TEMPO.CO, Bandung - Yayasan Syamsi Dhuha memberikan beasiswa kepada difabel Netra dan penyandang autoimun selama setahun. Bantuan tersebut berasal dari para donatur untuk penyandang disabilitas yang kurang mampu dan berprestasi akademik. Penyerahan beasiswa itu berlangsung lewat daring pada Sabtu, 28 Agustus 2021.
Ketua Yayasan Syamsi Dhuha, Dian Syarief mengatakan ada 16 pelajar difabel Netra dan penyandang autoimun dari berbagai kota di Indonesia yang menerima bantuan tersebut. Mereka adalah siswa sekolah dasar hingga mahasiswa di Wonogondo, Yogyakarta, Ciamis, Surabaya, Bandung, Muntilan, Tasikmalaya, dan Bengkulu. "Bantuan ini diberikan setiap bulan untuk membeli kuota internet sekolah daring," kata Dian pada Senin, 30 Agustus 2021.
Dian menjelaskan, besaran bantuan beragam sesuai tingkat pendidikan penerima beasiswa. Mulai Rp150 ribu bagi siswa sekolah dasar hingga Rp 500 ribu bagi mahasiswa difabel. Yayasan juga turut membantu biaya pengobatan.
Seorang penyandang low vision sedang membaca dan menulis. Dok. Yayasan Syamsi Dhuha
Selain untuk difabel, Dian melanjutkan, yayasan juga memberikan beasiswa kepada lima siswa SMA di Bandung dan 15 mahasiswa Institut Teknologi Bandung atau ITB yang lolos seleksi yayasan dari pengajuan sekolah dan kampus. "Dana beasiswa yang kami siapkan lebih dari Rp 160 juta," katanya.
Bantuan beasiswa pendidikan itu, Dian melanjutkan, sudah berjalan sejak 2012. Hingga angkatan XI tahun ini, tercatat 202 siswa yang menerima dengan total bantuan senilai Rp 1,4 miliar. Selama pandemi, dia melanjutkan, donasi berjalan seperti biasa. Hanya saja, segala kegiatan kini berlangsung lewat daring.
Dian yang juga penyandang autoimun dan low vision itu menambahkan, penerima beasiswa berhak mengikuti berbagai pelatihan, sesi motivasi, dan mengasah kepekaan sosial melalui berbagai program di Yayasan Syamsi Dhuha. Para penerima beasiswa juga berkesempatan mengikuti bimbingan belajar gratis bagi pelajar yang akan menghadapi Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri atau SBMPTN. "Saya berharap para pelajar dan mahasiswa ini cerdas secara intelektual, cerdas emosional, dan cerdas spiritual," ujarnya.
Pendiri Yayasan Syamsi Dhuha yang juga suami Dian, Eko Pratomo mengatakan dalam perjalanan selama satu dekade ini, yayasan akan berubah bentuk menjadi lembaga wirausaha sosial yang mandiri secara finansial. "Yayasan akan menjadi solusi masalah sosial, termasuk menjaga keberlangsungan pendidikan," kata Eko yang bekerja sebagai praktisi keuangan dan investasi.
Baca juga:
Politeknik Tempo Tawarkan Beasiswa Gratis Kuliah, Simak Syaratnya