Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Tidak Setara dalam Pelayanan Kesehatan, WHO: Umur Penyandang Disabilitas Lebih Pendek 20 Tahun

image-gnews
Menteri Sosial Tri Rismaharini (tengah) berbincang dengan penyandang disabilitas saat mendampingi delegasi negara Asia Pasifik saat mengunjungi pameran hasil inovasi karya disabilitas di Sentra Terpadu Insan Soewoeno, Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Jumat 21 Oktober 2022. Kunjungan United Nations Economic and Social Commission for Asia and the Pacific (UNESCAP) ke pameran karya disabilitas tersebut sebagai salah satu rangkaian acara pertemuan dasawarsa penyandang disabilitas Asia-Pasifik 2022 yang diselenggarakan di Indonesia,  diharapkan semakin memperkuat komitmen negara-negara di dunia utamanya di kawasan Asia-Pasifik untuk melindungi dan memenuhi hak-hak disabilitas. ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya
Menteri Sosial Tri Rismaharini (tengah) berbincang dengan penyandang disabilitas saat mendampingi delegasi negara Asia Pasifik saat mengunjungi pameran hasil inovasi karya disabilitas di Sentra Terpadu Insan Soewoeno, Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Jumat 21 Oktober 2022. Kunjungan United Nations Economic and Social Commission for Asia and the Pacific (UNESCAP) ke pameran karya disabilitas tersebut sebagai salah satu rangkaian acara pertemuan dasawarsa penyandang disabilitas Asia-Pasifik 2022 yang diselenggarakan di Indonesia, diharapkan semakin memperkuat komitmen negara-negara di dunia utamanya di kawasan Asia-Pasifik untuk melindungi dan memenuhi hak-hak disabilitas. ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya
Iklan

TEMPO.CO, Jenewa - Laporan terbaru Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO menunjukkan penyandang disabilitas berisiko kematian dini dan penyakit lebih tinggi. Laporan Global tentang kesetaraan kesehatan untuk penyandang disabilitas yang diterbitkan WHO menunjukkan ketidaksetaraan kesehatan yang sistemik membuat penyandang disabilitas menghadapi risiko kematian hingga 20 tahun lebih awal daripada orang tanpa disabilitas.

Penyandang Disabilitas Berisiko 2 Kali Lipat

"Mereka memiliki peningkatan risiko kondisi kronis yang lebih besar, hingga dua kali lipat risiko asma, depresi, diabetes, obesitas, penyakit mulut, dan stroke. Banyak perbedaan dalam hasil kesehatan tidak dapat dijelaskan oleh kondisi atau gangguan kesehatan yang mendasarinya, tetapi oleh faktor-faktor yang dapat dihindari," tulis laporan WHO seperti yang dikutip dari situs resmi WHO, Jumat, 2 Desember 2022.

Laporan yang diluncurkan saat Hari Disabilitas Internasional ini menunjukkan jumlah penyandang disabilitas yang signifikan di seluruh dunia telah meningkat menjadi 1,3 miliar (atau 1 dari 6 orang). Angka ini menunjukkan pentingnya partisipasi seutuhnya dari penyandang disabilitas di semua aspek kehidupan masyarakat dan perlunya praktek baik inklusi, aksesibilitas dan non-diskriminasi di bidang kesehatan.

Kesenjangan Pelayanan Kesehatan 

Faktor utama penyebab kesenjangan dalam pelayanan kesehatan adalah ketidaksetaraan. Faktor ini yang menyebabkan banyak perbedaan hasil kesehatan antara penyandang disabilitas dan non-disabilitas. Ketidaksetaraan tersebut dapat berupa:sikap negatif penyedia layanan kesehatan, informasi kesehatan dalam format yang tidak dapat diakses penyandang disabilitas, atau kesulitan mengakses pusat kesehatan karena lingkungan fisik, kurangnya transportasi atau hambatan keuangan.

