TEMPO.CO, Jakarta - Pencegahan bunuh diri adalah tugas semua orang, termasuk penyandang disabilitas. Sebagai kelompok minoritas, penyandang disabilitas juga harus memiliki akses terhadap upaya pencegahan bunuh diri. Salah satunya cara berkomunikasi. "Teman - teman difabel, termasuk disabilitas tuli juga ingin menjadi penyintas terhadap pencegahan bunuh diri, karena itu penyediaan akses bahasa isyarat sangat diperlukan," ujar Silvia Adriana, Person In Charge Lokakarya bahasa isyarat dalam Festival Into The Light, di Sunyi Coffee House and Hope, Ahad 1 September 2019.
Lokakarya dalam festival Into The Light ini juga mempertemukan antara insan tuli dan insan dengar. Upaya ini dilakukan dalam rangka menghapus stigma terhadap disabilitas tuli. "Akan ada penyampaian materi lokakarya dua arah, yaitu dengan melibatkan penerjemah bahasa isyarat," ujar Silvi.
Terdapat pula pembahasan mengenai perbedaan antara istilah tuli dan tuna rungu yang akan dipaparkan oleh salah satu pengurus Gerakan Kesejahteraan Tunarungu Indonesia (Gerkatin), Andrew. Selain itu, akan ada pelajaran bahasa isyarat yang akan dipandu Intan Anjani. "Dalam acara ini teman tuli, Fai juga akan melakukan pertunjukkan menari," ujar Silvia.
Lokakarya belajar bahasa isyarat dari Festival Into The Light ini akan diadakan di Sunyi Coffee House and Hope di Jalan RS Fatmawati 15, Jakarta Selatan, pada 21 September 2019. Lokakarya ini merupakan bagian dari 7 rangkaian acara ReFest 10 September - 23 november 2019.
ReFest adalah festival tahunan dalam memperingati tiga hari penting yang terkait dengan kesehatan jiwa. Pertama adalah hari pencegahan bunuh diri internasional yang jatuh pada 10 September. Kedua, hari kesehatan jiwa internasional yang diperingati setiap 10 Oktober dan ketiga, hari penyintas kehilangan bunuh diri yang diperingati setiap pekan kedua November. "Kami merancang acara ini agar mencangkup beragam individu dan kelompok orang muda, baik yang memiliki resiko bunuh diri maupun tidak, namun memiliki antusiasme untuk menciptakan sinergi dalam mewujudkan Indonesia yang sehat jiwa sesuai cita-cita pembangunan," ujar Koordinator Into The Light Indonesia, Benny Prawira.