TEMPO.CO, Jakarta - Keberhasilan sejumlah atlet di ajang Asian Para Games 2018 tak lepas dari peran para psikolog yang membantu menjaga kondisi mental mereka tetap stabil. Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi mengatakan, tugas para psikolog ini menjadi bagian non-teknis untuk atlet disabilitas, selain unsur teknis, seperti latihan dan pengetahuan tentang lawan.
Baca:
Psikolog Sarankan Anak Nonton Asian Para Games 2018, Ada Manfaat
Gagasan menghadirkan tim psikolog bagi atlet disabilitas ini, menurut Imam Nahrawi bermula dari Chef de Mission, Arminsyah. Dia mendukung ide tersebut berangkat dari berbagai temuan yang menunjukkan atlet gagal dalam pertandingan karena urusan non-teknis yang tak terdeteksi sejak awal.
"Tim psikolog itu disiapkan Chef de Mission setiap saat. Seharian penuh, 24 jam kecuali saat tidur," kata Imam Nahrawi di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Rabu 10 Oktober 2018. Tugas para psikolog ini, menurut dia, menjaga stabilitas mental para atlet serta memperhatikan aktivitas mereka dari bangun tidur sampai tidur kembali. "Tidur pun didampingi dan pastikan sampai merem betul."
Pelari Indonesia, Kolymau Felipus (266) dan Tine Endi Nurdin (282), saat berlaga dalam final atletik men's 400 meter T20 di Gelora Bung Karno, Jakarta, Selasa, 9 Oktober 2018. Adapun medali emas diraih atlet Malaysia, Nasharuddin, dengan catatan waktu 49,32 detik. TEMPO/Subekti
Imam Nahrawi mengatakan pendekatan kepada atlet penyandang disabilitas memang memerlukan cara khusus. Pendekatan ini, lanjut Imam, meliputi pemberian stimulan dan cara komunikasi yang dapat membuat mereka rileks. Melihat keberhasilan dalam menangani urusan non-teknis pada atlet disabilitas, dia mengatakan terus memperkuat tim psikolog untuk menghadapi acara serupa di masa mendatang.
Artikel lainnya:
Asian Para Games, Ada Perasaan Keliru kepada Atlet Disabilitas