TEMPO.CO, Jakarta - Lauren Spencer harus duduk di kursi roda sejak remaja setelah dokter mendiagnosa penyakit Amyotrophic Lateral Schlerosys atau ALS di tubuhnya. Amyotrophic Lateral Schlerosys adalah keadaan menurunnya fungsi otot ketika seseorang berada di usia remaja.
Baca: Cara Pengguna Kursi Roda Menyetir Mobil
"Saat itu saya berusia 14 tahun, tiba-tiba lengan kanan saya tidak dapat menyangga piring yang saya pegang," ujar Lauren Spencer atau biasa disapa Lolo, seperti yang dikutip dari situs berita CNN, Minggu 9 Juni 2019. Sejak itu perlahan fungsi tubuhnya menurun. Selain otot lengan kanan, otot kaki juga perlahan melemah sampai dia terpaksa duduk di kursi roda.
Aktivitas sehari-hari berubah total. Meski begitu, ada satu yang tetap menjadi ciri khas Lolo, yakni tampil modis seperti perempuan pada umumnya. Di usia 18 tahun, Lauren Spencer memutuskan terjun ke dunia fashion.
Dia menandai kiprahnya di dunia mode dengan menato lengan kanannya, bagian tubuh yang pertama terserang Amyotrophic Lateral Schlerosys. "Tato itu mengingatkan saya akan kasih Tuhan. Hingga saat ini saya masih bisa hidup dan mengisi kehidupan dengan kegiatan yang bermanfaat," katanya.
Baca Juga:
Saat ini di pertengahan usia 30, Lauren Spencer menjadi influencer di bidang fashion Amerika. Dia menjadi model dan menjalani banyak pemotretan, di antaranya untuk label Tommy Hilfiger dan Adidas. Banyak tips dan gaya terbaru yang dibagikan Lolo di akun media sosialnya. Lauren Spencer memiliki lebih dari 17,2 juta pengikut dan 10 ribu lebih subcriber Youtube channel-nya.
Lauren Spencer atau biasa disapa Lolo adalah penyandang disabilitas yang berkarier sebagai model. Instagram
Lauren Spencer memiliki agen modelling khusus penyandang disabilitas. Dia ingin semua orang dapat merasakan kehadiran penyandang disabilitas dan membuktikan kalau mereka setara dengan orang pada umumnya. "Dunia model yang paling tepat mempresentasikan kondisi penyandang disabilitas kepada publik," ujar Lolo.
Baca juga:
Pengguna Kursi Roda Kerap Dilarang Masuk Masjid, Ini Solusinya
Kendati membuka peluang karier untuk sesama penyandang disabilitas, Lauren Spencer menegaskan dia tak haus populeritas. Semua yang dilakukannya semata demi kesetaraan. "Jangan sampai semua orang hanya terkagum karena menyaksikan penyandang disabilitas melakukan hal seperti non-disabilitas," ucapnya. "Aku tidak ingin seperti 'memakan diri sendiri'."
Kehidupan yang dijalankan penyandang disabilitas, menurut Lauren Spencer, pada dasarnya sama dengan orang pada umumnya, asalkan tersedia akses. Sebab itu, dia merasa hidupnya tetap harus gembira dan bersyukur. "Saya tetap berbelanja barang fashion, bepergian dengan teman ke tempat yang asyik untuk clubbing dan bersenang-senang," ujar Lolo.