuannya, dia ingin berbagi terangnya dunia kepada sesama disabilitas netra.

Baca Selengkapnya

Aulia Rachmi, Mahasiswa Disabilitas UGM yang Raih 2 Juara di Kejurda Catur

9 November 2023

Aulia Rachmi, Mahasiswa Disabilitas UGM yang Raih 2 Juara di Kejurda Catur

Mahasiswa Departemen Bahasa Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada atau UGM ini baru setahun belakangan menekuni catur.

Baca Selengkapnya

Rekomendasi 5 Tempat Wisata Untuk Difabel di Surabaya, Apa Saja Fasilitasnya?

3 Oktober 2023

Rekomendasi 5 Tempat Wisata Untuk Difabel di Surabaya, Apa Saja Fasilitasnya?

Surabaya memiliki sejumlah destinasi wisata untuk difabel. Ini rekomendasi tempat wisata ramah difabel di Surabaya

Baca Selengkapnya

Top 3 Tekno Berita Hari Ini: BEM UGM Undang Capres ke Kampus, Mahasiswa Tunanetra Lulus Cum Laude UGM

26 Agustus 2023

Top 3 Tekno Berita Hari Ini: BEM UGM Undang Capres ke Kampus, Mahasiswa Tunanetra Lulus Cum Laude UGM

Topik tentang BEM UGM merencanakan acara yang melibatkan para bakal calon presiden menjadi berita terpopuler Top 3 Tekno Berita Hari Ini.

Baca Selengkapnya

Cerita Farrel, Mahasiswa Tunanetra Lulus Cum Laude dari UGM

26 Agustus 2023

Cerita Farrel, Mahasiswa Tunanetra Lulus Cum Laude dari UGM

Di antara 1.609 lulusan UGM yang diwisuda Kamis lalu, Farrel lulus dengan predikat cum laude dari Fakultas Hukum.

Baca Selengkapnya

Cerita Irsyad, Mahasiswa Tunanetra UGM Ikut KKN dan Buat Program Kerja tentang Pilah Sampah

31 Juli 2023

Cerita Irsyad, Mahasiswa Tunanetra UGM Ikut KKN dan Buat Program Kerja tentang Pilah Sampah

Irsyad merupakan salah satu mahasiswa penyandang disabilitas yang kuliah di UGM dan mengikuti KKN.

Baca Selengkapnya