“Sistem kesehatan harus meminimalisir tantangan yang dihadapi penyandang disabilitas, bukan menambahnya,” kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus. “Laporan ini menyoroti ketidakadilan yang dihadapi penyandang disabilitas dalam upaya mengakses perawatan yang mereka butuhkan. WHO berkomitmen untuk mendukung negara-negara dengan panduan dan alat yang mereka butuhkan untuk memastikan semua penyandang disabilitas memiliki akses ke layanan kesehatan yang berkualitas,” ujarnya menambahkan.

Dengan perkiraan 80% penyandang disabilitas tinggal di negara berpenghasilan rendah dan menengah dengan layanan kesehatan terbatas, mengurangi ketidaksetaraan kesehatan adalah sebuah tantangan. Kendati demikian, melalui sumber daya yang terbatas, banyak hal tetap dapat dilakukan.

WHO mendorong peluang sektor kesehatan yang inklusif disabilitas dengan menyadari bahwa setiap orang memiliki hak yang sama atas standar kesehatan tertinggi. Lantaran itu, laporan ini memberikan analisis ekonomi yang penting untuk mengadopsi pendekatan inklusif disabilitas. Laporan ini menunjukkan bahwa berinvestasi di sektor kesehatan yang inklusif disabilitas tidak memakan biaya yang besar namun memiliki hasil yang efektif.

Pencegahan Penyakit Tidak Menular

WHO menghitung bahwa pemerintah dapat mengharapkan pengembalian sekitar US$10 untuk setiap US$1 yang diinvestasikan pada pencegahan dan perawatan penyakit tidak menular secara inklusif disabilitas. Selain itu, perhitungan ini juga dapat diterapkan secara lebih hemat pada program keluarga berencana dan vaksinasi.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Laporan ini menguraikan 40 tindakan lintas sektor kesehatan yang harus diambil oleh pemerintah, berdasarkan bukti terbaru dari studi akademik serta konsultasi dengan negara dan masyarakat sipil, termasuk organisasi yang mewakili penyandang disabilitas. Tindakan ini bervariasi berdasarkan tingkat sumber daya serta infrastruktur fisik hingga pelatihan petugas kesehatan dan perawatan.

Memastikan pemerataan kesehatan bagi penyandang disabilitas juga akan memiliki manfaat yang lebih luas dan dapat memajukan prioritas kesehatan global dalam 3 cara yaitu  pemerataan kesehatan untuk mencapai cakupan kesehatan universal, intervensi kesehatan masyarakat inklusif dapat berkontribusi pada populasi yang lebih sehat, dan memajukan pemerataan kesehatan bagi penyandang disabilitas merupakan komponen utama dalam upaya melindungi orang dengan keadaan kesehatan darurat. 

“Menangani ketidaksetaraan kesehatan bagi penyandang disabilitas menguntungkan semua orang,” kata Bente Mikkelsen, Direktur WHO untuk Penyakit Tidak Menular. Orang lanjut usia, orang dengan penyakit tidak menular, migran dan pengungsi, atau populasi lain yang sering tidak terjangkau, dapat memperoleh manfaat dari pendekatan inklusi disabilitas di sektor kesehatan.

Mikkelsen menambahkan WHO mendesak pemerintah, mitra kesehatan, dan masyarakat sipil untuk memastikan semua tindakan sektor kesehatan mengikutsertakan penyandang disabilitas atas standar kesehatan tertinggi.

Baca: Hari Disabilitas Internasional, Inggris Luncurkan Aplikasi Akses Pekerjaan Bagi Penyandang Disabilitas

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram http://tempo.co/. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Disney Ubah Layanan untuk Penyandang Disabilitas di Disneyland dan Walt Disney World

2 hari lalu

Karakter Disney menyambut para pengunjung yang datang ke Disneyland Shanghai di Shanghai, Cina, 11 Mei 2020. Untuk menikmati beragam wahana, pengujung harus menjalani prosedur kesehatan dan keselamatan yang ditingkatkan. REUTERS/Aly Song
Disney Ubah Layanan untuk Penyandang Disabilitas di Disneyland dan Walt Disney World

Perubahan layanan itu mengundang reaksi dari penggemar Disney dan pengguna layanan sebelumnya


Masyarakat Diimbau Skrining Penyakit Tidak Menular setelah Lebaran

9 hari lalu

Ilustrasi pemudik di stasiun Gambir. TEMPO / Hilman Fathurrahman W
Masyarakat Diimbau Skrining Penyakit Tidak Menular setelah Lebaran

Skrining penyakit tidak menular diperlukan untuk melakukan deteksi dini dan pemantauan faktor risiko penyakit tidak menular setelah Lebaran.


