Pelukis Kaki Sabar Subadri Menolak Disebut Penyandang Disabilitas
Reporter
Antara
Editor
Rini Kustiani
Jumat, 3 Januari 2020 10:00 WIB
TEMPO.CO, Semarang - Pelukis Sabar Subadri menolak disebut sebagai penyandang disebilitas. Pelukis difabel daksa asal Salatiga, Jawa Tengah, ini menghasilkan karya dengan menggunakan kaki.
"Kalau kami disebut disabilitas, tetapi ternyata kami bisa memajang karya," kata Sabar di pameran tunggal lukisannya di Mal Ciputra Semarang, Jawa Tengah. Pria kelahiran 4 Januari 1979 itu mengatakan banyak penyandang disabilitas yang mampu menembus batas kemampuan.
Jika disebut sebagai disabilitas, menurut dia, seharusnya karya yang dihasilkan lebih jelek dari hasil karya menusia normal. Tapi hasil seni yang dibuatnya tak kalah bagus dari karya pelukis non-difabel. Kepiawaian Sabar dalam melukis juga membuat namanya terkenal hingga ke mancanegara. Sabar pernah menggelar pameran lukisan di Singapura, Austria, dan Spanyol.
Salah satu lukisan favorit Sabar berjudul Tenang Dalam Gejolak. Pada lukisan ini terdapat batu di tengah aliran sungai mata air Senjoyo, Kota Salatiga, yang jernih. Lukisan yang dibuat sekitar enam minggu itu tak bakal dijual.
Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo takjub dengan karya-karya Sabar Subdri. Ganjar menyebut cara melukis Sabar dengan istilah skill sikil. Artinya keterampilan dalam bahasa Inggris dan kaki dalam bahasa Jawa.
"Jika hanya melihat lukisannya, orang hanya akan berkomentar ini bagus. Tapi begitu melihat pelukis dan cara mengerjakannya, pasti akan mengatakan ini karya yang luar biasa. Skill sikil," kata Ganjar.
Ganjar kepincut dengan lukisan Sabar Subadri yang berjudul Laut Dilipat. Lukisan itu menggambarkan laut dari sisi samping dan atas dengan perahu-perahu yang seolah hilir mudik. Menurut Ganjar, lukisan tersebut mengingatkan agar dunia maritim jangan sampai ditinggalkan. "Imajinasinya, dengan menguasai maritim akan menguasai dunia," katanya.