TEMPO.CO, Jakarta - Laninka Siamiyono merasa terjun bebas dari dunianya yang ceria di usia 13 tahun. Penyakit auto-imun merenggut kemampuan berjalan. Akibatnya, Laninka harus duduk di kursi roda.
"Auto-imun menyebabkan saya terkena rheumatoid athritis atau radang sendi yang merusak sistem kekuatan tulang kaki. Ini seperti rematik tapi lebih sakit lagi, hingga menyebabkan kelumpuhan yang membuat saya tidak dapat berjalan lagi," ujar Laninka dalam acara Kongkow Inklusif 'Dari Hobi Jadi Karya' di Ruang Inovasi, Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Sabtu 27 Juli 2019.
Kondisi ini menyebabkan Laninka enggan bersosialisasi. Ia menolak bertemu teman sekolah, saudara, dan tetangga. Rasa enggan itu mempengaruhi cara berpakaian Laninka. "Saya sampai pada titik enggak mau berpakaian rapi dan malas berdandan. Bahkan ketika ada acara keluarga, saya hanya mau memakai kaos dan celana santai," kata Laninka.
Selama sepuluh tahun masa terpuruknya, seorang teman membawakan Laninka Siamiyono sebuah eyeliner. Dia kemudian iseng memakai alat penegas garis mata itu. Dan hasilnya, mata Laninka terlihat berbinar. "Setelah dipakai, saya merasa lebih cantik. Kemudian saya berpikir, walau tidak bisa mengubah keadaan, berdandan dapat menggugah semangat saya untuk berbuat sesuatu," ujar Laninka.
Momentum memakai eyeliner pertamanya diikuti dengan perkembangan jiwa Laninka secara perlahan. Dia mulai mengkaji ajaran agama dan terpapar satu hadist yang membuatnya semakin semangat. "Hadist bermakna, sebaik-baiknya seseorang adalah yang bermanfaat bagi sesama," ujar Laninka.
Laninka Siamiyono, Beauty Vlogger difabel, penggagas kampanye “Lipstick for Difabel” di acara Kongkow inklusif, hobi jadi karya, ruang inovasi Kemenakertrans, Jakarta, Sabtu 27 Juli 2019
Perempuan kelahiran Jakarta, 28 tahun lalu itu kemudian aktif membuat video blog tutorial makeup. Awalnya, tutorial tersebut hanya untuk kepuasan pribadi dan menambah semangat agar diri menjadi lebih cantik. Seiring waktu berjalan, pengikut Laninka kian banyak, terutama di video yang diunggah ke Instagram.
Pertengahan 2018, Laninka membuat program yang menyedot perhatian banyak orang. Nama program tersebut adalah Lipstick for Difable. Pada program ini, Laninka berhasil mengumpulkan lebih dari 2.000 lipstik dan berhasil didistribusikan kepada 1.800 perempuan penyandang disabilitas. Lipstik tersebut terdiri dari berbagai macam warna dan merek. "Lipstik yang disumbangkan harus baru," kata Laninka.
Banyak beauty vlogger yang mengirimkan koleksi lipstik mereka kepada Laninka. Tidak hanya itu, beberapa merek lipstick terkenal juga menyumbangkan produknya. Salah satunya perusahaan lipstik ternama Revlon dan beauty vlogger populer di media sosial, Tasya Farasya
Laninka Siamiyono melanjutkan program Lipstick for Difable dengan workshop makeup for difable. Dia sudah mengadakan kelas pelatihan sebanyak tiga kali. Pertama, makeup workshop untuk perempuan penyandang disabilitas pengguna kursi roda; kedua, perempuan penyandang disabilitas netra; dan ketiga perempuan difabel di Yogyakarta.
Beauty vlogger disabilitas, Laninka Siamiyono. TEMPO/Maria Fransisca
"Insya Allah, kami akan mengadakan workshop keempat untuk perempuan penyandang disabilitas tuli," kata Laninka. Seemua worksop makeup selalu memberi pengetahuan baru baginya. Salah satunya saat mengajarkan tunanetra menggunakan makeup. "Saya sempat heran, bagaimana mereka bisa menggunakan perabaan dan dapat mengaplikasikan makeup secara tepat," kata Laninka.
Melihat kemampuan itulah, Laninka meyakini makeup adalah sebuah terapi dan penyemangat bagi perempuan. Tidak hanya mempercantik diri, tapi lebih dari itu, mengembalikan semangat hidup.