Sapriadi
Tunanetra, pengusaha serba bisa segala usaha
Semua yang ada di hadapan Sapriadi tampak samar, terutama jika pendaran cahaya kurang benderang. Pria yang tinggal di Desa Kakiang, Sumbawa, Nusa Tenggara Barat, ini mengalami low vision. Ibu, saudara kandung, dan dua anak yang juga mengalami kondisi yang sama.
Pria 45 tahun ini tak pernah sekolah. Sebab, saat itu tidak ada sekolah yang memfasilitasi siswa berkebutuhan khusus. Sekolah luar biasa hanya ada di kota yang jaraknya jauh. Meski begitu, semangat belajar Sapriadi tak pernah luntur. Dia mempelajari apa saja secara otodidak, supel, dan memiliki kepercayaan diri yang tinggi.
Sapriadi, tunanetra pengusaha serba bisa segala usaha di Pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Barat. Dok. Laporan Program Go Digital Asean di Indonesia
Lantaran pandai bergaul, Sapriadi punya banyak teman dari luar desanya. Dia kerap menjadi perantara para petani dengan teman-temannya di luar Desa Kakiang yang sedang mencari hasil bumi. Bermodal jejaring pertemanan itu, Sapriadi menjadi penghubung jika para petani sedang panen jagung atau palawija. Dari situ, dia mendapatkan bagian dua sampai lima persen dari penjualan.
Asalkan halal, Sapriadi rela melakoni beragam pekerjaan. Dia juga menjual pulsa telepon seluler bekerja sama dengan agen pulsa besar melelui layanan pesan singkat atau SMS. Hingga satu saat, seorang warga Desa Kakiang, Edi Junaedi tergerak mengajarkan Sapriadi menggunakan berbagai aplikasi digital. Salah satunya piranti lunak Talkback yang tersedia dalam sistem operasi Android. Aplikasi ini software pembaca layar yang memudahkan tunanetra dalam mendeteksi berbagai fitur pada ponsel pintar.
Edi mengajarkan Sapriadi cara mengoperasikan Talkback. Meski Sapriadi belum punya ponsel berbasis Android, dia meminjam telepon pintar Edi hingga lancar menggunakannya. Setelah menguasai aplikasi Talkback, Sapriadi memutuskan membeli ponsel pintar Android dari uang tabungannya. Dia menangkap peluang besar untuk meningkatkan usahanya.
Pada pertengahan 2020, Sapriadi membeli ponsel Android. Lewat Talkback, dia mencari tahu bagaimana cara menggunakan berbagai aplikasi yang memudahkan usahanya. Misalkan software kalkulator bicara untuk menghitung pendapatan dan pengeluaran. Ada juga aplikasi Lookout yang membantu memindai benda apa saja di sekitarnya. Dengan ponsel pintar itu pula, Sapriadi memanfaatkan fasilitas audio untuk mengirimkan pesan melalui Whatsapp dan mengelola media sosial Facebook.
Sapriadi, tunanetra pengusaha serba bisa segala usaha di Pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Barat. Dok. Laporan Program Go Digital Asean di Indonesia
Aplikasi-aplikasi tersebut membantunya dalam menjalankan usaha. Sapriadi tak perlu lagi wara-wiri menawarkan hasil panen petani di desanya. Dia cukup mengirimkan gambar hasil bumi kemudian mengunggahnya ke media sosial dan grup WhatsApp. Lebih hemat biaya, waktu, dan tenaga.
Usahanya juga kini tak hanya berfungsi mengisi pulsa. Sapriadi melayani pengisian paket internet, token listrik, hingga layanan pembayaran digital lainnya, serta menjual air galon. Untuk pengisian token listrik, Sapriadi sudah punya 150 pelanggan tetap. Dari setiap transaksi token listrik, dia mengambil untung Rp 5.000.
Melalui beragam usaha tadi, Sapriadi mampu menghidupi istri dan dua anaknya. Dia mampu menyekolahkan anak-anaknya ke sekolah luar biasa di Kota Sumbawa Besar. Sapriadi ingin anaknya mengeyam pendidikan tinggi. Dan dia menjadi teladan bahwa kondisi disabilitas bukan penghalang untuk tetap bekerja dan berkarya. Keinginan Sapriadi sekarang adalah punya komputer jinjing untuk bisa menjadi agen bank. Sayang, tabungannya belum cukup buat membeli laptop.
Baca juga:
Angkie Yudistia Mendorong Difabel Aktif Lapor Diri ke 3 Dinas Ini
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik Tempo.co Update untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram lebih dulu.