"

Agus Yusuf Cerita Ketatnya Ujian Pelukis Difabel di Kancah Dunia

Pelukis difabel daksa Agus Yusuf, TEMPO | Pito Agustin Rudiana
Pelukis difabel daksa Agus Yusuf, TEMPO | Pito Agustin Rudiana

TEMPO.CO, Yogyakarta - Sepuluh pelukis difabel menggelar Pameran Virtual bertajuk 'Peace in Chaos' di sejumlah media sosial sejak 11 Juni 2020. Mereka adalah perupa dengan beragam disabilitas yang berasal dari berbagai kota, di antaranya Gunungkidul, Yogyakarta; Madiun, Jawa Timur; Bandung, Jawa Barat; Jakarta; Bengkulu, Aceh, dan Bali.

Semestinya mereka jumpa darat untuk pameran bersama. Namun semua batal karena pandemi Covid-19. Wahana virtual menjadi alternatif untuk menyatukan karya-karya lukisan mereka.

Agus Yusuf, 54 tahun, adalah satu dari sepuluh perupa itu. Lelaki asal Madiun, Jawa Timur ini sudah akrab dengan dunia coret-coret sejak kelas II sekolah dasar. Sedari awal, difabel daksa tanpa lengan ini merampungkan lukisan-lukisannya dengan mengigit kuas atau menjepitnya di jari kaki.

Pada kelas V sekolah dasar, Agus Yusuf mulai mengikuti lomba melukis tingkat kelurahan. Dia meraih peringkat pertama dan trus melaju hingga tingkat kabupaten dengan posisi yang sama. Lulus SMA, Agus mengirimkan lamaran ke sebuah yayasan perkumpulan pelukis dengan mulut dan kaki atau Association of Mouth and Foot Painting (AMFPA) yang bermarkas di Switzerland.

"Saya dapat informasi tentang asosiasi itu dari majalah milik tetangga," kata Agus saat dihubungi Tempo pada Minggu, 14 Juni 2020. Surat dari Switzerland itu berbalas. Agus Yusuf mengikuti seleksi dan diterima menjadi anggota asosiasi sejak 1989 hingga sekarang.

Lukisan karya difabel Agus Yusuf yang ditunjukkan dalam Pameran Virtual Peace in Chaos, Juni 2020. TEMPO | Pito Agustin Rudiana

Ada tiga tingkatan yang harus dia lalui selama menjadi anggota AMFPA. Mulai dari tahap student member, associate member, hingga full member. Total jumlah anggota AMFPA saat ini sekitar 700 seniman.

Menjadi student member adalah tingkat awal yang dijalani bersama para anggota pemula lain ketika awal masuk. Pada tahapan itu, Agus harus mengirimkan lukisan asli karya sendiri setiap tiga bulan sekali. "Sekali kirim bisa sepuluh lukisan dengan ukuran maksimal 60 x 70 sentimeter," kata dia. Jika lebih dari ukuran itu tidak diterima karena di sana tidak ada tempatnya di kantor AMFPA.

Pengiriman lukisan dilakukan melalui pos. Agus akan menerima pemberitahuan melalui surat atau surat elektronik ketika lukisan telah diterima. Lukisan-lukisan itu pun diseleksi. Kadang hanya dipilih 2 sampai 3, namun tak jarang 10 lukisan yang dibuat tak lolos seleksi semua. Lukisan yang dipilih akan dicetak dalam bentuk kalender atau kartu pos, kartu Natal, kartu Lebaran. Ada juga yang dilelang. Hasil penjualan dikirim ke rekening Agus.

Kenaikan tingkat dari student member, associate member, hingga full member didasarkan pada penilaian atas lukisan-lukisan yang dikirim saban triwulan sekali. Pengumuman disampaikan pihak AMFPA setiap tiga tahun sekali. Ada yang dinyatakan naik tingkat, ada yang masih memperpanjang kontrak alias tinggal kelas.

Beberapa pedoman penilaian lukisan antara lain pewarnaan dan kejelian. "Untuk aliran dan tema lukisan diserahkan kepada seniman," kata Agus. Butuh 23 tahun bagi Agus untuk menanti kabar gembira itu. Tepatnya pada 23 Maret 2013, dia dinyatakan diterima sebagai anggota di tingkat associate member.

