TEMPO.CO, Jakarta - Universitas Andalas Padang siap mengakomodasi calon mahasiswa difabel untuk mengikuti perkuliahan melalui jalur seleksi mandiri.
Wakil Rektor I Universitas Andalas, Mansyurdin mengatakan calon mahasiswa penyandang disabilitas dapat mengikuti seleksi dengan melampirkan surat keterangan disabilitas dari rumah sakit. "Sertakan juga nilai Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) atau rapor," kata Mansyurdin dalam diskusi kelompok layanan administrasi dan pembelajaran bagi penyandang disabilitas.
Universitas Andalas, menurut dia, tidak menetapkan kuota jumlah calon mahasiswa difabel yang bakal diterima. Hanya saja, Mansyurdin melanjutkan, apabila dianggap layak dan mampur maka akan diakomodasi.
Tahun ini Universitas Andalas menerima 6.465 mahasiswa baru lewat tiga jalur, yaitu Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi (SNMPTN), Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMTN), dan seleksi mandiri. Setiap jalur memiliki kuota berbeda.
Jalur SNMPTN dengan kuota sebanyak 1.941 orang atau 30 persen, SBMPTN 2.586 orang atau 40 persen, dan seleksi mandiri 1.938 orang atau 30 persen. Seleksi mandiri berlangsung melalui empat jalur, yakni kemampuan akademik, prestasi unggul, kebutuhan khusus, dan kerja sama.
Rektor Universitas Andalas, Yuliandri mengatakan sedang bersiap untuk menyelenggarakan pembelajaran bagi mahasiswa penyandang disabilitas. "Kami menyediakan berbagai instrumen dan kesiapan fisik maupun non-fisik, termasuk sumber daya manusia dalam menampung dan mengakomodasi kebutuhan mahasiswa disabilitas," katanya.
Dalam menerima calon mahasiswa difabel, pihak universitas akan melihat program studi atau jurusan mana yang dapat mengakomodasi. Musababnya, kata dia, ada beberapa program studi yang karena kebutuhan dan persyaratan teknis, tidak bisa menerima calon mahasiswa penyandang disabilitas.
Akademisi UIN Sunan Kalijaga, Arif Maftuhin menjelaskan disabilitas terbagi dua, yakni keterbatasan fisik dan keterbatasan mental. Layanan yang dibutuhkan mahasiswa difabel antara lain akomodasi yang layak, intervensi dukungan, sosialisasi pada lingkungan kampus, pelatihan, workshop, hingga advokasi.
Baca juga:
Universitas Ini Jadi Contoh Buka Akses Calon Mahasiswa Difabel