TEMPO.CO, Jakarta - Perusahaan makanan dan minuman yang mempekerjakan penyandang disabilitas mulai banyak bermunculan. Saat ini, berdasarkan pantauan Tempo terdapat tiga kedai kopi yang mempekerjakan Penyandang disabilitas. Ketiga kedai kopi itu banyak mempekerjakan insan tuli sebagai barista atau peracik kopi dan pramusaji.
Baca: Tantangan Difabel Saat Bepergian, Ditolak Sampai Susah ke Toilet
Selain dapat berkontribusi pada perekonomian dan pemberdayaan, perusahaan makan dan minuman yang mempekerjakan penyandang disabilitas memberikan nilai tersendiri di mata pelanggannya. Berikut ini tiga warung kopi di Jakarta yang memiliki pekerja dari kelompok penyandang disabilitas.
1. Deaf Cafe Fingertalk
Kedai kopi ini adalah perusahaan yang merintis usaha mempekerjakan penyandang disabilitas dalam industri makanan dan minuman. Didirikan pada Mei 2015 oleh Disa Ahdanisa di Pamulang, kedai kopi ini langsung mempekerjakan sekitar 20 insan tuli. Dalam mengembangkan kafe ini, Disa mengaku terinspirasi dari salah satu kafe di Nikaragua, Amerika Selatan.
Saat ini Deaf Cafe Fingertalk memiliki dua gerai. Setelah gerai pertama di Pamulang, Tanggerang Selatan, kafe ini memiliki gerai di jalan Cinere nomor 26, Limo, Depok. Di dalam kafe ini, pengunjung diajak memahami bahasa isyarat yang disampaikan oleh pramusaji dari kalangan insan tuli. Meski begitu, pengunjung yang tidak bisa bahasa isyarat, tetap dapat berkomunikasi dengan para pramusaji, karena para pramusaji tersebut dapat membaca gerak bibir dan sudah melalui pelatihan secara terpadu.
Selain kafe, Deaf Cafe Fingertalk juga menyediakan jasa pembersih mobil. Sama halnya dengan kafe, pekerjaan pembersihan mobil juga dilakukan oleh pekerja dari kalangan insan tuli. Lantaran memiliki platform bisnis yang memberikan nilai sosial kepada masyarakat, pemilik kafe ini menuai pujian Dari mantan presiden Amerika Serikat, Barack Obama.
2. Kopi Tuli
Warung kopi ini didirikan oleh tiga sahabat, Putri Santoso, Tri Erwinsyah dan Adhika Prakoso. Berbeda dengan Deaf Cafe Fingertalk yang dikembangkan oleh orang dari kalangan non disabilitas, kopi Tuli dikembangkan oleh insan tuli. Putri Santoso, sebagai pendiri mengaku, salah satu tujuan didirikannya kopi tuli adalah membuka lapangan pekerjaan bagi insan tuli. Sebab, sebagai seorang insan tuli, Putri pernah mengalami diskriminasi saat melamar kerja. Berkali-kali lamaran kerja putri ditolak.
Lantaran itulah, pada pertengahan Mei 2018, Putri dan kedua sahabatnya mendirikan Kopi Tuli. Bermodalkan uang Rp 100 juta, berdirilah sebuah warung kopi di jalan Krukut nomor 70, Cinere, Limo, Depok. Saat ini kopi tuli memiliki omset hingga Rp 100 juta. Harga kopi yang ditawarkan di rumah kopi ini cukup terjangkau yaitu antara Rp 25 sampai Rp 65 ribu.
3. Sunyi House of Coffee and Hope
Kafe yang terletak di jalan RS Fatmawati nomor 15, Jakarta Selatan ini baru dua bulan lalu didirikan oleh Mario Gultom. Almas Nizar, Yo Renno Widjojo, Ferlando Garcia dan Irfan Alvianto. Para pemuda lulusan Universitas di Singapura ini mengaku ingin mengembangkan bisnis yang berbasis Socioenterpreneur atau bisnis yang tidak sekedar mencari untung tetapi juga memberikan nilai sosial kepada masyarakat disekitarnya. Perbedaan Sunyi House of Coffee and Hope dengan dua kafe sebelumnya adalah jenis ragam disabilitas yang dimiliki oleh pekerjanya. Bila dua kafe sebelumnya lebih banyak mempekerjakan insan tuli, pada Sunyi House of Coffee and Hope juga ada pekerja yang berasal dari kelompok disabilitas daksa. Dua barista di kafe ini adalah penyandang disabilitas daksa paraplegi dengan satu tangan dan pengguna kursi roda.
Baca: Bus Mudik Lebaran Khusus Disabilitas, Apa Saja Fasilitasnya
Letak yang cukup strategis dan makanan yang enak, membuat kafe ini cukup ngehit di kalangan pencinta kuliner yang banyak beredar di lokasi sekitar Jakarta Selatan. Harga yang ditawarkan juga cukup terjangkau yaitu di bawah Rp 80 ribu untuk makanan dan di bawah Rp 50 ribu untuk kopi dan beberapa minuman lain.
Kira-kira apakah Anda sudah mengunjungi salah satu dari kedai kopi ini?