TEMPO.CO, Jakarta - Salah satu resiko terbesar yang dapat dihadapi pasien kanker adalah kondisi disabilitas. Kondisi tersebut harus dihadapi, lantaran salah satu jenis tindakan medis ada yang mengharuskan pengangkatan organ.
Baca: Satu Anak Kena Kanker Mata, Segera Periksakan Kakak dan Adiknya
"Saya tidak bisa bilang, risiko kondisi disabilitas pada survivor kanker kurang dari 20 persen, sebab sangat tergantung dimana letak tumor padat tersebut berada," ujar Ketua Staf Medik Anak, Rumah Sakit Kanker Dharmais, Dokter Haridini Intan, saat diwawancara di acara "Berani Gundul" - Yayasan Kasih Anak Kanker Indonesia (YKAKI), di Gandaria City, Ahad 17 Februari 2019.
Menurut Haridini, kondisi disabilitas ini berisiko terjadi ketika tindakan medis mengharuskan adanya pengangkatan tumor padat pada organ tubuh tertentu. Ia mencontohkan tumor padat pada Osteo Sarkoma atau kanker tulang. "Osteo Sarkoma, tumor padatnya banyak berada di tulang panjang, otomatis memerlukan tindakan amputasi untuk mencegah penyebarannya," ujar Haridini.
Selain Osteo Sarkoma kondisi disabilitas juga sering dihadapi survivor kanker Retino Blastoma atau kanker mata. Bila tumor padat masih berada di luar organ mata, menurut Dokter Spesialis Anak ini, masih dapat dibersihkan atau disuntikan obat supresi. "Namun bila tumor padat ini berada di dalam organ mata, maka tindakan yang diambil pengangkatan bola mata," ujar Haridini.
Tumor padat pada pasien kanker memiliki stadium 1 sampai 4. Pada stadium awal, kondisi disabilitas memiliki kesempatan pencegahan lebih besar bila dibandingkan pada stadium lanjutan. Pada stadium awal, tumor padat bisa diambil kelenjarnya, namun tidak menjamin penghentian penyebarannya. "Masih sering terjadi relapse - kejadian berulang tumbuhnya tumor padat, karena itu perlu pengangkatan organ," ujar Haridini.
Baca: Memilih Olahraga yang Tepat untuk Penyintas Kanker
Lantaran resiko disabilitas yang cukup besar pada pasien kanker, Haridini menegaskan perlu adanya registrasi dan rekam medis efek samping dari tindak medis pada penyakit kanker. Misalnya, Ia mencontohkan perlunya pencatatan resiko pada tumbuh kembang dan kondisi disabilitas pada pasien kanker.