Waktu pengangkatan berdasarkan waktu masuk pertama kali menjadi anggota. Di tingkatan itu, kewajiban anggota juga sama untuk mengirimkan karya-karyanya untuk dinilai dan diseleksi. "Saya berusaha maksimal untuk lebih teliti, detail, dan bermain komposisi warna. Kalau hijau ya enggak hijau polos. Ada yang kena sinar, jadi lebih terang," ucap Agus yang telah memproduksi 650 lukisan.

Setiap 3 sampai 5 tahun sekali para anggota AMFPA dar seluruh dunia berkumpul untuk pameran bareng. Agus pernah mengikuti pameran di Singapura, Thailand, Switzerland, Austria, dan Spanyol. Ada sembilan anggota associate member yang berasal dari Indonesia. Dan belum satu pun yang bergabung di tingkat full member.

Lukisan karya difabel Agus Yusuf yang ditunjukkan dalam Pameran Virtual Peace in Chaos, Juni 2020. TEMPO | Pito Agustin Rudiana

Belum ada rencana Agus dan teman-temannya untuk membentuk wadah perkumpulan pelukis dengan mulut dan kaki di Indonesia. Dia membayangkan kesulitan dalam memasarkan. Terlebih teknologi telah menggeser keberadaan kartu pos atau kartu ucapan selamat.

Agus terus menyibukkan diri dengan melukis. Dia memilih waktu bekerja di pagi ketimbang malam hari. Dia merasa lebih segar di pagi hari dan saat malam untuk beristirahat. Kegiatan melukis dimulai pukul 06.30 sampai 11.00, diseling dengan sarapan. Agus lebih sering melukis dengan menggunakan mulut ketimbang kaki karena lebih luwes. "Kalau pakai kaki, agak berat dengan posisi menggantung. Cepat capek," kata Agus yang butuh waktu satu bulan untuk merampungkan satu lukisan.

Acapkali Agus Yusuf meluangkan waktu ke luar rumah untuk mencari inspirasi. Memotret berbagai objek, seperti aneka binatang dan tumbuhan dengan kamera. Hasilnya dicetak dan diperbesar untuk kemudian dilukis. "Untuk melukis detail anatomi burung hingga bulu-bulunya dengan melihat foto supaya terlihat persis,” kata pelukis naturalis realis itu.

Pada Juni 2020 ini Agus dan teman-temannya seharusnya kopi darat. Saling melawat ke daerah masing-masing dan berujung pameran bersama. Namun pendemi Covid-19 membuat mereka memilih tinggal di rumah. Merampungkan karya yang tersisa dan memulai menggarap karya baru. "Saya membuat lukisan untuk persiapan pameran setelah wabah corona usai. Juga buat dikirim ke AMPFA," kata Agus Yusuf.








Beasiswa S2 Kominfo, Penyandang Disabilitas Berkesempatan Perdalam Ilmu TIK

16 hari lalu

Sekretaris Badan Litbang SDM Kementerian Kominfo, Haryati disela-sela acara Sosialisasi Beasiswa S2 Dalam dan Luar Negeri Kominfo 2023 di Palembang. TEMPO/Parliza Hendrawan
Beasiswa S2 Kominfo, Penyandang Disabilitas Berkesempatan Perdalam Ilmu TIK

Kominfo mencatat ada 2.800 alumni beasiswa ini dan beberapa diantaranya dari penyandang disabilitas.


Kepesertaan Pekerja Informal di BPJS Ketenagakerjaan Masih Rendah, Apa Sebabnya?

30 hari lalu

Ilustrasi BPJS Ketenagakerjaan. TEMPO/Tohy Hartawan
Kepesertaan Pekerja Informal di BPJS Ketenagakerjaan Masih Rendah, Apa Sebabnya?

Dirut BPJS Ketenagakerjaan mengatakan kepesertaan pekerja informal di lembaga yang dipimpinnya saat ini terbilang masih rendah. Apa sebabnya?


