TEMPO.CO, Jakarta - Staf Khusus Presiden Bidang Komunikasi Sosial, Angkie Yudistia mengatakan salah satu tantangan terbesar bagi difabel selama pandemi adalah terhentinya layanan terapi habilitasi dan rehabilitasi. Padahal, terapi sangat penting buat penyandang disabilitas untuk menunjang kesehatan dan kualitas hidup.
"Beban kerja tenaga kesehatan yang begitu tinggi dan daya tampung fasilitas kesehatan yang terbatas mengakibatkan banyak layanan fisioterapi tertunda dan dikurangi intensitasnya," kata Angkie Yudistia dalam Talkshow Interprofessional Collaboration Fisioterapi Indonesia dalam hari Fisioterapi Sedunia, Kamis, 16 September 2021. Angkie berharap ada metode baru atau inovasi dalam mewujudkan layanan fisioterapi bagi penyandang disabilitas di masa pandemi, misalkan fisioterapi yang disampaikan secara daring.
Layanan fisioterapi merupakan bagian dari perwujudan komponen habilitasi dan rehabilitasi dalam sasaran rencana induk jangka panjang bagi penyandang disabilitas. Ketentuan ini tercantum dalam Peraturan Pemerintah Nomor 75 Tahun 2020 tentang Layanan Habilitasi dan Rehabilitasi bagi Penyandang Disabilitas. Targetnya, tersedia pedoman layanan habilitasi dan rehabilitasi untuk difabel.
Ilustrasi terapi untuk anak berkebutuhan khusus. Shutterstock
Selanjutnya, terselenggara pelatihan penguatan kapasitas pemberi layanan habilitasi dan rehabilitasi dari lembaga dan masyarakat. Ada juga penguatan layanan habilitasi dan rehabilitasi serta keterlibatan peran masyarakat dalam layanan habilitasi dan rehabilitasi.
"Fisioterapi merupakan aspek terpenting bagi penyandang disabilitas dalam menjalani kehidupan yang mandiri," tutur Angkie. Layanan fisioterapi, Angkie Yudistia melanjutkan, harus berkelanjutan agar difabel mengalami perkembangan positif, meskipun masih dalam masa pandemi.
Baca juga:
Angkie Yudistia Berbagi 5 Tips Orang Tua Difabel Berkomunikasi dengan Anak