TEMPO.CO, Jakarta - Mending Pangeran Philip mengalami kondisi yang buruk selama perang di awal tahun 1900-an berlangsung. Ibunda Pangeran Philip, Alice Mountbatten terpaksa hidup berpindah-pindah bersama anak-anaknya.
Dalam buku yang ditulis oleh sejarawan Inggris, Philips Eadb, The Duke of Edinburgh, ibunda Pangeran Philip lahir sebagai penyandang disabilitas pendengaran. Alice turut berjuang selama peperangan dengan menjadi perawat, salah satunya saat Perang Balkan 1912.
"Mengalami guncangan selama tiga dekade membuat kondisi mentalnya terus menurun," tulis Philip Eadb seperti dikutip dari BBC News, Sabtu 10 April 2021. Saat pendudukan Nazi di Yunani, Alice dan suaminya, Pangeran Andrew dari Yunani terpaksa keluar dari istana mereka di Atena.
Mereka sekeluarga kemudian hidup berpindah-pindah ke beberapa negara termasuk Prancis supaya tidak menjadi tahanan perang. Ketika itu, ibunda Pangeran Philip mulai mengalami waham dan mendengar bisikan. "Dia berwaham telah menikah dengan Kristus," tulis Eadb.
Ratu Inggris Elizabeth dan Pangeran Philip menunggu untuk menyambut tamu sebelum jamuan kenegaraan di istana kepresidenan Bellevue di Berlin, Jerman, 24 Juni 2015. Pasangan Kerajaan Inggris ini telah menikah selama 74 tahun. REUTERS/Wolfgang Kumm
Setelah memantau perilaku Putri Alice lebih dari sebulan, akhirnya dokter menyatakan ibunda Pangeran Philip mengalami paranoid dan Schizophrenia. Lantaran kondisi mental yang terus menurun, Alice terpaksa dibawa ke sanatorium.
Saat itu Pangeran Philip baru berusia 9 tahun. Dia tak tahu ibunya dibawa ke sanatorium oleh neneknya. Pangeran Philip baru menyadari ibunya telah tiada beberapa bulan kemudian. Putri Alice of Battenberg meninggal pada 2 Mei 1930 di sanatorium di wilayah Lake Constance.
Dalam bukunya, Philip Eadb menuliskan salah satu kebiasaan manis Alice Mountbatten untuk keluarga. Dia kerap menyusun agenda liburan Paskah buat Pangeran Philip dan saudari-saudarinya ke rumah kakek sepupu mereka, The Grand Duke of Hesse.