TEMPO.CO, Jakarta - Angkie Yudistia memilih membantu teman difabel untuk lebih mandiri. Melalui Thisable Enterprise dia menyalurkan penyandang disabilitas ke berbagai bidang kerja sesuai dengan kemampuan dan keterampilan mereka.
Angkie menuangkan kisah dia dalam mendirikan dan menjalankan Thisable Enterprise malalui buku berjudul Become Rich As Sociopreneur. Dia menggunakan kata sociopreneur karena istilah ini lebih tepat disematkan bagi mereka yang berbisnis dengan tetap berpegang pada misi kemanusiaan atau prinsip membantu sesama.
"Jadi tidak hanya mengemukakan bagaimana mencari keuntungan bagi diri sendiri, melainkan pula usaha agar dapat memberikan manfaat bagi masyarakat di sekitarnya," ujar Angkie di Jakarta beberapa waktu lalu. Ibu dua anak ini menceritakan saat dia membentuk Disable Enterprise yang juga dilatarbelakangi kondisi Angkie sebagai insan tuli.
Saat ini, Thisable Enterprise yang merupakan badan usaha penyalur tenaga kerja tersebut sudah melakukan asesmen dan pelatihan terhadap 5.000 tenaga kerja disabilitas. Sebanyak 10 persen tenaga kerja disabilitas disalurkan ke perusahaan perusahaan besar, seperti Gojek, So Nice, serta beberapa perusahaan retail. Sebagian besar kemampuan yang dimiliki calon tenaga kerja disabilitas ini adalah kompetensi vokasional atau kemampuan dasar. Sekitar 40 persen tenaga kerja disabilitas yang memiliki kompetensi profesional.
"Suatu hal yang membuat Thisable Enterprise bertahan kurang lebih sembilan tahun adalah karena penyandang disabilitas itu sendiri," kata Angkie Yudistia. "Memberdayakan mereka adalah sebuah tantangan dan amanah bagi kami."
Angkie Yudistia melanjutkan, buku ketiga berjudul Become Rich As Sociopreneur, ini diselesaikan dalam waktu dua tahun. Pengerjaan yang cukup lama ini disebabkan Angkie sedang hamil anak kedua serta butuh catatan yang lebih mendalam dan komprehensif mengenai apa itu Sociopreneur. Dua buku Angkie sebelumnya berjudul Tunarungu Menembus Batas dan Setinggi langit.