TEMPO.CO, Jakarta - Salah satu pilar terpenting dalam ketersediaan aksesibilitas adalah pendamping bagi para penyandang disabilitas. Pendamping tersebut bukanla orang sembarangan, melainkan mereka yang mengerti konsep kesetaraan dalam dunia disabilitas.
Baca: Jangan Ajukan 10 Pernyataan Berikut kepada Penyandang Disabilitas
Berangkat dari situ, sekelompok anak muda membuat komunitas Bravo for Disabilities. Komunitas ini menyediakan layanan pendampingan bagi para penyandang disabilitas. Koordinator Umum Bravo, Tri Nur Ramadhaniah mengatakan komunitas ini lahir pada Februari 2005 dan didirikan oleh tujuh mahasiswa dari Universitas Negeri Jakarta dan Universitas Indonesia.
"Saat itu, kami sering berinteraksi dengan teman-teman difabel dan berpikir perlu ada relawan pendamping buat mereka," kata Tri Nur Ramadhaniah saat dihubungi Tempo, Senin, 24 Juni 2019. Kemudian lahirlah Bravo for Disabilities untuk memudahkan teman penyandang disabilitas mencari pendamping. Caranya, cukup hubungi komunitas ini dan relawan siap bertugas.
Pada awal berdiri, Bravo merupakan singkatan Barisan Volunteer. Namun seiring berkembangnya konsep disabilitas, nama komunitas ini kembali ke akar kata sebagai ucapan selamat bagi para relawan dan penyandang disabilitas seusai melaksanakan kegiatan. "Nama ini seperti penyemangat bagi kami dan teman-teman difabel," ujar Tri Nur Ramadhaniah.
Baca Juga:
Logo komunitas Bravo for Disabilities. Situs Bravo
Di dalam komunitas ini, para relawan diajarkan berinteraksi dengan para penyandang disabilitas dan mengenal konsep inklusif. Pembekalan ini biasanya diberikan pada setiap minggu dalam pertemuan Kajian Senja. Dalam diskusi dan pembekalan, banyak materi dari jurusan Pendidikan Luar Biasa atau PLB yang diterapkan saat berinteraksi dengan teman difabel.
Baca juga:
Tempat Wudu Masjid El Syifa Ciganjur Ramah Penyandang Disabilitas
Relawan Bravo juga dibekali pengetahuan mengenai berbagai konsep aksesibilitas. Misalnya bagi relawan yang sering mendampingi tunanetra, biasanya juga disarankan dapat membaca huruf Braille. Begitu pula saat harus mendampingi difabel tuli, relawan harus bisa menggunakan bahasa isyarat.
Kendati memiliki anggota yang hampir mengerti konsep disabilitas, bukan berarti komunitas Bravo tak mengalami kesulitan. Kurangnya sumber daya saat harus mendampingi penyandang disabilitas yang permintaannya bisa mencapai ratusan orang, membuat relawan harus bekerja keras dan mencari cara agar semua teman difabel dapat terdampingi dengan baik.
"Misalnya saat satu relawan harus mendampingi sepuluh tunanetra, tentu tidak bisa diantarkan satu persatu ke suatu tempat. Karena itu, kami menggunakan sistem gerbong dengan satu relawan berada di depan dan sembilan tunanetra memegang bahu masing-masing rekannya berjejer ke belakang," kata Tri Nur Ramadhaniah.
Hingga 2019, jumlah anggota Bravo sekitar 50 orang. Bila para Penyandang disabilitas ingin didampingi, mereka cukup menghubungi koordinator relawan di Bravo, dua atau tiga hari sebelum waktu pendampingan. Musababnya, koordinator relawan harus mencari orang yang tidak selalu tersedia setiap saat.
"Karena ada yang sudah bekerja, ada yang masih kuliah, dan masih harus mengerjakan tugas," ujar Koordinator Relawan Pendamping Bravo, Rizki Pratiwi. Kini relawan Bravo tersebar di berbagai kampus di Jakarta. Letak kampus yang menyebar ini terkadang menjadi salah satu kendala dalam berkoordinasi untuk menyediakan relawan pendamping.
Simak: Ketahui Apa Saja Kebutuhan Penyandang Disabilitas dalam Beribadah
Banyak acara besar yang melibatkan komunitas Bravo. Salah satunya adalah Asian Paragames 2018 dan Kongres Ikatan Tunanetra Muslim Indonesia yang berlangsung baru-baru ini. Banyak di antara relawan pendamping disabilitas yang tidak dibayar saat bertugas. "Kami juga banyak belajar dari teman-teman penyandang disabilitas dan ini kami anggap sebagai ibadah," ujar Rizki.
Seorang penyandang disabilitas netra yang pernah didampingi oleh relawan Bravo, Siswardi Tambunan mengatakan nyaman saat dituntun oleh relawan Bravo. Menurut dia, para relawan Bravo memahami cara menuntun atau menunjukkan arah bagi tunanetra. "Mereka sangat baik dan profesional," kata dia.
Relawan Bravo yang diutus mendampingi penyandang disabilitas juga disesuaikan dengan jenis kelamin difabel. Dengan begitu, mereka tidak risih saat harus digandeng atau dituntun saat berjalan atau melakukan aktivitas lain yang membutuhkan sentuhan fisik.
Jika ingin menggunakan jasa pendamping dari komunitas Bravo, Siswardi biasanya menghubungi nomor kontak yang tertera di situs Bravo. "Bisa juga menelepon relawan yang pernah mendampingi," kata dia.