Pengalaman mengatasi mood anak down syndrome juga dialami Evi, ibu dari Kidung Sariro Ayu, 3,5 tahun. Saat mood Kidung turun, Evi mengalihkan dengan kegiatan yang disukainya, seperti menyanyi dan menari. "Membangun mood anak-anak istimewa itu sulit sekali. Harus sabar," kata Evi.
Kidung Sariro Ayu (digendong ibunya), anak dengan down syndrome yang berbakat melukis memamerkan karyanya dalam peringatan Hari Down Syndrome Sedunia 2019 di Lapangan Sepakbola Potorono, Bantul, 31 Maret 2019. TEMPO | Pito Agustin Rudiana
Sama seperti Evi, guru seni Lia Nurjanti berpesan agar selalu sabar dan jangan sampai berbuat kasar kepada anak down syndrome. Selama mengajarkan Putri Pertiwi, 27 tahun, membuat sketsa hingga digelar pameran 'Titik Balik' di Bentara Budaya Yogyakarta pada 5 Januari 2019, Lia Nurjanti tak bosan menyemangati Putri.
Dalam pameran itu dipajang 90 sketsa karya Putri Pertiwi. Selama proses pembuatan, ada kalanya mood Putri Pertiwi drop. "Penyebab utamanya saat dia merasa lelah secara fisik," kata Lia Nurjanti. "Kalau sudah begini, orang tua dan guru yang mendampingi harus sabar menunggu mood-nya balik lagi."
Artikel terkait: Putri Pertiwi, Down Syndrome Pameran Tunggal Seni Sketsa
Jika Putri Pertiwi terlihat amat lelah, maka pembuatan sketsa dilanjutkan esok hari. Lia Nurjanti tahu betul ketika mood Putri sedang bagus dan buruk. Putri Pertiwi biasanya bersemangat di antara jam 08.00 sampai 11.00. Selama tiga jam itu, proses membuat sketsa dilakukan penuh semangat.
Putri Pertiwi pengidap down syndrome memamerkan karya seni sketsa buatannya bertajuk Titik Balik di Bentara Budaya Yogyakarta, 5 Januari 2019. TEMPO | Pito Agustin Rudiana
Jika semangat Putri Pertiwi mulai turun, Lia Nurjanti berupaya membangkitkannya dengan memutar lagu kekinian yang ceria dan mengajaknya menari. Bisa juga dengan mengajak Putri makan bersama. "Misalkan ibunya membuat sup. Ayo makan berdua. Setelah makan, mood-nya balik lagi," kata Lia.