TEMPO.CO, Jakarta - Organisasi Mapala atau Mahasiswa Pecinta Alam perlu membuat pendidikan dasar untuk anggota difabel. Hal itu disampaikan oleh Irfan Ramdhani, seorang pecinta alam dari Universitas Gunadarma, Depok, Jawa Barat.
Irfan Ramdhani mengalami kondisi disabilitas karena kecelakaan saat berlatih single rope technique pada 2010. Kendati kaki kirinya mengalami disfungsi, Irfan tetap bersemangat menjelajah bersama teman-teman pecinta alam. Menurut Irfan, banyak mahasiswa berkebutuhan khusus yang ingin bergabung dengan mapala. Hanya saja, sebagian besar dari mereka ragu karena kondisi disabilitasnya.
Baca Juga:
Irfan Ramdhani berpendapat semestinya organisasi mapala memiliki baku pedoman yang bisa diterapkan untuk mahasiswa berkebutuhan khusus. Dengan begitu, peluang teman difabel untuk bergabung dalam organisasi pecinta alam terbuka lebar dan mereka memiliki metode pendidikan yang inklusif.
Menurut Irfan, masih banyak organisasi mapala yang belum memiliki sistem pendidikan dasar bagi mahasiswa berkebutuhan khusus. "Sepengetahuan saya, mapala yang bisa terbuka untuk difabel antara lain Mapagama UGM Yogyakarta, Impala Universitas Brawijaya Malang, dan MPALH Universitas Negeri Padang," kata Irfan kepada Tempo, Jumat 26 Juni 2020.
Irfan Ramdhani pernah beberapa kali diundang oleh Mapala Universitas Brwijaya untuk membicarakan sistem pendidikan dasar yang bisa diikuti oleh mahasiswa berkebutuhan khusus. Sayang rencana tersebut belum terealisasi karena pandemi Covid-19.
Irfan Ramdhani mendaki Gunung Rinjani di Nusa Tenggara Barat. Foto: Istimewa
Pendidikan dasar mapala bagi mahasiswa berkebutuhan khusus bukanlah hal yang tidak mungkin dilakukan. Irfan mencontohkan, di Padang, ada satu mahasiswa tunanetra yang berhasil menyelesaikan Pendidikan Dasar Mapala Universitas Negeri Padang. Yang utama, menurut dia, adalah menerima minat mahasiswa berkebutuhan khusus. "Kita semua sama, yang penting terima dulu. Setelah masuk, kita cari solusinya," katanya.
Untuk mendukung mahasiswa berkebutuhan khusus, Irfan Ramdhani melanjutkan, organisasi mapala harus menyediakan prosedur khusus yang disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing mahasiswa. Dia mencontohkan, mahasiswa tuli perlu mendapat fasilitas penerjemah bahasa isyarat. Porsi latihan fisik bagi penyandang disabilitas juga harus disesuaikan.
Irfan Ramdhani menyarankan mahasiswa berkebutuhan khusus yang ingin bergabung dengan organisasi mapala harus selalu yakin kalau mereka bisa. Dia juga berpesan agar mahasiswa menjaga semangat, salah satunya dengan bersyukur. "Ini berlaku buat semuanya, difabel atau bukan, kita harus bersyukur. Kita harus sesekali menengok ke orang yang kurang beruntung dari kita," kata pria yang akrab disapa Pancong ini.
MUHAMMAD AMINULLAH