Pentingnya Jaga Asupan Gula Anak di Libur Lebaran

10 hari lalu

Ilustrasi makanan manis (pixabay.com)
Pentingnya Jaga Asupan Gula Anak di Libur Lebaran

Dokter anak mengingatkan orang tua untuk mengawasi dan menjaga asupan gula anak saat libur Lebaran 2024.


Hipertensi Jadi Penyakit Paling Banyak di Pos Kesehatan Mudik

12 hari lalu

Ilustrasi hipertensi (Pixabay.com)
Hipertensi Jadi Penyakit Paling Banyak di Pos Kesehatan Mudik

Kementerian Kesehatan mencatat hipertensi menjadi penyakit yang paling banyak ditemui di Pos Kesehatan Mudik Idulfitri 1445 H/2024 M.


WHO: Kardiovaskular dan Pembuluh Darah Jadi Penyebab Kematian Utama Secara Global

13 hari lalu

Ilustrasi Serangan Jantung. thestar.com.my
WHO: Kardiovaskular dan Pembuluh Darah Jadi Penyebab Kematian Utama Secara Global

Kenali ragam penyakit kardiovaskular yang menjadi penyebab utama kematian secara global.


Hari Kesehatan Sedunia, Akses Pelayanan Bermutu Masih Jadi Harapan

17 hari lalu

Ilustrasi protokol kesehatan / menjaga jarak atau memakai masker. ANTARA FOTO/FB Anggoro
Hari Kesehatan Sedunia, Akses Pelayanan Bermutu Masih Jadi Harapan

Hari Kesehatan Sedunia 2024, diharapkan terwujudnya kesehatan bagi semua agar mendapat akses pelayanan kesehatan bermutu.


Perjalanan Penetapan Hari Kesehatan Dunia, Bareng Berdirinya WHO

18 hari lalu

Logo Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) terpampang di pintu masuk kantor pusatnya di Jenewa, 25 Januari 2015. [REUTERS / Pierre Albouy / File Foto]
Perjalanan Penetapan Hari Kesehatan Dunia, Bareng Berdirinya WHO

Kilas balik Hari Kesehatan Dunia dan terbentuknya WHO


Transportasi Inklusif Bikin Penyandang Disabilitas Kini Bisa Mudik dengan Nyaman

18 hari lalu

Yesi Purnomowati, 48 tahun, peserta Mudik Ramah Anak dan Disabilitas (MRAD) 2024 pada Minggu, 7 April 2024. Sumber: Suci Sekar | TEMPO
Transportasi Inklusif Bikin Penyandang Disabilitas Kini Bisa Mudik dengan Nyaman

Kementerian Perhubungan dan BSI memfasilitasi penyandang disabilitas untuk mudik dengan nyaman.


Hati-hati Konsumsi Daging Merah Berlebihan Berbahaya Bagi Kesehatan

19 hari lalu

Ilustrasi daging merah. Pixabay.com
Hati-hati Konsumsi Daging Merah Berlebihan Berbahaya Bagi Kesehatan

Jika daging sapi atau daging merah dikonsumsi berlebihan dapat mengancam kesehatan. Bagaimana sebaiknya?


Kepala WHO Akui Rumah Sakit Al Shifa Gaza Hancur

21 hari lalu

Warga Palestina memeriksa kerusakan di Rumah Sakit Al Shifa setelah pasukan Israel mundur dari Rumah Sakit dan daerah sekitarnya setelah operasi dua minggu, di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan Hamas, di Kota Gaza 1 April 2024. REUTERS/Dawoud Abu Alkas
Kepala WHO Akui Rumah Sakit Al Shifa Gaza Hancur

Kepala WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus pada Rabu, 3 Apil 2024, mengungkap kehancuran di Rumah Sakit Al Shifa di Gaza