TEMPO.CO, Jakarta - Tidak semua situs atau website dapat dibaca oleh penyandang disabilitas, terutama disabilitas yang menerapkan cara berbeda dalam menggunakan komputer atau ponsel. Sebab itu, pembuat website sebaiknya mengetahui prinsip dan metode membuat situs yang dapat diakses semua pengguna dengan berbagai latar kemampuan.
Pendiri organisasi Sasana Inklusi dan Gabungan Advokasi Difabel, Joni Yulianto mengatakan ada empat prinsip sebuah website dapat diakses oleh semua kalangan, termasuk penyandang disabilitas. "Prinsip ini dikenal dengan web accessibility. Ini penting diketahui oleh mereka yang bergerak di bidang web developer, edukator, dan yang bergerak di bidang digital," ujar Joni Yulianto dalam YouTube berjudul 'Web Accessible 2' pada Sabtu, 7 Agustus 2021.
Konsorsium www atau World Wide Web Consortium (W3C) mengenalkan prinsip website terakses lantaran terdapat satu miliar penduduk dunia yang mengalami kondisi disabilitas. Dari jumlah itu, lebih dari 80 persen adalah pengguna internet aktif.
Pertimbangan tersebut membuat W3C menyediakan panduan pembuatan web terakses yang disebut Web Content Accessibility GuideLines (WCAG). Panduan yang telah mendapatkan ISO 40500 itu dapat diakses di www.w3.org.
Accessibility Strategy and Technology Specialist di W3C, Shadi Abou-Zahra mengatakan aksesibilitas dalam sebuah situs berarti memberikan akses kepada penyandang disabilitas agar dapat menggunakan teknologi dan website secara mandiri dan setara. Idealnya, situs dilengkapi aksesibilitas bagi pengguna dengan kemampuan gerak, kemampuan mendengar, kemampuan melihat, serta kemampuan menyerap informasi yang berbeda.
"Teknologi aksesibilitas pada situs memungkinkan seseorang yang mengoperasikan ponsel atau komputernya tidak dengan tangan, yang tidak dapat mendengar suara, yang menyerap informasi secara berbeda, atau orang yang tidak dapat melihat barisan tulisan atau gambar dari piranti teknologinya tetap memiliki cara dalam membaca, mengeksplorasi dan memahami apa sajian yang tersedia dalam website," kata Shadi Abou-Zahra. Kendati dibuat untuk kepentingan penyandang disabilitas, situs terakses tetap dapat digunakan oleh pengguna non-disabilitas.
Lantaran itu, situs yang terakses tidak hanya dibaca oleh pengguna non-disabilitas, tetapi juga penyandang disabilitas. Pembuatan website yang terakses dan penyertaan teknologi aksesibilitas dalam situs jangan sampai menggangu kinerja laman itu sendiri.
Baca juga:
SAPDA Rilis Buku Panduan Membuat Konten Terakses Difabel