TEMPO.CO, Yogyakarta - Sebanyak 500 difabel yang bergerak di bidang usaha mikro kecil menengah atau UMKM di Yogyakarta perlahan mempersiapkan diri menghadapi new normal.
Ketua Perkumpulan Pengusaha Disablitas Indonesia atau Perpindo DI Yogyakarta, Bambang Susilo mengatakan perekonomian kelompok UMKM harus terus berputar di masa new normal meski pandemi Covid019 belum berakhir. "Kelommpok UMKM difabel di lima kabupaten/kota telah merumuskan strategi dalam upaya pemulihan di masa new normal," kata Bambang Susilo di Yogyakarta, Kamis 25 Juni 2020.
Kelompok UMKM difabel di wilayah Cangkringan, Kabupaten Sleman, menurut Bambang, kini kembali menekuni usaha mereka di bidang pengolahan pasir. Wabah corona yang merebak pada Maret lalu membuat berbagai proyek kontruksi macet.
Kondisi ini menakibatkan sekitar 25 penyandang disabilitas daksa di lereng Gunung Merapi yang selama ini bekerja sebagai pemecah batu, kehilangan mata pencaharian mereka. Para difabel di lereng Merapi tersebut mengolah bebatuan sisa erupsi menjadi pasir siap jual.
Adapun kelompok difabel di Kabupaten Kulon Progo, Yoyakarta, ujar Bambang, tengah mengajukan koperasinya menjadi penyedia layanan jasa transportasi di area Bandara Yogyakarta International Airport atau YIA. Koperasi difabel tersebut bakal menggandeng sejumlah mitra untuk menyediakan armada dan membuat layanan informasi bagi wisatawan yang membutuhkan rental kendaraan setiba di bandara.
"Koperasi difabel di Kulon Progo mati suri selama pandemi Covid-19," kata Bambang. Saat ini pengurus koperasi tersebut mengajukan diri dalam layanan rental 30 unit mobil untuk wisata di Bandara Yogyakarta International Airport atau Bandara YIA.
Sedangkan di Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta, Bambang melanjutkan, sejumlah petani dan peternak difabel dapat menjadi pemasok bahan pangan yang langsung disalurkan ke pasar dan konsumen. "Kami akan menggandeng Dinas Pertanian di Gunungkidul untuk menampung hasil panen dari kelompok petani dan peternak difabel," ujarnya.
Sukirno, petani difabel di lereng Merapi Yogyakarta. TEMPO | Pribadi Wicaksono
Seorang petani difabel asal lereng Gunung Merapi, Sukirno mengatakan selama masa tanam saat pandemi Covid-19 membuat dia kesulitan meneruskan usaha karena pasokan pupuk macet. "Pupuk biasanya diantarkan setiap masa awal tanam, tapi selama pandemi ini sama sekali tidak ada yang memasok," ujar Sukirno yang memiliki lahan setengah hektar itu. Akibat macetnya pasokan pupuk, maka hasil panen pun molor dari jadwal.
Kepala Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UMKM) DI Yogyakarta, Srie Nurkyatsiwi menuturkan kelompok pelaku UMKM difabel masih perlu digenjot lebih soal manajerial dalam berusaha. "Kami mendorong pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah difabel ini masing-mnasing bisa memiliki koperasi supaya lebih kuat dalam usahanya," ujarnya.