TEMPO.CO, Jakarta - Sastrawan Arswendo Atmowiloto membantu mempopulerkan sebuah majalah yang khusus membahas isu disabilitas, Diffa. Majalah Diffa diprakarsai oleh FX Rudy Gunawan yang juga dikenal sebagai sastrawan.
Dalam sebuah tulisan mengenang Arswendo Atmowiloto, Rudy Gunawan menceritakan bagaimana Arswendo menawarkan diri untuk mengenalkan majalah tersebut kepada masyarakat. "Ketika Mas Wendo mendengar kabar saya mendirikan majalah Diffa pada 2005, sebuah media tentang para penyandang disabilitas, dia segera menawarkan diri untuk membantu," tulis FX Rudy Gunawan dalam sebuah catatan yang dibuat di Tol Cipali pada Jumat malam, 19 Juli 2019.
Saat itu Arswendo mendorong agar Rudy Gunawan dan timnya muncul dalam sebuah program acara di televisi. "Mas Wendo kemudian menampilkan kami -redaksi majalah diffa- di sebuah acara talkshow TVRI bersama Slamet Rahardjo," kata dia. "Perhatian, bantuan, dan dukungan dia memicu semangat kawan-kawan Diffa dan para penyandang disabilitas yang mengetahuinya. Mereka merasa terhormat. Bahkan tersanjung."
Sayang majalah Diffa tak berumur panjang. Majalah itu akhirnya berhenti terbit pada 2010. Meski begitu, Arswendo Atmowiloto masih ingat betul kalau Rudy Gunawan begitu memperhatikan isu penyandang disabilitas.
Hingga pada pertengahan 2017, ketika Rudy Gunawan kembali bertemu dengan Arswedo Atmowiloto dalam sebuah acara para seniman Bulungan di Warung Apresiasi, Arswendo mengenalkan Rudy kepada sejumlah tokoh, di antaranya Kepala Staf Kepresidenan Jenderal TNI (Purn) Moeldoko, Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Hilmar Farid.
Dengan gaya yang jenaka dan bikin heboh, Arswendo Atmowiloto menyebut Rudy Gunawan sebagai orang 'gila' yang mau susah payah mengurus penyandang disabiltas. "Saya sungguh tak mengira, tersanjung dan merasa sangat terhormat mendapat julukan 'orang gila' dari Mas Wendo," tulis Rudy Gunawan.
Arswendo juga bertanya apakah Rudy bisa mengupayakan agar majalah Diffa terbit kembali. Mendengar itu, Rudy hanya tertawa haru. Arswendo Atmowiloto meninggal karena kanker prostat pada Jumat petang, 19 Juli 2019. Jenazahnya dimakamkan di San Diego Hills Karawang, Jawa Barat pada Sabtu 20 Juli 2019.