Agar Pasien Multiple Sclerosis Tak Jadi Penyandang Disabilitas
Reporter
Cheta Nilawaty P.
Editor
Rini Kustiani
Kamis, 22 November 2018 08:31 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Pasien dengan Multiple Sclerosis (MS) dapat mengalami mengalami keterbatasan atau disabilitas jika menghentikan pengobatan. Salah satu obat yang perlu dikonsumsi oleh penderita Multiple Sclerosis adalah Fingolimo yang berfungsi mengurangi risiko kekambuhan 1 sampai 1,5 kali dalam setahun.
Baca:
Atlet Difabel Ingatkan Pentingnya Sekolah Khusus buat Disabilitas
Multiple sclerosis terjadi ketika sistem kekebalan tubuh menggerogoti lapisan pelindung saraf di otak maupun tulang belakang. Badan pengawas obat dan makanan Amerika Serikat atau Food and Drugs Administration (FDA) menyatakan kekambuhan pasien multiple sclerosis memang jarang terjadi.
"Namun jika kambuh sekali saja dapat memperburuk keadaan pasien dan bisa menjadikannya disabilitas permanen," tulis pernyataan FDA seperti dikutip dari MD Magazine, Rabu 21 November 2018. Kekambuhan pada pasien multiple sclerosis yang dimaksud FDA adalah kekakuan otot lengan dan kaki.
Kondisi ini membuat penderita tidak dapat berjalan atau memegang sesuatu. Kekambuhan tersebut juga dapat menyebabkan berkurangnya penglihatan, terganggu sistem keseimbangan, sampai menurunnya fungsi otak.
Menurut data FDA, ada sekitar 8 sampai 10 ribu anak dan remaja di Amerika Serikat yang menderita multiple sclerosis. Jika potensi kekambuhannya diabaikan, maka potensi jumlah penyandang disabilitas di negara itu akan kian banyak.
Menurut riset pada 2010, obat Fingolimo mampu menekan kekambuhan pada pasien multiple sclerosis yang berusia 20 sampai 40 tahun. Lantaran pengobatan ini harus dilakukan secara berkala, FDA mewajibkan pasien multiple sclerosis melapor ke pusat kesehatan terdekat atau laman FDA. Pasien multiple sclerosis akan berada dalam pengawasan FDA jika mereka memutuskan berhenti menggunakan Fingolimo.
Baca juga: Selma Blair Multiple Sclerosis, Betulkah Tak Bisa Disembuhkan?