TEMPO.CO, Jakarta - Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan seorang difabel dalam berwirausaha ternyata tidak selalu modal. Penelitian Universitas Muhamadiyah Yogyakarta berjudul "Model Pemberdayaan Ekonomi Penyandang Disabilitas di Indonesia" menunjukkan beberapa faktor yang mendukung sukses tidaknya penyandang disabilitas dalam menggenjot perekonomian mereka.
Faktor pertama yang menentukan itu adalah dari internal atau dalam diri penyandang disabilitas. Kedua, faktor eksternal dalam lingkup sosial difabel. "Yang paling dominan dalam keberhasilan pemberdayaan ekonomi penyandang disabilitas adalah motivasinya dan dukungan keluarga," tulis Peneliti Utama Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Arni Surwanti dalam riset terbit dalam Jurnal Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi pada 2014.
Difabel yang memiliki motivasi kuat serta mendapat dukungan dari lingkungan terdekat, yakni keluarga dan pertemanan, maka dia akan mampu mengembangkan minat serta kemampuannya. Adapun bentuk pemberdayaan ekonomi terhadap penyandang disabilitas berupa kesempatan kerja atau mendukung usahanya.
Sementara faktor eksternal yang mendukung keberhasilan difabel dalam pemberdayaan ekonomi antara lain ketersediaan alat, modal, dan dukungan dari berbagai pihak. Misalkan strategi pemasaran, pengembangan produk, hingga bentuk pemberdayaan ekonomi khusus penyandang disabilitas.
Undang-undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas mengamanatkan lembaga penyedia kerja, baik swasta maupun pemerintah, BUMN dan BUMD, menyediakan kuota kerja bagi penyandang disabilitas. Hanya saja, penyerapan kuota kerja ini belum maksimal karena belum banyak lembaga penyedia kerja yang memiliki permodelan unit kerja bagi penyandang disabilitas. Solusi dari problem ini adalah dengan berdiskusi antara pemerintah, organisasi penyandang disabilitas, dan lembaga penyedia kerja.
Baca juga:
Balada Sepasang Kekasih Gila Gambarkan Perilaku Buruk kepada Difabel Mental