TEMPO.CO, Jakarta - Dari 8.000 relawan di ajang Asian Para Games 2018, sebanyak 129 relawan di antaranya adalah penyandang disabilitas. Wakil Direktur Divisi Legal, Sumber Daya Manusia dan Relawan Indonesian Para Games Organizing Comitee atau Inapgoc, Reza Brammadita menjelaskan bagaimana panitia membagi tugas kepada para relawan tersebut.
Baca juga:
Cara Komunikasi Relawan Tunarungu dan Tunanetra Asian Para Games
"Dalam bertugas, pada prinsipnya mereka ditempatkan sesuai dengan minat dan kemampuan di bidang masing-masing," kata Reza di Hotel Mulia, Senayan, Jakarta, pada Selasa 2 Oktober 2018. Hotel Mulia kerap digunakan sebagai tempat rapat karena letaknya bersebelahan dengan kantor Inapgoc di arena Gelora Bung Karno. Reza mengatakan, ada dua pertimbangan dalam menempatkan para relawan berkebutuhan khusus.
Pertama, menerapkan asumsi umum. Contohnya, disabilitas daksa pengguna kursi roda tidak ditempatkan pada posisi yang memerlukan mobilitas tinggi. “Bukan kawan-kawan pengguna kursi roda tidak bisa, tapi mungkin ada kawan lain yang bisa lebih efektif dalam posisi ini,” tutur Reza.
Kedua, Reza mengatakan, relawan disabilitas sendiri mengajukan diri di mana mereka bersedia ditempatkan sesuai kemampuan. Pada proses seleksi, Reza menambahkan, para penyandang disabilitas bersama dengan non-disabilitas mengirimkan riwayat hidup kepada panitia. Data ini menjadi acuan bagi Inapgoc untuk menempatkan mereka sesuai dengan posisi yang dibutuhkan.
Sejumlah Atlet Basket Kursi Roda Filipina menaiki bus usai berlatih dan menjajal venue Asian Para Games 2018 di kawasan Gelora Bung Karno, Jakarta, Jumat, 5 Oktober 2018. TEMPO/M Taufan Rengganis
Reza mengatakan, panitia menerapkan sistem klasifikasi yang sama bagi relawan seperti dalam mengelompokan kelas-kelas atlet di Asian Para Games. “Atlet dengan disabilitas fisik di kaki akan dicarikan lawan yang sama pula. Begitu juga kepada relawan,” kata Reza. Pola ini, menurut dia, baru diterapkan pada test event, yakni persiapan sebelum Asian Para Games beberapa waktu yang lalu.
Reza menjelaskan pentingnya inklusifitas dalam merangkul para penyandang disabilitas, melalui proses diskusi panjang dengan organisasi penyandang disabilitas seperti Himpunan Wanita Disabilitas Indonesia atau HWDI dan Perkumpulan Penyandang Disabilitas Indonesia.
Ketua HWDI, Maulani Rotinsulu mengatakan pentingnya peran aktif penyandang disabilitas untuk mengambil keputusan untuk mereka sendiri. “Dalam penempatan relawan, penyandang disabilitas sebaiknya menceritakan apa kemampuan mereka dan di mana mereka bersedia ditempatkan,” kata Maulani di Hotel Hilton Doubletree, Cikini, Jakarta, Senin 1 Oktober 2018.
Artikel lainnya:
Asian Para Games 2018, Nikmati Layanan 35 Armada Ojek Disabilitas