TEMPO.CO, Jakarta - Salah satu ragam disabilitas yang tidak terlihat adalah ragam disabilitas mental dan intelektual. Selain tidak terlihat, penyandang disabilitas tak kasat mata ini sering tidak menyadari kondisi yang sebenarnya sudah lama dimilikinya. Salah satu kondisi ini adalah disleksia.
Baca: Meski Susah Dideteksi, Disleksia Bisa Dikenali Gejalanya
"Saya selalu belajar hingga tengah malam dan selalu dibantu orang tua selama menyelesaikan pendidikan di sekolah menengah atas, saya bukan pelajar yang mandiri meski lulus dengan nilai baik," ujar Whitney Clark, salah satu penyandang disabilitas tak kasat mata, seperti yang dikutip dari wlox.com, Kamis 21 Februari 2019.
Setelah dilakukan serangkaian tes medis dan psikologis, Whitney Clark didiagnosa memiliki kondisi disleksia, ADHD dan kelainan proses respektif. Kondisi disabilitas ini akhirnya terkonfirmasi setelah Clark memutuskan mundur dari bangku kuliahnya karena kesulitan membaca.
Menurut Koordinator Pengembangan Profesional DuBard School for Language Disoerder di University of Southern Mississippi, Alison Webster apa yang dialami Whitney Clark termasuk ke dalam disabilitas tak kasat mata. "disleksia bukan hanya sekedar tidak dapat membaca, melainkan pula kesulitan mengeja, menulis dan kadang menerima pengertian," ujar Webster.
Apa yang dialami Whitney Clark sering tidak disadari anak maupun orang dewasa yang memiliki disabilitas tak kasat mata. Sebab, menurut Webster, ragam disabilitas ini tertutupi oleh kemampuan lain yang cemerlang.
"Anak-anak disleksia tidak akan tersadari keberadaannya karena mereka sangat sempurna menjawab semua pertanyaan dan bahkan memilih jawaban yang benar dalam sebuah tanda kurung, ternyata mereka memiliki kemampuan yang sangat baik untuk menebak," ujar Webster.
Webster yang sudah berkecimpung dalam bidang disleksia selama 11 tahun ini menyebutkan, 1 dari 5 orang memiliki disleksia. Bahkan kondisi ini dianggap sebagai kondisi disabilitas, karena individunya membutuhkan pertolongan orang lain ketika buntu pada suatu kondisi saat harus membaca, mengeja atau menulis.
"Banyak anak yang harus kami bantu dalam proses belajar, sebab keberadaan mereka sama dengan anak lain, sampai kondisi disabilitas mereka disadari lingkungannya," ujar Webster.
Anak dengan disleksia juga dikenal cerdas dan kreatif. Mereka tidak memiliki kesulitan ketika membaca soal karena hapal dengan susunan huruf dalam sebuah kata. Menurut Webster, mereka hanya membolak balik formasi kata dalam teks namun kurang mengerti apa makna kata tersebut.
Baca: Anak Deddy Corbuzier Lulusan Terbaik, Disleksia Bukan Akhir Segalanya
Salah satu solusi yang dianjurkan Webster adalah orang tua harus melakukan serangkaian tes pembuktian (screening) semenjak anak memulai pendidikan pertamanya di Taman Kanak-kanak. Bila terbukti memiliki kondisi disleksia, orang tua dapat mengikutsertakan anak ke terapi membaca.