TEMPO.CO, Jakarta - Inklusivitas dipahami sebagai sebuah proses penghormatan terhadap perbedaan di segala bidang atas keberadaan individu atau kelompok, termasuk di dalamnya individu dengan perbedaan kemampuan atau difabel. Meski sudah banyak dibicarakan, masih banyak orang yang belum memahami seperti apa wujud inklusivitas itu.
Baca: Beda Sistem Penilaian untuk Disabilitas dalam Tes CPNS
Lembaga Sasana Inklusi dan Gerakan Advokasi bagi Penyandang Disabilitas (SIGAP) mengadakan sosialisasi sekaligus melatih penerapan kehidupan inklusif. Kegiatan ini dilaksanakan di Balai Desa Plembutan, Kecamatan Klayen, Kabupaten Gunung Kidul, Yogyakarta. Kegiatan tersebut dimulai hari ini, Senin, 22 Oktober 2018 dan berlangsung selama 5 hari ke depan.
"Kami ingin mewujudkan pembangunan yang inklusif, mencari solusi atas hambatan perwujudan inklusivitas, sekaligus memenuhi target kehidupan inklusif untuk Indonesia pada 2030," ujar Ajiwan Syarief, koordinator Temu Inklusif 2018 kepada Tempo, Sabtu 20 Oktober 2018.
Acara yang dihadiri sekitar 300 peserta dari kalangan difabel maupun non-difabel ini akan membahas berbagai sisi kehidupan inklusif masyarakat Indonesia. Ada 3 tema besar yang dibicarakan, yakni kolaborasi pemerintah dan masyarakat sipil mendorong hukum dan kebijakan yang inklusif.
Ada pula cara merintis keungan inklusif yang akan diisi oleh Otoritas Jasa Keuangan, serta membedah penerapan pembangunan berkelanjutan sampai ke pedesaan. "Peserta dapat menyampaikan gagasan atau solusi," ujar Ajiwan.
Selain seminar, terdapat 12 lokakarya tematik mengenai difabel yang dapat dipilih oleh peserta. Beberapa tema menarik antara lain, peradilan tanpa diskriminasi bagi difabel, partisipasi difabel dalam politik pemilu 2019, aksesibilitas di lembaga pemasyarakatan. "Ada juga salah satu tema lokakarya yang membahas segala hal tentang media dan disabilitas," ujar Ajiwan.
Artikel lainnya:
Menulis Bantu Insan Tuli Belajar Bahasa Inggris
Cara Tunanetra Mengenali Keaslian dan Nominal Rupiah