TEMPO.CO, Semarang - Atlet difabel asal Indonesia, Karisma Evi Tiarani berhasil menjadi juara dunia lari 100 meter dalam Kejuaraan Dunia Para Atletik di Dubai, Uni Emirat Arab pada Rabu, 13 November 2019. Perempuan 18 tahun itu menceritakan bagaimana pengalaman dia dalam berlatih sampai mampu memecahkan rekor dunia.
Karisma Evi Tiarani adalah atlet tunadaksa. Sejak lahir, kaki kiri Karisma lebih pendek dan tak sekuat kaki kanan. Atlet asal Desa Talak Broto Kecamatan Simong Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, ini mengatakan tak menyangka bakal memenangi kejuaraan tersebut.
Baca Juga:
Musababnya, di ajang tersebut dia harus bersaing dengan atlet lain yang lebih berpengalaman. "Ini pertandingan world camp pertama saya," ujar Karisma Evi Tiarani saat bertemu Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo di kantor Kantor Gubernuran pada Senin, 18 November 2019. Tiada persiapan khusus sebelum mengikuti kejuaraan dunia itu.
Selama menjalani Pelatnas, Karisma Evi Tiarani berlatih sesuai porsi dari tim pelatih. Lawan terberat dia adalah pelari asal Italia, Monica Graziana Contrafatto, yang menjadi pemenang pertama di kejuaraan dunia para atletik sebelumnya. Pelari dari Italia itu akhirnya menduduki peringkat kedua dengan catatan waktu 15,56 detik.
Pelari Indonesia Karisma Evi Tiarani mengibarkan bendera Merah Putih setelah finis pertama dalam final nomor 100 meter putri T42/T63 Asian Para Games 2018 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, Rabu, 10 Oktober 2018. Kemarin, 9 Oktober 2018, Karisma juga berhasil menyumbangkan medali perunggu lewat cabang olahraga lompat jauh. ANTARA
Karisma Evi Tiarani yang memecahkan rekor dunia lari 100 meter dengan catatan waktu 14,72 detik, ini berharap kembali menyumbangkan emas dalam ajang ASEAN Paragames di Filipina dan Olimpiade Paralimpik di Tokyo, Jepang, tahun depan. "Insya Allah emas," katanya.
Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo mengatakan pencapaian Karisma Evi Tiarani dapat menjadi inspirasi bagi anak-anak penyandang disabilitas lainnya. Ganjar mengajak seluruh orang tua yang memiliki anak berkebutuhan khusus agar tidak minder.
Orang tua diharapkan mampu mencari dan menggali potensi anak seraya melakukan pembinaan. "Yakinlah Tuhan memberikan anak difabel itu adalah sesuatu yang luar biasa," kata Ganjar Pranowo.