TEMPO.CO, Jakarta - Bagi sebagian difabel Netra, judo merupakan olahraga terakses yang dapat memberikan terapi penyemangat. Melalui judo, tunanetra dapat merasakan sensasi jatuh, terbanting, dan tantangan adrenalin lainnya dalam keadaan aman.
"Melalui olahraga judo, saya belajar cara membanting, jatuh, dan kemudian bangun lalu jatuh lagi dengan sangat aman. Ini amat berguna secara praktis dan menyenangkan," kata Stephanie Stewart, penyandang disabilitas Netra yang mengalami ketunanetraan sejak lahir kepada BBC, Senin 27 September 2021.
Menurut Stephanie, judo dapat memberikan sensasi yang baik bagi mental, khususnya dalam melatih keberanian untuk jatuh dan mengalami berbagai tantangan hidup yang akan dihadapi di masa mendatang. Judo juga terakses karena dilakukan dengan cara saling memegang baju lawan tanpa khawatir terlepas dan berjarak.
Saat ini, judo dan beberapa olahraga seni bela diri lainnya menjadi lebih populer di antara penyandang disabilitas Netra di Inggris dan beberapa negara lain. Olahraga beladiri ini menyenangkan dan memenuhi kebutuhan interaksi sosial. Tidak hanya melatih difabel Netra untuk berani menghadapi tantangan dalam kegelapan, judo membuat mereka percaya bahwa jatuh atau terlempar adalah bagian dari hidup yang pasti dihadapi.
"Ini sangat membantu kepercayaan diri saya setelah menghadapi ketunanetraan saat usia dewasa akibat diabetic retinopathy dan membuat mata kiri saya kehilangan penglihatannya," ujar seorang pejudo Tunanetra asal Meksiko yang bergabung dalam Klub Judo Coleraine, tempat Stephanie berlatih.
Klub Judo Coleraine merupakan salah satu klub judo pertama di negara bagian Irlandia Utara, Inggris, yang menyediakan pelatihan bagi tunanetra. Ada lebih dari lima orang judoka -sebutan untuk pejudo, dengan disabilitas Netra yang bergabung dalam klub ini.
Sementara dari Indonesia, atlet judo Parapekan Olahraga Nasional atau Para PON penyandang disabilitas Netra, Heru Ramdani Gumay mengatakan, judo memberinya kematangan berpikir dan menjaga fleksibilitas otot. Dia belajar teknik menghindari bantingan lawan dalam judo.
"Menghindari bantigan ini selalu dilakukan dengan aman karena ada matras," kata Heru. Judo juga terakses bagi difabel Netra karena setiap pemain saling memegang lawan. Dengan begitu, judoka harus lebih sensitif dan percaya pada insting ketika merasa lawan mulai bersiap membanting.
Lantaran terakses untuk berbagai ragam disabilitas, judo menjadi salah satu cabang olahraga bergengsi yang dipertandingkan dalam ajang paralimpiade dan paragames. Pembagian kelas untuk judo sarasport ini berdasarkan berat badan dan ragam disabilitas.