TEMPO.CO, Jakarta - Teman difabel memiliki tantangan tersendiri ketika hendak mudik ke kampung halaman. Jika ingin mendapat moda transportasi yang nyaman dan sesuai dengan kebutuhannya, maka dia harus membayar lebih untuk layanan ekstra.
Baca: Bus Mudik Lebaran Khusus Disabilitas, Apa Saja Fasilitasnya
Namun jika tak ada biaya, penyandang disabilitas kerap ditolak saat mudik lebaran dengan menggunakan moda transportasi umum tertentu. "Alasannya merepotkan atau mereka tidak punya fasilitas yang kami butuhkan," kata Catur Sigit Nugroho, pengguna kursi roda yang juga inisiator Program Mudik Ramah Anak dan Disabilitas di Jakarta.
Berangkat dari penolakan itu, Catur mencetuskan gerakan advokasi Mudik Ramah Anak dan Disabilitas. "Memang harus diakui, menjadi penyandang disabilitas memerlukan biaya yang lebih banyak dan tidak semua pihak siap untuk berkomitmen," ujar dia.
Wujudkan Mudik Aman Bagi Disabilitas, Lazismu Berkolaborasi dengan YBM PLN Fasilitasi Aksesnya.
Dalam program Mudik Ramah Anak dan Disabilitas yang berlangsung pada secara bertahap mulai 30 Mei 2019, sebanyak 96 peserta diberangkatkan ke kampung halaman masing-masing. Pertama dengan menggunakan bus ramah disabilitas dari Kementerian Sosial, bus dari Dinas Perhubungan Jawa Barat pada 1 Juni 2019, dan satu pemberangkatan menggunakan pesawat terbang.
Baca juga: Tips Mudik Aman dan Nyaman Buat Penyandang Disabilitas
Inisiator Gerakan Mudik Ramah Anak dan Disabilitas lainnya, Irma Sofiyanti Ilyas menjelaskan dari 96 peserta mudik dengan disabilitas, 24 di antaranya menggunakan kursi roda, 26 peserta mudik adalah anak-anak dengan disabilitas, dan 46 orang sisanya adalah pendamping. Program tersebut melibatkan beberapa lembaga donor termasuk lintas agama, antara lain Lazis Muhammadiyah, Yayasan Baitul Mal PLN, dan Persekutuan Pelayanan Kristen Untuk Kesehatan di Indonesia (Pelkesi).