TEMPO.CO, Jakarta - Komunitas pekerja dengan disabilitas di Australia khawatir dengan prosedur perlindungan kerja mereka. Musababnya, sebagian besar pekerja difabel belum mendapatkan alat pelindung diri, seperti masker dan cairan pembersih tangan atau hand sanitizer.
Berdasarkan hasil peneleitian yang dilakukan University of New South Wales, terdapat 2300 pekerja dengan disabilitas di Australia yang tidak terlindungi saat bekerja. Keadaan ini menimbulkan rasa khawatir sekaligus bingung saat melakukan pekerjaan.
"Saya berpikir lebih baik tidak bekerja dulu karena saya tidak melindungi diri dengan baik," kata seorang pekerja dengan disabilitas seperti dikutip dari SBS News, Senin 4 Mei 2020. "Terlebih saya bekerja untuk melayani kebutuhan anak-anak."
Hasil penelitian ini kemudian dijadikan dasar bagi Komisi Pelayanan Kesehatan dan Pekerja di Australia untuk menerbitkan protokol kesehatan kerja bagi penyandang disabilitas yang harus dipenuhi penyedia kerja.
Selama pandemi Covid-19, banyak pekerja yang berbasis pelayanan komunitas di Australia kehilangan pekerjaannya. Mereka tidak dapat melakukan aktivitas sehari hari lantaran khawatir menjadi carrier atau perantara yang membawa virus kepada komunitas tertentu, seperti penyandang disabilitas, anak-anak, dan orang lanjut usia.
Baca Juga:
Selain masalah keamanan kerja, Komisi Keadilan Pekerja di Australia juga mengajukan jaminan sosial bagi pekerja disabilitas yang kehilangan penghasilan selama pandemi Covid-19. Sekretaris Komisi Layanan Kerja, Lloyd Williams turut mendorong pengajuan program jaminan sosial pekerja dengan disabilitas ini. "Bagi kami pekerja dengan disabilitas sama pentingnya dengan pekerja lain," ujar Lloyd Williams.