Dampak Perang, Pelukis Klasik dari Rusia Diganti Jadi Asal Ukraina

42 hari lalu

Sebuah bendera berkibar di alun-alun selama konflik Ukraina-Rusia di kota Melitopol di wilayah Zaporizhzhia, Ukraina yang dikuasai Rusia 13 Oktober 2022. REUTERS/Alexander Ermochenko/File Foto
Dampak Perang, Pelukis Klasik dari Rusia Diganti Jadi Asal Ukraina

Arkhip Kuindzhi, pelukis landscape abad ke-19, diubah kewarganegaraannya yang semula Rusia menjadi Ukraina.


Aplikasi Layanan Disabilitas Karya Mahasiswa Difabel UGM Raih Juara di Bangkok

46 hari lalu

Aplikasi Layanan Ramah Disabilitas Buatan Mahasiswa Difabel UGM Raih Perak di IPITEX Bangkok. Doc: UGM
Aplikasi Layanan Disabilitas Karya Mahasiswa Difabel UGM Raih Juara di Bangkok

Mahasiswa UGM membuat aplikasi yang dikembangkan untuk membantu mendukung mobilitas penyandang disabilitas dalam menjalankan aktivitas sehari-hari.


Polda Papua Barat Tangkap 5 Tersangka Lagi Pembakar Perempuan Difabel

52 hari lalu

Kabid Humas Polda Papua Barat Kombes Adam Erwindi merilis 17 DPO dalam peristiwa penyerangan Posramil Kisor Maybrat Papua Barat. Foto/Hans Arnold Kapisa
Polda Papua Barat Tangkap 5 Tersangka Lagi Pembakar Perempuan Difabel

Polda Papua Barat membantah korban sebagai pelaku penculikan anak dan menyebut tuduhan tersebut hoaks.


BPJS Ketenagakerjaan Buka Lowongan Kerja untuk Difabel, Simak Penjelasannya

56 hari lalu

Nasabah melakukan pencairan dana Jaminan Hari Tua (JHT) di Kantor BPJS Ketenagakerjaan Cabang Sudirman, Jakarta, Selasa, 15 Februari 2022. Para nasabah pun memilih menarik dana JHT sebelum aturan tersebut resmi berlaku. TEMPO/Tony Hartawan
BPJS Ketenagakerjaan Buka Lowongan Kerja untuk Difabel, Simak Penjelasannya

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial atau BPJS Ketenagakerjaan sedang membuka lowongan kerja hingga 29 Januari 2023.


5 Kampus Terbanyak Penerima KIP Kuliah untuk Mahasiswa Difabel

23 Januari 2023

Universitas Negeri Yogyakarta. Kredit: UNY
5 Kampus Terbanyak Penerima KIP Kuliah untuk Mahasiswa Difabel

Penyandang disabilitas diprioritaskan menjadi penerima Kartu Indonesia Pintar Kuliah atau KIP kuliah. Berikut daftar kampus terbanyak KIP K difabel.


PKB Buka Pendaftaran Caleg Pemilu 2024 untuk Difabel

19 Januari 2023

Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar (Cak Imin) memberikan sambutan saat penandatanganan petisi perlindungan anak di Sarinah, Jakarta, Ahad, 8 Januari 2023. Muhaimin Iskandar bersama Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah dan Wakil Ketua Komisi IX DPR RI, Nihayatul Warifoh menandatangani mendatangi petisi komitmen perlindungan anak. ANTARA FOTO/Asprilla Dwi Adha
PKB Buka Pendaftaran Caleg Pemilu 2024 untuk Difabel

PKB membuka pintu bagi penyandang disabilitas untuk menjadi caleg pada Pemilu 2024.


UKDW Yogyakarta Desain Kursi Roda Tenaga Baterai Lepas Pasang

11 Januari 2023

Peserta diskusi program apresiasi
UKDW Yogyakarta Desain Kursi Roda Tenaga Baterai Lepas Pasang

Kursi roda yang semula dikayuh secara manual dengan tangan, nantinya bisa digerakkan dengan baterai.


Kerap Dianggap Sama, Disabilitas dan Difabel Ternyata Dua Makna Berbeda

5 Januari 2023

Triyono, pendiri layanan ojek difabel, Difa Bike di Yogyakarta. TEMPO | Pribadi Wicaksono
Kerap Dianggap Sama, Disabilitas dan Difabel Ternyata Dua Makna Berbeda

Disabilitas dan difabel sering dianggap memiliki pengertian yang sama, ternyata keduanya punya makna berbeda. Apakah itu?