TEMPO.CO, Solo - Perhelatan olahraga Asian Para Games 2018 akan berlangsung pada 6 sampai 13 Oktober 2018. Salah satu sosok atlet yang memiliki latar belakang yang menarik adalah Fauzi Purwo Laksono. Kepada Tempo, atlet lempar lembing itu menceritakan bagaimana dia jatuh bangun hingga lolos seleksi untuk mengikuti Pemusatan Latihan Nasional atau Pelatnas di Solo untuk Asian Para Games 2018.
Baca juga:
Asian Para Games 2018, Kisah Masa Kecil Atlet David Jacobs
Dua belas tahun silam, Fauzi girang bukan kepalang setelah dinyatakan lulus dari sekolah dasar. "Pagi itu saya baru menerima ijazah SD. Sorenya saya diboncengkan sepeda motor sama bapak, jalan-jalan,” kata Fauzi Purwo Laksono, 25 tahun di Stadion Sriwedari Kota Solo, Jumat, 14 September 2018.
Di tengah perjalanan, sepeda motor yang dikendarai ayahnya tiba-tiba bertabrakan dengan mobil dari lawan arah. “Keras sekali benturannya karena langsung dari depan,” kata atlet asal Kecamatan Sungai Raya, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat, itu.
Akibat kecelakaan itu, kaki kanan Fauzi hancur. Ayahnya mengalami patah tulang tangan dan lutut. Sebagai pelajar berprestasi di cabang olahraga atletik, terutama lari cepat atau sprint, Fauzi kecil sempat mengalami putus asa yang berkepanjangan.
Selama 2 tahun proses penyembuhan, Fauzi memilih berdiam di rumah. Pendidikannya pun terbengkalai. “Sejak kecil saya bercita-cita jadi atlet. Tapi mau bagaimana, jalan kaki saja sudah tidak sempurna,” kata Fauzi.
Fauzi Purwo Laksono, 25 tahun, atlet Asian Para Games 2018 untuk cabang olahraga atletik nomor lempar lembing. TEMPO | Dinda Leo Listy (Solo)
Setelah sembuh dan bisa berjalan, Fauzi bekerja menjadi petugas kebersihan honorer di Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Kubu Raya. “Saya jadi tukang sampah di jalanan. Karena sekarang sedang ikut Pelatnas, saya libur kerja dulu,” kata Fauzi.
Sembari bekerja, Fauzi bergabung dengan National Paralympic Commite Indonesia atau NPCI Kalimantan Barat. Namun, Fauzi tidak lagi menjadi atlet lari karena disabilitas pada lutut kaki kanannya. Sebagai gantinya, Fauzi mempelajari cabang atletik yang lain, yaitu tolak peluru, lempar cakram dan lembing.
Berkat kegigihannya, Fauzi sukses meraih dua medali emas dan satu medali perak saat berlaga di Pekan Paralimpik Nasional atau Peparnas XIX/2016 di Jawa Barat. Dua medali emas itu dia peroleh dari cabang atletik nomor tolak peluru dan lempar cakram. Adapun satu medali peraknya dari nomor lempar lembing.
Fauzi menggunakan sebagian bonus itu untuk membiayai ibadah umroh kedua orang tuanya. “Ternyata rencana Allah selalu lebih baik,” kata Fauzi yang hingga kini tak berhenti mensyukuri betapa banyak jalan dan kemudahan yang dia peroleh sejak menjadi atlet penyandang disabilitas.
Meski terbilang atlet baru di Pelatnas Asian Para Games 2018, Fauzi tak gentar bertanding melawan atlet-atlet dari luar negeri yang memiliki jam terbang lebih tinggi. “Di sini saya tidak menjanjikan apa-apa. Tapi saya akan mengerahkan seluruh kemampuan untuk bertanding semaksimal mungkin,” kata Fauzi.
Artikel lainnya:
Asian Para Games 2018: Motivasi Nina Gusmita, Atlet Voli Duduk