TEMPO.CO, Jakarta - Pendaftaran ekspedisi alam Bhinneka Bagi Bangsa terbuka bagi remaja difabel dan non-difabel. Ekspedisi yang melibatkan remaja di seluruh Indonesia ini akan dilaksanakan selama delapan hari, mulai 25 Oktober sampai 2 November 2019.
Ketua Pelaksana Ekspediri Bhinneka Bagi Bangsa yang juga CEO Yayasan Helping Hands, Wendy Kusumo Widagdo mengatakan kriteria remaja yang dapat mengikuti kegiatan ini adalah mereka yang memiliki kecakapan interaksi sosial. "Jadi, bukan sekadar prestasi akademik," ujar Wendy Kusumo Widagdo saat diwawancara, Senin 9 September 2019.
Program Ekspedisi Bhinneka Bagi Bangsa akan diikuti oleh 30 remaja dan 12 orang di antaranya adalah remaja difabel. Ekspedisi tersebut akan menggali insting toleransi dan kerja sama para remaja di alam terbuka. "Karena itu, golongan yang diikutsertakan bukan hanya berdasarkan pembagian disabilitas dan non-disabilitas, melainkan pula remaja dari berbagai pemeluk agama dan berbagai golongan," kata Wendy.
Kegiatan yang berlangsung Jatiluhur, Purwakarta, Jawa Barat, ini terdiri dari tiga hari lokakarya mengenai keberagaman dan lima hari kegiatan di alam terbuka. Adapun skema dukungan yang diberikan Yayasan Helping Hands untuk para remaja Bhinneka Bagi Bangsa ini adalah beasiswa belajar.
Setelah mendaftar, peserta akan mengikuti seleksi selama sekitar dua bulan. "Peserta difabel maupun non-disabilitas tetap mengikuti proses seleksi yang setara, tidak ada pembedaan," kata Wendy.
Seorang remaja difabel yang pernah mengikuti Ekspedisi Bhinneka Bagi Bangsa, Nedi Supriyadi menceritakan bagaimana dia beraktivitas di gunung karang. Pemuda asal Puwarkarta ini mengatakan mendapat pengalaman tidak terlupakan saat melihat teman tunanetra memanjat tebing.
"Teman-teman tunanetra ternyata punya rasa takut juga saat memanjat tebing. Padahal mereka tidak melihat ketinggian," ujar Nedi yang merupakan penyandang disabilitas paraplegi tangan. Meski menantang, mereka dapat menyelesaikan ekspedisi di alam terbuka itu.
Selain memanjat tebing, beberapa kegiatan alam terbuka yang dilakukan adalah membuat rakit bambu agar mengapung di air, menggelantung dan melaju dengan flying fox, menjelajah alam, dan beberapa pengetahuan tentang melestarikan alam, juga pengelolaan sampah.