TEMPO.CO, Jakarta - Hari Cuci Tangan Sedunia diperingati setiap 15 Oktober. Di masa pandemi Covid-19, kegiatan cuci tangan tak cukup dengan air saja. Cuci tangan yang benar harus menggunakan air mengalir dan sabun atau cuci tangan pakai sabun. Dan kebiasaan cuci tangan mesti diajarkan sejak dini.
Chief Executive Officer (CEO) Save the Children Indonesia, Selina Patta Sumbung mengatakan, hasil riset lembaganya di 46 negara termasuk Indonesia pada Juli 2020 menunjukkan, sebanyak 13 persen keluarga tidak memiliki akses pada air bersih. Ada pula yang tidak menggunakan sabun saat mencuci tangan atau tidak memakai pembersih tangan sebanyak 39 persen.
"Salah satu penyebab keterbatasan akses ini adalah faktor ekonomi keluarga," kata Selina dalam keterangan tertulis, Jumat 15 Oktober 2021. Keterbatasan akses tersebut membuat 76 persen keluarga khawatir terinfeksi Covid-19 dan penyakit menular. "Data kami jelas mengambarkan bahwa kesulitan ekonomi karena pandemi memperburuk akses anak dan keluarga terhadap layanan air, sanitasi, dan pengobaatan terutama untuk anak dan keluarga penyandang disabilitas."
Anak berkebutuhan khusus mengalami tantangan dalam menerapkan cuci tangan pakai sabun, baik secara akses yang belum disesuaikan dengan ragam disabilitas anak, juga ketersediaan air dan sabun. "Sejalan dengan tema Hari Cuci Tangan Sedunia, Save the Children Indonesia mengingatkan seluruh pihak untuk memprioritaskan kemudahan akses cuci tangan dengan sabun untuk anak dan keluarga penyandang disabilitas," kata Selina.
Ilustrasi cuci tangan. Dok. Save The Children
Aksesibilitas untuk mencuci tangan dengan sabun, dia melanjutkan, perlu disesuaikan dengan ragam disabilitas anak dan keluarga. Di Kabupaten Bandung, Save the Children Indonesia bersama dengan anak difabel yang tergabung dalam Child Campaigner Save our Education mengembangkan video cuci tangan pakai sabun inklusif.
"Video ini bertujuan mengedukasi anak berkebutuhan khusus di seluruh Indonesia agar memahami praktik cuci tangan pakai sabun," ucap Selina. Video tersebut juga diharapkan menjadi salah satu unsur edukasi sekolah dan orang tua untuk dapat memastikan setiap anak mendapatkan pendidikan yang berkualitas pada lingkungan yang aman.
Seorang siswa penyandang disabilitas fisik di Kabupaten Bandung, Faisal berharap ketersediaan sarana cuci tangan dengan sabun bisa lebih mudah diakses. "Kalau sekolah nanti dibuka lagi, saya berharap tak kesulitan mengambil sabun karena letaknya terlalu tinggi atau kerannya terlalu rendah," kata siswa kelas 11 di sebuah sekolah menengah kejuruan ini.
Baca juga:
Yang Harus Dilakukan Orang Tua Saat Punya Anak Difabel dan Non-difabel